PLN Gandeng Perusahaan Prancis Kembangkan Jaringan Listrik Pintar

PLN dan TGS France telah menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) berjangka waktu dua tahun.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 19 Mar 2019, 12:03 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2019, 12:03 WIB
PLN Jamin Pasokan Listrik Debat Capres
Teknisi mengecek Power Bank dan Mobile UPS penyuplai listrik di Hotel Sultan, Jakarta, (15/2). Pemasangan alat yang disediakan PLN itu untuk penyuplai pasokan listrik acara debat capres dan cawspres kedua pada Minggu besok. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) menggandeng perusahaan Prancis, Think Smart Grid (TSG) France untuk mengembangkan jaringan listrik pintar (Smart Grid) di sistem Sulawesi dan Smart Micro Grid di Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB). 

Direktur Perencanaan Korporat PLN, Syofvi Felienty mengatakan, PLN dan TGS France telah menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) berjangka waktu dua tahun. Hal  ini menandai keseriusan PLN dalam meningkatkan pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT). 

"MoU ini salah satu langkah konkrit PLN dalam keberpihakan kepada EBT, " kata Syofvi, di Jakarta, Selasa (19/3/2019).

Syofvi menuturkan, studi ini akan didanai oleh pemerintah Prancis, dan untuk sistem Sulawesi akan dibahas secara detail jaringan listrik terintegrasi dengan  EBT (Renewable Energy Grid Integration).

"Pengembangan energi baru terbarukan terus kami lakukan guna memenuhi target 23 persen pada tahun 2025," tutur dia. 

Tugas PLN dalam MoU ini adalah menyediakan data, lokasi studi, Tim Pendampingan dan Capacity Building dengan mengirimkan engineer untuk studi smart grid di Prancis.

TSG adalah organisasi nonprofit yang concern dalam Pengembangan Smart Grid. Anggotanya adalah industri Ketenagalistrikan, akademisi, pemerintah dan perusahaan listrik yang ada di Eropa.

 

 

Pengembangan Energi Terbarukan Harus Diikuti Teknologi Smart Grid

20160302-Panel Surya ESDM-Jakarta- Gempur M Surya
Petugas memeriksa panel surya di gedung ESDM, Jakarta, Rabu (2/3/2016). Penggunaan panel surya bisa menurunkan emisi dari yang sebelumnya mengonsumsi listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel atau berbasis batubara (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Sebelumnya, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memandang jaringan listrik Indonesia perlu menerapkan industri 4.0, dengan menggunakan jaringan pintar (smart grid) untuk mendorong pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT).

Peneliti Pusat Ekonomi LIPI Maxensiun Tri Sambodo mengatakan, ‎listrik yang dihasilkan pembangkit EBT fluktuasi, sehingga membutuhkan jaringan yang merespons cepat untuk mengatur pasokan dari pembangkit lain. Hal ini dapat dipenuhi dengan menggunakan smart grid.

"Karea EBT nature fluktuasi, manajemen ini membutuhkan smart grid teknologi," kata ‎Max, di Kantor LIPI, Jakarta, Jumat 1 Maret 2019.

Dengan menggunakan smart grid pasokan listrik Indonesia bisa jauh lebih stabil karena pengaturannya secara otomatis, sedangkan saat saat ini jaringan listrik‎ masih konvensional yang membutuhkan waktu lama untuk mengalihkan sumber pasokan listrik.

"Saat ini juga kita sudah punya skada, tapi itu industri 1.0. sektor listrik yang didirong membuat smart grid," tutur dia.

Max mengungkapkan, pemerintah perlu membuat peta jalan untuk penerapan‎ smart grid di Indonesia, termasuk penyediaan investasinya. Dia mengakui, saat biaya yang dibutuhkan untuk membangun smart grid.

"‎Maka kita perlu banyak support, invest awal memang tinggi, tapi lambat laun kita bisa EBT semakin baik, jadi kita tinggal pilih, kita milih murah sekarang tapi kayak gini terus, tapi mahal sedikit tapi lebih baik ke depannya," kata dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya