Ekonomi China Mulai Menggeliat, Sentra Industri Telah Produksi

Sejak akhir Februari 2020 sudah ada sentra-sentra industri di China mulai berproduksi lagi.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 14 Apr 2020, 17:00 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2020, 17:00 WIB
Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun
Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun. Liputan6.com/Devira Prastiwi

Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar Indonesia untuk China, Djauhari Oratmangun, menyebutkan bahwa roda perekonomian di Kota Beijing, China, mulai menggeliat pasca penyebaran virus corona Covid-19. Hal itu dikatakannya dalam video konferensi, Selasa (14/4/2020).

"Memang banyak sektor yang terkena imbas covid-19 ini, tapi perlahan-lahan mulai menggeliat di China, memang belum seperti semula," ujarnya.

Selain itu, Djauhari menyebut ada sektor yang cukup menonjol selama 3 bulan terakhir, yaitu pemesanan dan pengiriman makanan via daring, yang mengalami peningkatan sekitar 20 persen.

"Tapi ada yang menonjol selama 3 bulan ini adalah online food delivery, itu meningkat sekitar 20 persen. Karena memang pola akan berubah, orang sudah nyaman dengan online selama karantina 80 hari," kata Djauhari.

Menurut pemaparannya, kondisi di Beijing saat ini menyisakan sekitar 2 ribu orang yang terjangkit covid-19, dari angka sebelumnya yang mencapai kisaran 80 ribu kasus.

Kemudian, lanjut Djauhari, Wuhan sebagai sentral industri manufaktur di China yang sempat lumpuh akibat wabah Corona, mulai membuat banyak investor, salah satunya Jepang, berpikir untuk melakukan realokasi industri.

China sendiri, kata Djauhari, sejak akhir Februari sudah ada instruksi agar sentra-sentra industri itu mulai berproduksi lagi.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Ekspor Rempah asal Jawa Tengah ke China Melejit di Tengah Badai Corona

FOTO: Pandemi COVID-19, Pedagang Jamu Rempah-Rempah Panen Berkah
Pembeli memilih rempah-rempah yang dijual di Pasar Jatinegara, Jakarta, Kamis (26/3/2020). Merebaknya pandemi virus corona COVID-19 membuat penjualan jamu rempah-rempah seperti jahe, temulawak, dan kunyit meningkat pesat. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Permintaan ekspor terhadap produk rempah asal Jawa Tengah (Jateng) ke China justru semakin melonjak di tengah badai pandemi virus Corona (Covid-19) saat ini.

Berdasarkan data Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian (Kementan) Semarang, sertifikasi kesehatan untuk ekspor ke China pada Januari hingga 11 April 2020 mencapai 9 kali dengan volume 118 ton.

Angka tersebut mengalami peningkatan signifikan dibandingkan ekspor tahun lalu. Tercatat, sepanjang 2019 hanya ada sebanyak 13 kali sertifikasi kesehatan untuk ekspor ke China dengan volume 170 ton.

"Ini yang terus digelorakan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, produk pertanian khususnya rempah kita dibutuhkan dunia. Mari bergerak bersama untuk menjadi pertanian kita maju bersama," kata Kepala Barantan Ali Jamil dalam pesan tertulisnya, Selasa (14/4/2020).

Tak hanya China, Ali Jamil mengatakan, produk rempah asal Jawa Tengah, khususnya kapulaga juga tetap diminati oleh berbagai negara lain. Antara lain Vietnam, Hong Kong, Korea Selatan, India, dan Amerika Serikat.

"Sebagai catatan, permohonan sertifikasi kesehatan karantina untuk ekspor komoditas ini pada tahun 2019 tercatat 81 kali pengiriman dengan total 1,1 ribu ton ke berbagai negara," jelasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya