Pelaku Ekonomi Indonesia Dinilai Belum Siap Hadapi Era Digital

Kebanyakan pelaku ekonomi di Indonesia belum siap menghadapi era digital, khususnya saat di tengah masa pandemi Covid-19.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 21 Okt 2020, 14:20 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2020, 14:20 WIB
PBNU Gandeng Go-Pay untuk Permudah Pembayaran Zakat, Infaq, dan Sedekah
Model mencoba QR Code melalui dompet digital Go-Pay saat peluncuran kerja sama strategis pemberdayaan ekonomi umat berbasis digital di Jakarta (16/7/2019). Gojek, Go-Pay, dan NU Care-LazisNU menjalin kerja sama untuk pembayaran zakat, infaq, dan sedekah secara nontunai. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menyatakan, kebanyakan pelaku ekonomi di Indonesia belum siap menghadapi era digital, khususnya saat di tengah masa pandemi Covid-19.

"Banyak pelaku ekonomi belum siap, sehingga bisa jadi dari sisi sektor riil mereka akan tertinggal," kata Aviliani dalam sesi webinar, Rabu (21/10/2020).

Menurut dia, mayoritas pelaku ekonomi di sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) masih sangat belum siap dan sangat lamban dalam menghadapi transformasi digital.

Oleh karenanya, ia menilai pelaku UMKM perlu diberi pendampingan agar bisa lebih mengenal platform digital. Dengan begitu, mereka dapat memanfaatkan momen pandemi untuk memacu pertumbuhan lebih baik.

"Sektor UMKM perlu ada pendampingan untuk percepatan. Karena kalau tidak, nanti mereka bisa lebih lambat karena mereka tidak bisa memanfaatkan momen ini," imbuhnya.

Selain UMKM, Aviliani mengatakan, masih banyak perusahaan di Indonesia yang belum mempersiapkan diri ke arah digitalisasi. Kondisi tersebut dinilainya bakal memperlambat proses untuk ke masa peralihan.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan angka penjualan online yang meningkat sangat signifikan seiring dengan adanya peralihan aktivitas masyarakat ke teknologi digital selama pandemi.

"Ketidaksiapan perusahaan dalam menyambut era digital akan sangat merugikan, bahkan keberlangsungan produktivitasnya juga dapat terancam," serunya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rumah Sakit Tutup

Ilustrasi telemedicine, berobat online, konsultasi kesehatan online
Ilustrasi telemedicine, berobat online, konsultasi kesehatan online. Kredit: National Cancer Institute via Unsplash

Dia mencontohkan, saat ini banyak rumah sakit yang sepi dan tutup gara-gara masyarakat lebih memilih untuk berkonsultasi online guna mencegah penularan Covid-19.

Di lain sisi, Aviliani mengungkapkan, perusahaan yang paling siap dalam menyambut dan mengadaptasi sistem digital selain e-commerce adalah sektor perbankan dan keuangan.

"e-Commerce karena mereka sudah menciptakan marketplace, sudah menciptakan kondisi sudah digitalisasi gitu. Jadi mereka tidak masalah," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya