Daur Ulang Jadi Solusi Selesaikan Masalah Sampah Plastik

Saat ini ada 3,7 juta orang di 25 provinsi bergantung pada sampah plastik dan sampah daur ulang lain dalam mencari nafkah.

oleh Septian Deny diperbarui 09 Mei 2019, 19:09 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2019, 19:09 WIB
Isi Perut 'Sampah' Paus Sperma yang Mati
Seorang anak mengunjungi instalasi sampah plastik di dalam 'perut' paus sperma yang mati di Wakatobi ketika Gerakan Indonesia Bersih di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (28/4/2019). Kegiatan itu untuk mengedukasi masyarakat akan bahaya pencemaran sampah plastik di laut. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (Adupi) menyatakan, pengelolaan limbah merupakan solusi dalam penanganan sampah plastik. Salah satunya melalui daur ulang sampah plastik menjadi produk baru yang bernilai tambah tinggi.

Ketua Umum Adupi Christine Halim mengatakan, pengelolaan sampah plastik merupakan langkah yang tepat. Sementara pencemaran lingkungan yang terjadi akibat sampah plastik seiring kebiasaan masyarakat yang membuang sampah plastik sembarangan dan tidak mengelolanya secara baik.

"Diperlukan program edukasi dan budaya di masyarakat untuk pengumpulan, pemilahan dan pembuangan sampah plastik pada tempatnya," ujar dia di Jakarta, Kamis (9/5/2019).

Selain itu, lanjut dia, kebijakan pelarangan plastik di sejumlah daerah juga perlu ditinjau ulang. Pelarangan bukan satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah plastik.

"Kebijakan pelarangan tidak dipertimbangkan dampak holistik dengan kajian keilmuan yang telah dipublikasikan," kata dia.

Sementara Ketua Ikatan Pemulung Indonesia (IPI) Pris Polly Lengkong mengatakan saat ini ada 3,7 juta orang di 25 provinsi bergantung pada sampah plastik dan sampah daur ulang lain dalam mencari nafkah.

"Pengurangan atau pelarangan plastik sudah pasti akan mengurangi pendapatan pemulung. IPI mengharapkan adanya sirkulasi ekonomi daur ulang ditingkatkan, khususnya pada kantong plastik kresek agar ada peningkatan pendapatan pemulung," ujar Polly.

Selain itu, Polly juga menilai adanya pemberlakukan kantong plastik kresek berbayar di supermarket atau minimarket hanya menguntungkan peritel, tetapi di sisi pemulung pendapatannya tidak mengalami kenaikan.

"Pemerintah seharusnya memberlakukan harga daur ulang ditingkatkan, agar makin semangat pemulung untuk mencari kantong kresek, supaya dapat meningkatkan pendapatan pemulung. Sehingga dapat sejahtera dan hidup layak," tandas dia.

 

Sri Mulyani Ajak Ibu-Ibu Diet Plastik

(Foto: Merdeka.com/Wilfridus S)
Menteri Keuangan Sri Mulyani (Foto:Merdeka.com/Wilfridus S)

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menghadiri Pembukaan Bazar DhawaFest 2019. Bazar tersebut merupakan inisiasi dharmawanita Kementerian Keuangan untuk menyeimbangkan misi sosial dalam mejaga silaturahmi secara positif di lingkungan Kemenkeu.

Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani mengajak ibu-ibu serta pegawai Kemenkeu untuk belanja secukupnya. Tidak hanya itu, dia juga mengajak agar seluruh pegawai dan pengunjung DhawaFest melakukan pengurangan penggunaan plastik atau diet plastik.

"Saya apresiasi dan ajak semua di lingkungan Kemenkeu untuk peka dan peduli dan memelihara lingkungan hidup kita. Saya pernah kunjungan ke cafetaria di kemenkeu, di dalam kantor kemenkeu tidak ada lagi minuman botol plastik. Jadi saya harap di semua unit eselon I melakukan hal yang sama," ujarnya di Dhanapala, Jakarta, Rabu (8/5/2019).

Sri Mulyani mengatakan, Indonesia merupakan negara dengan volume sampah plastik terbesar kedua di dunia. "Indonesia polutan ketua di dunia dari sisi plastik, dibuang di sungai dan laut. Indonesia bisa berubah kita mengubah menjadi model di kantor maupun, di rumah. Saya harap dalam acara ini tidak ada kantong plastik," jelasnya.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut menambahkan, penggunaan kantong plastik dapat diganti dengan kain serta besi untuk sedotan yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Langkah kecil ini diharapkan mampu menekan volume sampah di lautan Indonesia.

"Kantong plastik, sedotan itu tidak lagi digunakan sebisa mungkin, karena kantong itu bisa terbuat dari kain. Bawa di mobil kalau habis belanja bisa dimasukkan ke situ dan bisa dipakai terus. Gaya hidup sirkular sangat peka dan sadar, kita bisa mengurangi emisi karbon. Ini adalah bumi kita sendiri untuk itu harus dijaga dan dipelihara dengan sangat baik," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Menteri Susi Malu RI Dilabeli Penyumbang Sampah Plastik Terbesar Dunia

Sebelumnya, Indonesia didaulat menjadi penyumbang sampah plastik terbesar di dunia setelah China. Banyaknya sampah plastik ini pun menjadi perhatian khusus Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Susi Pudjiastuti.

Dia menekankan jika untuk mengatasi persoalan sampah plastik membutuhkan peran dari seluruh masyarakat. Kesadaran dari individu masing-masing menjadi penting sebagai upaya mengurangi pencemaran sampah plastik.

"Indonesia penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia. Malu banget punya label begitu. Mulai sekarang kurangi sampah plastik. Mohon kurangi dari diri kita sendiri," kata Menteri Susi di Jakarta, Selasa (9/4/2019). 

Dia pun meminta agar masyarakat beralih dan meninggalkan kantong plastik dan diganti dengan kantong plastik yang terbuat dari bahan lain.

"Pasti sekarang ada kresek di tas masing-masing minimal 1. Ibu-ibu belanja 10 kresek. Mohon kurangi dari diri kita sendiri. Pakai , tas anyam, kantong kain. lebih artistik," katanya.

Oleh karenanya, Indonesia dapat mencontoh negara di kawasan Afrika yang telah lebih dulu melarang penggunaan kantong plastik.

"Kenya saja Negara Afrika terbelakang mereka lebih duluan plastik tidak boleh pakai. Jakarta mau mulai tapi tidak berani takut diprotes produsen plastik. Demi terjaganya lingkungan kita," pungkasnya.

Sebelumnya, sebanyak 40.000 toko ritel yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menjadikan kantong plastik belanja sebagai barang dagangan. Harga yang dikenakan mulai dari Rp 200 per lembar. Ini dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi penggunaan plastik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya