Liputan6.com, Majalengka - Pihak Bandara Internasional Jawa Barat (BJIB) atau Kertajati membantah tudingan bahwa tak ada kajian sebelum membangun. Tudingan tak ada kajian dianggap tak masuk akal mengingat banyaknya anggaran untuk proyek tersebut.
"Kalau kajian tentu semuanya sudah dibuat. Tidak mungkin pemerintah dan berbagai pihak mengeluarkan anggaran sebesar itu kalau tak ada kajian," ujar Direktur Operasional dan Pengembangan PT BIJB, Agus Sugeng Widodo, kepada Liputan6.com.
Advertisement
Baca Juga
Agus mengakui memang ada sejumlah isu yang terjadi di Bandara Kertajati yakni minimnya penumpang. Namun, pihaknya sedang menyelesaikan masalah tersebut.
"Kajiannya saya kira cukup komprehensif, cuman pada tatanan implementasi kadang di lapangan banyak persoalan dan inilah yang sekarang kita urai," ujarnya.
Tahun ini, target Bandara Kertajati adalah 2,7 juta penumpang. Capaian itu masih jauh dari realita terkini mengingat rute penerbangan tinggal 1, yakni menuju Surabaya.
Agus berharap sosialisasi yang melibatkan pemerintah dan swasta dapat terus berlangsung, sehingga pembangunan Bandara Kertajati yang merupakan bandara terbesar kedua di Indonesia dapat sesuai ekspektasi.
Menhub: Pembangunan Bandara Kertajati Keinginan Pemda
Keterisian Bandara Kertajati di Majalengka, Jawa Barat masih minim. Awalnya, bandara ini diyakini mampu menjadi penghubung antar daerah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) dengan daerah lain.
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menjelaskan awalnya pembangunan bandara tambahan akan dibangun di Karawang, melihat potensi industri. Namun, Pemerintah Daerah (Pemda) Jawa Barat meminta pembangunan dilaksanakan di Kertajati.
"Ini bukan alasan ya, menurut studi Kemenhub, bandara tambahan ada di Karawang, tapi memang awalnya yang minta pembangunan Kertajati itu Pemda, akhirnya kita turuti," ujar dia di Palangkaraya, Senin, 8 April 2019.
Dia mengungkapkan jika mulanya Kemenhub dan Angkasa Pura (AP) II merekomendasikan untuk membuat bandara ukuran kecil untuk pesawat jenis ATR. Namun pemda ingin bandara yang lebih luas.
"Saya bilang ke Dirut AP II, kalau mau bangun kecil dulu, kita dapat kewenangan dari Bu Rini (Menteri BUMN) anggaran Rp 600 miliar. Tapi Pemda ingin langsung runway 2.500 meter, anggarannya Rp 2,6 triliun," ungkap Budi.
Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin menambahkan upaya meramaikan Bandara Kertajati berasal dari 3 potensi, yaitu umroh, haji dan pariwisata. Potensi pariwisata daerah harus dikenalkan untuk menarik wisatawan.
"Daerah Ciayumajakuning harus digencarkan potensi pariwisatanya, supaya bisa menarik pengunjung datang dan tingkat keterisian bandara meningkat," tutupnya.
Advertisement
Umrah Dongkrak Tingkat Keterisian Bandara Kertajati
Segala cara terus dilakukan untuk mengisi kekosongan Bandara Kertajati, salah satunya dengan mendorong masyarakat untuk umrah melalui Bandara Kertajati.
Direktur Utara PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin menyatakan saat ini rombongan umrah dari 4 provinsi yaitu Banten, DKI Jakarta, Lampung dan Jawa Barat berangkat melalui Bandara Soekarno-Hatta. Awaluddin menganggap keberangkatan rombongan umrah dari Lampung dan Jawa Barat harusnya bisa dialihkan ke Bandara Kertajati.
Untuk diketahui, PT Angkasa Pura II merupakan perusahaan yang saat mengelola operasional Bandara Kertajati.
"Kalau Jakarta dan Banten nggak logis kalau harus ke Kertajati, karena lebih dekat ke Soekarno-Hatta. Lampung dan Jawa Barat ini yang kita dorong untuk mengisi Kertajati," ujar Awaluddin di Palangkaraya, Senin, 8 April 2019.
Awaluddin juga menyatakan aksesibiltas dari dan menuju Bandara Kertajati sebenarnya tergantung pada jalan tol Cisumdawu yang tak kunjung rampung. Menurut Awaluddin, dari 6 section pembangunan jalan tol, baru 2 section yang akan selesai tahun ini.
"Dari 6 section, tahun ini baru 2 yang selesai. Sisanya lagi, 4 section itu diantaranya ada isu pembebasan lahan," ujarnya.
Awaluddin juga menyatakan potensi umrah di Indonesia saat ini mencapai 2 juta penumpang per tahunnya. Jika sebagian dialihkan ke Bandara Kertajati, diharapkan ada 1 juta penumpang per tahunnya di sana.
"Umrah dan haji per tahun saja potensinya 2 juta (penumpang) per tahun. Kalau dibagi dua, setahun 1 juta (penumpang) itu bisa dapat. Hanya dari umroh dan haji," tutupnya.