Perluas Layanan Energi, Pertamina Kembangkan Inovasi Bisnis Lewat 4 Program Ini

Sebagai langkah untuk memperluas dan memperkuat pelayanan energi kepada masyarakat, Pertamina mengembangkan inovasi bisnis dengan 4 program utama.

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 30 Okt 2020, 10:22 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2020, 10:22 WIB
Perluas Layanan Energi, Pertamina Kembangkan Inovasi Bisnis Lewat 4 Program Ini
Dok. Pertamina

Liputan6.com, Jakarta Sebagai langkah untuk memperluas dan memperkuat pelayanan energi kepada masyarakat, PT Pertamina (Persero) mengembangkan inovasi bisnis dengan 4 program utama. Program tersebut antara lain Layanan Pesan Antar (Pertamina Delivery Service - PDS dan Pertamina Lubricant Home Service - PLHS), Program Pertamina Shop (Pertashop) dan Program BBM Satu Harga, dan Program Digitalisasi SPBU.

Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman menjelaskan sebagai badan usaha di sektor hilir migas dan implementasi tugas BUMN untuk melayani energi negeri, Pertamina terus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan melakukan inovasi model bisnis secara berkelanjutan.

Dari keempat program tersebut, terdapat dua program penugasan untuk menjangkau masyarakat hingga pedesaan dan wilayah 3T, dan dua program lainnya untuk memperkuat dan memudahkan pelayanan keoada pelanggan.

Di era pandemi Covid 19, lanjutnya, Pertamina memperkuat layanan pesan antar (PDS) yang saat ini telah melayani penjualan BBM dari 234 SPBU, Bright Gas di 576 Agen LPG dan telah menjangkau 5930 kecamatan.

"Program PDS dimulai sejak Agustus 2019, namun layanan meningkat tajam sejak kebijakan pembatasan sosial berskala besar di berbagai wilayah. Kami ingin selalu memberikan layanan terbaik dengan mengantarkan kebutuhan BBM dan Bright Gas langsung ke rumah pelanggan serta layanan antar khusus Pelumas yang bekerjasama dengan bengkel,"ungkapnya.

 

 

Jumlah Pertashop Mencapai 786 Outlet

Fajriyah menuturkan untuk mendekatkan akses layanan produk kepada pelanggan, Pertamina juga terus mengembangkan jumlah outlet BBM, LPG dan Pelumas melalui Program Pertashop. Hingga Minggu ke-3 Oktober 2020, jumlah Pertashop yang statusnya siap dan sudah beroperasi terus bertambah mencapai 786 outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

“Pembangunan Pertashop akan terus berlanjut sampai seluruh kecamatan yang belum memiliki lembaga penyalur BBM dan LPG kecamatan terwujud. Pertamina akan memprioritaskan lembaga desa dan usaha UMKM yang memenuhi kriteria mitra pertashop sebagai pengelola Pertashop, sejalan dengan Program Pertamina One Village One Outlet sehingga nantinya pemerintahan desa memiliki pusat ekonomi baru,” tuturnya.

 

Lanjutkan Program BBM Satu Harga

Selain Pertashop, lanjut Fajriyah, Pertamina juga tetap melanjutkan program BBM Satu Harga sebagai upaya memperluas jangkauan distribusi BBM hingga wilayah 3T (Terdepan, Terpencil dan Tertinggal).

Sepanjang tahun 2020, Pertamina telah mengoperasikan pembangunan BBM Satu Harga di 21 titik. Ke-21 titik tersebut tersebar di Sulawesi Tengah (2 titik), Sulawesi Selatan (2 titik), Kalimantan Barat (1 titik), Maluku & Maluku Utara (3 titik), Kalimantan Selatan (2 titik), Sumatera Utara (1 titik), Sumatera Selatan (3 titik), Lampung (3 titik)  NTB (1 titik) dan Papua (3 titik). Saat ini 62 titik sedang dalam proses pembangunan.

“Di tengah kondisi pandemic Covid 19, terdapat beberapa kendala dan keterbatasan dalam proses pembangunan, namun kami senantiasa optimis akan menuntaskan pembangunan BBM Satu Harga sesuai target, sehingga target 2020 sebanyak 83 titik dapat mencapai pada akhir tahun,”ujarnya.

 

Target BBM Satu Harga di 500 Titik

Sementara hingga 2024, sesuai road map, Pertamina menargetkan pembangunan BBM Satu Harga mencapai 500 titik. Hal ini merupakan wujud nyata dari komitmen Pertamina untuk membantu Pemerintah dalam mewujudkan Energi Berkeadilan.

Selain itu, menurut Fajriyah, dalam rangka menjalankan peran dalam menyalurkan BBM jenis subsidi dan penugasan, Pertamina juga mengupayakan program digitalisasi SPBU terus berlanjut. Saat ini, 100% atau 5518 SPBU telah memasuki proses integrasi.

“Namun yang datanya telah masuk dalam sistem dashboard SPBU sudah mencapai 5179 SPBU atau sebesar 95% dan sudah mulai bisa dimonitor. Kami optimis di akhir tahun ini seluruh SPBU sudah terdigitalisasi,” tandas Fajriyah.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya