Erick Thohir: Klaster BUMN Pariwisata Bukan untuk Bunuh Pesaing

Menteri BUMN menegaskan, pembentukan klaster BUMN di bidang pariwisata ditujukan semata-mata untuk memperkuat alur supply chain sektor pariwisata nasional.

oleh Athika Rahma diperbarui 18 Agu 2020, 22:18 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2020, 21:25 WIB
Erick Thohir Rapat Perdana di DPR
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengikuti rapat dengan Komisi VI DPR, di kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (2/12/2019). Rapat tersebut membahas Penyertaan Modal Negara (PMN) pada Badan Usaha Milik Negera tahun anggaran 2019 dan 2020. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan, pembentukan klaster BUMN di bidang pariwisata ditujukan semata-mata untuk memperkuat alur supply chain sektor pariwisata nasional beserta pendukungnya.

Hal ini dilakukan tanpa membunuh ekosistem yang telah terjalin dengan pihak lain seperti pihak swasta, UMKM, BUMD, BUMDes dan lainnya, namun justru memperkokoh ekosistem itu.

"Bukan berarti kita menggabungkan Garuda dengan airport, hotel, atau Sarinah, berarti kita ingin membunuh pesaing, seperti Lion Air, hotel-hotel swasta atau asing. Tapi kami ingin bagaimana membentuk ekosistem yang baik," ujar Erick dalam tayangan virtual, Selasa (18/8/2020).

Erick menyatakan, tugas BUMN ada 2, yaitu menjalankan tugas negara dan mencari profit. Apalagi di masa pandemi, BUMN punya penugasan khusus dan hal tersebut berjalan dengan baik karena BUMN fundamental dan infrastruktur.

Dirinya mencontohkan sinergitas yang dilakukan bank-bank BUMN atau Himbara. Bersama dengan PNM (Permodalan Nasional Madani), tugas penyaluran bantuan produktif Presiden kepada usaha ultra mikro bisa berjalan dengan baik.

Oleh karenanya, pembentukan klaster ini akan mempermudah tugas tersebut, sekaligus memaksimalkan lini bisnis masing-masing BUMN.

Adapun, pembentukan klaster BUMN pariwisata nantinya akan terdiri atas 8 perusahaan. Perusahaan yang akan bergabung ialah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, PT Sarinah (Persero), PT Angkasa Pura I (Persero), PT Angkasa Pura (II) Persero, dan PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau ITDC.

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Revitalisasi Sarinah, Erick Thohir Tekankan Hal Ini

FOTO: Gedung Pusat Perbelanjaan Pertama di Indonesia Segera Direnovasi
Warga berolahraga di trotoar sekitar Gedung Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Selasa (12/5/2020). Menteri BUMN, Erick Thohir mengatakan akan melakukan renovasi Gedung Sarinah dengan total anggaran senilai Rp 700 miliar yang akan dimulai pada Juni 2020. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Pusat perbelanjaan Sarinah sedang mengalami revitalisasi saat ini. Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan, Sarinah harus diubah menjadi lebih modern dan kekinian untuk bisa menjangkau pasar di era kini.

Supaya Sarinah dapat bertransformasi dengan sukses, maka perlu dilakukan juga kolaborasi dengan pihak lain.

 "Kita melihat transformasi yang sudah dijabarkan Bu Dirut (Dirut Sarinah Fetty Kwartati) sudah bagus, tinggal diimplementasikan. Tapi saya ingin tambahkan kolaborasi. Suksesnya Sarinah juga mesti ada kolaborasi," kata Erick dalam tayangan virtual, Selasa (18/8/2020).

Saat ini BUMN telah memiliki 12 klaster, salah satunya klaster pariwisata dan pendukung. Di dalam klaster tersebut, sebanyak 8 BUMN yang berkaitan digabungkan dan dikolaborasikan demi kinerja bisnis yang lebih baik dan terciptanya supply chain yang efisien.

Namun, penggabungan itu bukan berarti akan merusak ekosistem kerja sama yang tercipta dengan swasta, UMKM, BUMD dan BUMDes.

"Tetapi ini sebuah keberpihakan di mana ketika kita melihat Covid-19 terjadi, ya, memang selain kita mesti mandiri, tetapi kita juga harus memperbaiki supply chain kita," tutur Erick.

Dia berharap Sarinah tidak hanya bertransformasi, tapi juga mengedepankan kolaborasi, apalagi di bawah klaster sangat kuat.

UMKM harus disukseskan sedemikian rupa, sehingga tujuan Sarinah melakukan transformasi dan kolaboratif ini ada dampaknya, bukan sekedar lip-service.

Kata Erick, jika Sarinah menemukan ada BUMN pariwisata yang tidak mengedepankan produk lokal, maka pihaknya bisa melapor ke Mantan Bos Inter Milan itu.

"Ada airport, ada penerbangan, ada Hotel Indonesia. Jadi kalau Hotel Indonesianya tidak memproritaskan produk Indonesia, Sarinah bisa lapor saya. Kalau produk Hotel Indonesia impor-impor, bisa lapor saya. Begitu juga Garuda. Bukan berarti pesawatnya nggak boleh impor, kita belum bisa. Tapi di dalamnya, seragamnya, atau alat jualannya, kalau bisa merek lokal harus didahulukan," tutur dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya