S&P Pertahankan Peringkat Utang Indonesia di Posisi BBB dengan Outlook Negatif

Peringkat tersebut mencerminkan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 18 Apr 2020, 09:00 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2020, 09:00 WIB
Nilai Tukar Rupiah
Aktivitas penukaran uang dolar AS di gerai penukaran mata uang asing PT Ayu Masagung, Jakarta, Kamis (19/3/2020). Nilai tukar Rupiah pada Kamis (19/3) sore ini bergerak melemah menjadi 15.912 per dolar Amerika Serikat, menyentuh level terlemah sejak krisis 1998. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga pemeringkat kredit Standard & Poor’s Global Ratings (S&P) telah mempertahankan peringkat kredit Indonesia pada posisi BBB dengan perubahan outlook dari ‘stabil’ ke ‘negatif’.

Dalam laporannya, S&P menyampaikan bahwa peringkat tersebut mencerminkan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat dan kebijakan Pemerintah yang adaptif dan responsive terhadap perubahan kondisi.

"Kebijakan tersebut mampu menjaga stabilitas ekonomi dan mendukung upaya penanggulangan masalah kesehatan akibat pandemi Covid-19 yang sedang berkembang saat ini," jelas Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi, Rahayu Puspasari dalam kererangan pers, Sabtu (18/4/2020).

Di sisi lain, lanjut Puspa, kebijakan tersebut mengakibatkan peningkatan beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai dampak dari bertambahnya kebutuhan pembiayaan melalui utang dan meningkatnya beban utang.

Sebelumnya, dalam upaya penanganan pandemi Covid-19 Pemerintah Indonesia dan otoritas terkait telah mengambil langkah–langkah yang bersifat luar biasa (extraordinary actions) secara cepat dengan menetapkan (Perpu) Nomor 1/2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona dalam upaya menjaga akuntabilitas dan memberikan landasan hukum dalam upaya penanggulangan Covid-19.

"Sebagaimana disampaikan S&P bahwa kekuatan Pemerintah dalam menjaga stabilitas kelembagaan, prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat dan fiskal yang prudent selama ini telah terbukti," kata Puspa.

Pemerintah akan terus melakukan koordinasi secara aktif dengan otoritas terkait untuk mengambil langkah terbaik yang diperlukan dalam rangka menuntaskan penanganan Covid–19 dan mengurangi dampak buruknya bagi keuangan negara.

Sri Mulyani Sambut Positif Naiknya Peringkat Utang Indonesia oleh S&P

DPR dan Menteri Keuangan Bahas RUU Prioritas 2020
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat rapat konsultasi dengan DPR di Ruang Pansus B, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (16/12). Rapat membahas program Omnibus Law dan RUU Prolegnas Prioritas tahun 2020 terkait keuangan dan perkembangan makro fiskal dan keuangan negara. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Menteri Keuangan, Sri Mulyani menyambut positif hasil asesmen Lembaga pemeringkat Standard and Poors (S&P) terkait peringkat utang Indonesia.

S&P meningkatkan sovereign credit rating Republik Indonesia dari BBB-/Outlook Stabil menjadi BBB/Outlook Stabil pada 31 Mei 2019.

"Alhamdulillah ada hal-hal yang cukup baik dari assessment-nya, bahwa S&P yang tadinya BBB- stable langsung meloncat menjadi BBB. Ini adalah suatu kenaikan yang cukup signifikan dari lembaga rating yang dikenal cukup konservatif," kata dia, saat ditemui, di Jakarta, Sabtu (1/6/2019).

Terkait peringkat tersebut, lanjut dia terdapat beberapa hal positif yang berhasil dicetak oleh Indonesia. Salah satunya pertumbuhan ekonomi yang lebih bagus dibandingkan negara peer.

"Memang selama beberapa tahun terakhir ini banyak negara mengalami tekanan yang luar biasa dalam perekonomiannya sehingga performance-nya tidak terlalu bagus dan kita dengan pertumbuhan yang relatif tinggi," ujar dia.

"Ini adalah suatu hal yang positif dan tentu mereka memiliki pandangan optimistik dengan selesainya pemilu komitmen melakukan reformasi sehingga kinerja pertumbuhan ekonomi akan menjadi lebih baik," imbuhnya.

Selain itu kata Sri Mulyani, Indonesia pun telah menjalankan kebijakan fiskal yang prudent. Hal tersebut tampak dari defisit APBN di bawah tiga persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

"Rasio dari utang juga dijaga, itu memberikan suatu reputasi dan track record cukup bagus sehingga kepercayaan terhadap track record ini positif," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya