HIPMI Ajak Pengusaha Manfaatkan Perang Dagang AS-China

HIPMI menilai meski menimbulkan gejolak, perang dagang juga memiliki peluang mendorong ekspor dan investasi ke Amerika Serikat (AS).

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 14 Jun 2019, 17:46 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2019, 17:46 WIB
Capaian Ekspor - Impor 2018 Masih Tergolong Sehat
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (25/5). Kenaikan impor dari 14,46 miliar dolar AS pada Maret 2018 menjadi 16,09 miliar dolar AS (month-to-month). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Para pengusaha yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) mengajak para pengusaha untuk memanfaatkan peluang perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China.

Wakil Bendahara Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI), Ajib Hamdani  mengatakan, walaupun menimbulkan gejolak, perang dagang juga memiliki peluang mendorong ekspor dan investasi ke Amerika Serikat (AS). 

"Walapun perang dagang berdampak menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar, tapi kita jangan terlalu khawatir atas permasalahan perang dagang, kita harus bisa melihat peluang dari perang dagang ini agar perekonomian nasiaonal bisa tetap stabil," ucap Ajib Hamdani (13/6/2019).

Dia juga mengatakan harus bisa melihat sektor mana saja yang dapat mendorong ekspor indonesia ke Amerika Serikat.

"Iya tarif bea masuk yang di perlakukan di Amerika Serikat ke Cina harus kita manfaatkan untuk meningkatkan ekspor Ke Amerika Serikat dan menekan impor produk dari Cina masuk ke Indonesia agar kestabilan harga di Indonesia tidak menimbulkan gejolak," kata Ajib.

Ajib juga menjelaskan, risiko berinvestasi di Indonesia juga jadi meningkat dampak investor jadi berkurang.

Namun, hal ini tidak boleh dijadikan permasalahan besar dan pemerintah juga harus jeli melihat peluang untuk membuat regulasi dan terobosan agar investasi bisa lebih massif masuk ke Indonesia.

"Kuncinya kita harus bisa melihat peluang sekecil apapun, kombinasi peningkatan investasi dan orientasi ekspor, akan membuka peluang pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Sebagai pengusaha yang bisa menggerakan perekonomian nasional tidak perlu terlalu khawatir atas Permasalahan ini tapi lebih mencari solusi," ujar Ajib.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Antisipasi Perang Dagang, Pemerintah Diminta Perluas Pasar

Kinerja Ekspor dan Impor RI
Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memperkirakan, gejolak perang dagang antara Amerika Serikat (AS)-China yang terus memanas dapat membuat pertumbuhan ekonomi RI meleset dari target.

Adapun dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi akan mencapai 5,3 persen.

Namun, Ekonom INDEF Bhima Yudhistira beranggapan, efek perang dagang akan membuat pertumbuhan ekonomi negara tertahan di angka 5 persen.

"INDEF prediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini mentok di 5 persen atau dibawah asumsi makro APBN 5.3 persen. Kita harus bersiap hadapi situasi terburuk karena perang dagang ternyata tidak hanya menyasar China, tapi juga Meksiko, India dan Turki," ujar dia kepada Liputan6.com, Kamis, 13 Juni 2019.

Mengantisipasi hal tersebut, pemerintah disarankan untuk membuat sejumlah langkah agar perekonomian dalam negeri dapat terjaga. Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain memperluas pasar ekspor hingga memberi insentif lebih kepada pengusaha lokal.

Bhima menuturkan, perang dagang AS-China memiliki dampak cukup besar yang mempengaruhi kinerja ekspor komoditas perkebunan, tambang dan energi. Pergerakan harga komoditas juga masih terpantau rendah lantaran perang dagang turunkan permintaan.

Di sisi investasi, dia menambahkan, eskalasi perang dagang turut menambah risiko berinvestasi di negara berkembang, termasuk Indonesia.

 

3 Langkah

Kinerja Ekspor dan Impor RI
Aktivitas bongkar muat barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja ekspor dan impor Indonesia mengalami susut signifikan di Juni 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Demi mengatasi situasi pasar yang tidak baik ini, ia mengimbau Pemerintah untuk melakukan tiga langkah berikut. Pertama, yakni mempercepat penawaran paket insentif bagi investor yang mau relokasi pabrik milik China dan AS.

"Percepat tawarkan paket insentif bagi investor yang mau relokasi pabrik dari China dan AS. Pemerintah Vietnam sdah lebih dulu tawarkan paket insentif sehingga jadi pemenang dalam trade war," urai dia.

Selanjutnya, memperluas pasar ekspor ke negara non-tradisional dengan strategi kerjasama bilateral untuk turunkan tarif dan hambatan non-tarif. "Negara kawasan Afrika Utara, Eropa Timur dan Rusia sangat prospektif sebagai mitra perdagangan," sambungnya.

Terakhir, Bhima meminta agar para pengusaha lokal diberi banyak kemudahan dan insentif dalam melanjutkan usahanya selama perang dagang terus berlangsung.

"Berikan aneka kemudahan dan insentif bagi pengusaha lokal yang terdampak trade war. Misalnya diskon tarif listrik, gas untk industri, keringanan PPh (pajak penghasilan) badan selama perang dagang berlangsung, dan lain-lain," tuturnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya