BPS Catat Ekspor Babi Capai USD 4,8 Juta di September 2019

Pintu keluar ekspor babi dari Indonesia adalah melalui Batam.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Okt 2019, 14:01 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2019, 14:01 WIB
Daging babi di Pasar Tomang Barat.
Daging babi di Pasar Tomang Barat. Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor babi Indonesia pada September 2019 sebesar USD 4,8 juta. Ekspor tersebut turun sebesar 10,86 persen jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar USD 5,3 juta.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti mengatakan, secara umum BPS mencatat ekspor binatang hidup termasuk babi. Babi sendiri, sebagian besar diekspor ke Singapura.

"Kami mencatat binatang hidup. Untuk babi, ada datanya," ujarnya saat ditemui di Kantor BPS Pusat, Jakarta, Selasa (15/10/2019).

Pintu keluar ekspor babi dari Indonesia adalah melalui Batam. Batam menjadi senter ekspor karena dekat dengan Singapura yang merupakan pasar utama paling besar.

Adapun ekspor babi secara kumulatif dari Januari hingga September 2019 tercatat USD 44,79 juta. Angka tersebut tumbuh 9,22 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya USD 41,01 juta.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Babi Hutan Indonesia Serbu Malaysia

Babi Hutan atau Celeng
Ilustrasi Foto Babi Hutan atau Celeng (iStockphoto)

Masalah lintas batas kerap terjadi antara Malaysia dan Indonesia. Bukan hanya imigran ilegal, saat ini pemerintah Negeri Jiran itu juga menghadapi serbuan babi hutan dari Indonesia yang masuk ke Melaka melalui perairan.

Ketua Komite Pertanian, Pengembangan Agribisnis, dan Koperasi Melaka, Norhizam Hassan Baktee mengatakan, babi hutan adalah perenang yang hebat. Mereka menyeberangi Selat Malaka dari Sumatera untuk mencari habitat baru di Malaysia.

"Invasi babi hutan ke laut membuat kami putus asa karena populasi hewan meningkat di Melaka. Pulau Besar yang mistis di sini telah menyaksikan kerusakan luas dari 'migrasi' puluhan babi hutan, termasuk anak babi," katanya, seperti dilansir The Star, Kamis (5/9/2019).

Norhizam mengatakan, para nelayan melaporkan kerap melihat moncong babi hutan dalam gelap di sepanjang garis pantai Melaka hampir setiap malam. "Sekarang Melaka dihuni babi hutan liar dari Indonesia," ujarnya.

Banyaknya babi hutan ini, sambungnya, bisa melebihi jumlah manusia di Pulau Besar jika situasinya tidak terkendali.

"Pulau Besar tampaknya menjadi titik pendaratan bagi babi hutan sebelum mereka menyeberang ke daerah yang dekat dengan Ujong Pasir di daratan dan daerah pesisir lainnya," ungkap Norhizam.

Siapkan Penembak Babi Hutan

Babi Hutan atau Celeng
Ilustrasi Foto Babi Hutan atau Celeng (iStockphoto)

Norhizam mengatakan, Departemen Satwa dan Taman Nasional Melaka (Perhilitan) sekarang fokus pada pemberantasan populasi babi hutan yang meningkat di Pulau Besar.

"Perhilitan membawa tiga penembak dengan peluru tajam dalam sebuah misi untuk menyelamatkan Pulau Besar dari invasi babi hutan," ucapnya.

Norhizam mengatakan, Pulau Besar adalah situs penting untuk Melaka yang sering dikaitkan dengan kisah-kisah mistis. Beberapa menyebutkan pulau itu dalam legenda Putri Gunung Ledang.

Sang putri dikatakan secara tidak sengaja menusuk suaminya dengan jarum beracun saat berlayar dari lepas pantai di sini, kemudian menggunakan Pulau Besar sebagai batu loncatan untuk terbang ke Gunung Ledang.

Pulau-pulau di sini juga dikaitkan dengan armada harta karun terkenal abad ke-15 China yang dikomandoi Laksamana Zheng He.

Zheng He menggunakan Malaka sebagai pangkalan maju untuk perjalanan epiknya ke India, Sri Lanka, dan seterusnya ke Afrika. Bagian dari armadanya dikatakan berlabuh di sini.

Pulau Besar juga merupakan rumah bagi beberapa sumur kuno, tempat pemujaan, dan kuburan yang telah menjadi objek wisata populer.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya