Persediaan AS Turun Picu Harga Minyak Melonjak

Harga minyak berjangka menguat dua persen seiring persediaan minyak mentah AS secara tak terduga turun.

oleh Agustina Melani diperbarui 14 Mar 2019, 05:30 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2019, 05:30 WIB
20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, New York - Harga minyak berjangka menguat dua persen seiring persediaan minyak mentah AS secara tak terduga turun.

Selain itu, ada perkiraan pertumbuhan pasokan minyak mentah dari produsen utama yang direvisi lebih rendah.

Pemadaman listrik yang meluas di Venezuela telah menghentikan ekspor minyak mentah dari negara anggota OPEC yang alami pengurangan pengiriman dari sanksi AS. Hal itu membantu memperketat pasar.

Harga minyak berjangka Brent naik 88 sen atau 1,32 persen ke posisi USD 67,55 per barel. Harga minyak berjangka AS naik USD 1,39 atau 2,44 persen ke posisi USD 58,26 per barel. Harga minyak itu mencapai level tertinggi sejak pertengahan November.

Adapun stok minyak mentah AS turun pada pekan lalu karena kilang meningkatkan hasil. Hal itu berdasarkan pernyataan the Energy Information Administration (EIA). Persediaan minyak mentah turun 3,9 juta barel pada pekan lalu dibandingkan harapan analis kenaikan 2,7 juta barel.

"Dengan penyuling mulai perlahan keluar dari perawatan, pemangkasan OPEC mulai menendang, dan pasokan Venezuela, Anda mungkin sekarang melihat lebih banyak keseimbangan dalam beberapa minggu mendatang. Ini terlihat sangat mendukung ketika kilang keluar dari perawatan," ujar Phil Flynn, Analis Price Futures Group, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (14/3/2019).

Data EIA lainnya menunjukkan produksi minyak mentah AS turun dari rekor tertinggi. Produksi minyak mentah turun 100 ribu barel per hari menjadi 12 juta barel per hari pada pekan lalu.

 

Data EIA

20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Pada Selasa, EIA merevisi penurunan perkiraan untuk pertumbuhan produksi minyak mentah domestik pada 2019. Demikian juga pada 2020.

"Walaupun revisinya kecil, bagian yang menyenangkan untuk naik adalah revisi turun dari pada naik," ujar Global Oil Strategist BNP Paribas, Harry Tchilinguirian.

Ekspor dari terminal minyak utama Venezuela telah terdampak pemadaman parah sehingga menyebabkan sebagian negara itu tidak memiliki listrik selama sepekan. Terminal kembali beroperasi pada Rabu. Listrik telah dipulihkan ke banyak wilayah dalam beberapa hari terakhir.

"Saya berharap melihat WTI mencapai USD 60 per barel dalam beberapa minggu ke depan karena persediaan AS dipengaruhinya kurangnya impor Venezuela,” tutur Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates.

Harga minyak naik juga mendapatkan dari langkah pemangkasan pasokan yang dipimpin negara OPEC dan sekutu termasuk Rusia. Arab Saudi mengindikasi akan memangkas ekspor pada April.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya