Pertamina: Penyelesaian Tumpahan Minyak Selesai Maret 2020

Kebocoran gas dan minyak dari sumur YYA-1 ‎berhasil disumbat pada Sabtu (21/9/2019).

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 23 Sep 2019, 20:30 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2019, 20:30 WIB
Tumpahan Minyak Pertamina Cemari Perairan Muara Gembong
Pegawai Pertamina melintas di depan tumpukkan karung berisi limbah tumpahan minyak (oil spill) di Pantai Muara Beting, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (28/7/2019). Oil spill akibat kebocoran terjadi di sumur lepas pantai YYA1 Karawang. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) memperkirakan perbaikan lingkungan yang terdampak tumpahan minyak dari Sumur YYA-1 Blok Offshore West Java (ONWJ) akan selesai pada 2020.

Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu mengatakan, setelah kebocoran gas dan minyak dari sumur YYA-1 ‎berhasil disumbat pada Sabtu (21/9/2019). Saat ini sudah tidak ada lagi minyak yang keluar dari sumur tersebut.

‎"Per hari ini sudah tidak ada. Kemarin masih ada. Tinggal sisa-sisa yang diangkat," kata Dharmawan, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Senin (23/9/2019).

Menurut Dharmawan, meski kebocoran minyak sudah berhasil disumbat, tetapi penanganan dampak tumpahan masih dilakukan dalam jangka panjang. Diperkirakan pembersihan dan pemulihan ekosistem akan selesai paling cepat Maret 2020.

"Seusai dengan program kita, ini paling cepat sampai Maret 2020 program pembersihan, revitalsiaisi dan pemulihan ekosistem. sampai Maret 2020," tuturnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Libatkan IPB dan KLHK

Tercemar Minyak Pertamina, Petani Garam di Karawang Berhenti Produksi
Petani garam di pesisir pantai utara Karawang, berhenti berproduksi, dampak air laut sebagai sumber utama pembuatan garam tercemar minyak pertamina yang bocor sejak dua minggu lalu. (Liputan6.com/Abramena)

Dharmawan mengungkapkan, dalam pemulihan lingkungan atas dampak ‎tumpahan minyak, Pertamina melibatkan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Sedangkan dampak sosial, Pertamina menargetkan perhitungan formullasi final untuk kompensasi pada Oktober 2019.‎

"Jadi paling cepat sampai Maret, itu dari sisi lingkunan. Dari sisi yang sosial, saya rasa secepat-cepatnya paling lambat akhir Oktober. Masalah formula final," tandasnya.

Pertamina Klaim Berhasil Tutup Kebocoran Minyak di Perairan Karawang

Tumpahan Minyak Pertamina Cemari Perairan Muara Gembong
Oil spill yang telah membeku di sekitar tambak penangkap udang di perairan Muara Beting, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (28/7/2019). Oil spill akibat kebocoran di sumur lepas pantai YYA1 Karawang milik Pertamina Hulu Energi di blok migas ONWJ. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) telah berhasil menyumbat kebocoran gas dan Minyak dari sumur YYA-1, setelah proses pengeboran sumur sumbatan (Relief Well) telah berhasil terkoneksi dengan Sumur YYA -1 per Sabtu 21 September 2019 pukul 10.30 WIB.

Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H. Samsu mengatakan, pengeboran Relief Well adalah proses mematikan sumur YYA-1 dengan pengeboran dari samping yang dilakukan dari alat bor (Rig) Soehanah yang berjarak 1 km dari sumur YYA-1. Proses koneksi antar sumur ini berhasil dilakukan dengan baik dan lebih cepat dibandingkan estimasi jadwal waktu yang direncanakan, yaitu pada akhir September 2019.

"Alhamdulillah lebih cepat dari perkiraan harusnya 26 September," kata Dharmawan, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Senin (23/9/2019).

Ketua Tim Penanganan Taufik Aditiyawarman mengungkapkan, suksesnya mengkoneksikan antar sumur ini adalah sebuah tahapan penting dalam upaya mematikan sumur YYA-1.

“Dengan terkoneksinya dua sumur ini, maka saat ini kami dalam posisi telah dapat mengendalikan sumur YYA-1”.

Lebih lanjut Taufik menambahkan, setelah Relief Well bertemu dengan sumur YYA-1 langkah selanjutnya adalah dilakukan proses Dynamic Killing, dengan memompakan lumpur berat untuk melawan tekanan dalam sumur YYA-1, sehingga tercapai keseimbangan dan menyetop aliran minyak dan gas dari sumur tersebut.

Meski proses tersebut telah dilakukan, beberapa waktu ke depan masih merupakan masa kritikal karenanya tetap dilakukan monitoring, untuk memastikan kestabilan sumur dan memastikan tidak ada fluida yang keluar dari sumur YYA-1.

Monitoring dilakukan melalui aerial survey, kamera thermal dan untuk di dalam laut menggunakan Remotedly Operated Vehicles (ROV). Bila kondisi dinyatakan stabil maka akan dilakukan tahap selanjutnya yaitu pemompaan semen untuk proses mematikan sumur YYA-1 secara permanen.

“Kami berterima kasih terhadap semua support masyarakat dan stakeholders, sekaligus kami juga mohon doanya agar seluruh tahapan untuk mematikan sumur YYA-1 ini berjalan dengan baik sehingga kami dapat lebih fokus dalam penanganan dampak masyarakat, pemulihan lingkungan, dan penanganan Anjungan YYA serta Rig Ensco-67,“ tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya