Perkuat Sektor Pangan, Kementan Siap Genjot Petani Milenial

Kementan melalui BPPSDMP menyatakan bahwa jumlah petani yang terus berkurang tidak membuat ketahanan pangan tergerus.

oleh Tira Santia diperbarui 02 Jul 2020, 18:15 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2020, 18:15 WIB
Tingkatkan Kualitas SDM Pertanian, Kementan Siap Optimalkan Pelatihan Digital
Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi saat Pertemuan Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan Semester I Tahun 2020, di Horison Ultima Bhuvana-Ciawi Bogor, (29/6) yang diikuti 10 kepala UPT Pusat Pelatihan Pertanian lingkup BPPSDMP.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) menyatakan bahwa jumlah petani yang terus berkurang tidak membuat ketahanan pangan tergerus, melainkan pihaknya terus mendorong agar generasi milenial bisa tertarik dengan dunia pertanian, salah satunya dengan berbagai pelatihan yang dilakukan secara online.

“Kalau tergerus itu sebenarnya tidak juga, tapi memang kita harus waspada kita harus antisipasi jadi saat ini komposisi dari petani kita sebagian umur produktif 40 tahun keatas petani kita, itu kurang lebih 70 persen, sedangkan umur 40 tahun kebawah kurang lebih 29 persen kurang dari 30 persen. Itu berarti 10 tahun kemudian umur produktif ini akan masuk ke umur yang kurang produktif,” kata Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi, kepada Liputan6.com, Kamis (2/7/2020).

Artinya umur yang diatas 50 tahun yang kurang produktif, apalagi umur di atas 60 tahun produktivitasnya pasti berkurang. Hal inilah yang menjadi tantangan BPPSDMP Kementan untuk mendorong generasi milenial yaitu Sumber Daya Manusia yang berumur 40 tahun ke bawah bisa produktif di sektor pertanian.

“Umur milenial atau yang kurang dari 40 tahun kita sebut sebagai umur milenial atau petani milenial yang lebih dari 40 tahun di sebut kolonial artinya petani yang sudah tua, tantangan ini bagaimana menciptakan petani-petani milenial itu sebanyak-banyaknya,” ujarnya.

Begitupun di saat yang sama bagaimana pihaknya mencetak petani milenial agar betul-betul profesional menguasai bidangnya di sektor pertanian, serta  di saat yang sama petani milenial itu juga harus mampu berdaya saing  dengan negara lain.

“Yang namanya komoditas pertanian bukan hanya di Indonesia, di seluruh negara juga memproduksi bahan pangan, mereka sama-sama ekspor, sama-sama menghasilkan Oleh karena itu daya saing ini menjadi kata kunci sukses dalam bidang pangan,” kata Dedi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Jiwa Entrepreneurship

Kementan
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi menyampaikan rasa bahagianya ketika ‘kopi darat’ bersama 30 orang Duta Milenial pembangunan pertanian di Saung Kuring Resto, Bogor pada Selasa (3/3).

Selain itu, petani milenial ini juga harus mempunyai jiwa entrepreneurship yang tinggi artinya jiwa wirausaha yang tinggi, yang bisa memberikan kesinambungan atau sustainability dari usaha pertanian, sehingga memberikan keuntungan tersendiri bagi pertanian.

Keuntungan itu didapatkan dari usaha pertanian yang baik petaninya, yang bisa dilaksanakan oleh para petani milenial yang berjiwa entrepreneurship yang tinggi, sehingga mempunyai kepekaan terhadap peluang-peluang pertanian.

“Misalnya petani yang peka itu melihat sampah saja atau sisa-sisa sampah pertanian bisa menjadi uang, dibuat menjadi kompos kemudian dikemas yang bagus dan dijual, bayangkan dari sampah bisa jadi duit kalau  petani milenial yang punya jiwa entrepreneurship yang tinggi mereka bisa membaca peluang, itulah yang kita harapkan,” pungkasnya.   

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya