Rupiah Melemah ke 14.111 per Dolar AS Dipicu Kekhawatiran Pemulihan Ekonomi

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan awal pekan ini

oleh Tira Santia diperbarui 07 Des 2020, 10:50 WIB
Diterbitkan 07 Des 2020, 10:50 WIB
Rupiah Menguat di Level Rp14.264 per Dolar AS
Pekerja menunjukan mata uang Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Rabu (19/6/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sore ini Rabu (19/6) ditutup menguat sebesar Rp 14.269 per dolar AS atau menguat 56,0 poin (0,39 persen) dari penutupan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar )

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan awal pekan ini. Kurs rupiah terkoreksi dipicu kekhawatiran prospek pemulihan ekonomi global.

Mengutip Bloomberg, Senin (7/12/2020), rupiah dibuka di angka 14.107 per dolar AS, melemah tipis jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya. Namun menjelang siang, rupiah terus melemah ke 14.111 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.107 per dolar AS hingga 14.125 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 1,78 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.135 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.182 per dolar AS.

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures mengatakan, penguatan harga aset berisiko terlihat belum stabil.

"Pasar masih mengkhawatirkan prospek pemulihan ekonomi global di tengah masih meningginya kasus penularan COVID-19 dan soal distribusi vaksin," ujar Ariston dikutip dari Antara, Senin (7/12/2020).

Di Indonesia sendiri, lanjut Ariston, kasus penularan yang masih meninggi juga masih menjadi kekhawatiran pelaku pasar.

Kasus harian COVID-19 terlihat masih bertambah pada Minggu (7/12) kemarin dengan penambahan 6.089 kasus baru dibandingkan hari sebelumnya 6.027 kasus. Saat ini akumulasi kasus COVID-19 berjumlah 575.796 kasus, dengan pasien sembuh sebanyak 474.771 pasien

Di sisi lain, persetujuan darurat penggunaan vaksin dan prospek stimulus fiskal AS masih menjadi penopang penguatan harga aset berisiko. Indeks dolar AS terlihat masih melemah di kisaran 90 karena prospek stimulus fiskal tersebut.

"Dua sentimen yang berlawanan ini mungkin masih menahan pergerakan USD dan IDR dalam kisaran yang tidak jauh berbeda seperti hari sebelumnya," kata Ariston.

Ariston memperkirakan hari ini rupiah bergerak di kisaran Rp14.050 per dolar AS hingga Rp14.180 per dolar AS.

"Kalau melihat pergerakan indeks dolar AS, harusnya rupiah bisa menguat tipis," ujarnya.

Sementara itu terkait kedatangan vaksin Sinovac ke Tanah Air pada Minggu (6/12) kemarin, Ariston menilai belum akan terlalu memengaruhi pergerakan rupiah di pasar.

"Jadwal pendistribusian (vaksin) dan jumlah masih dipertanyakan, jadi mungkin belum terlalu berpengaruh," kata Ariston.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

BI Prediksi Rupiah Bakal Terus Menguat

Donald Trump Kalah Pilpres AS, Rupiah Menguat
Petugas menunjukkan mata uang rupiah dan dolar di Jakarta, Senin (9/11/2020). Menjelang siang, rupiah terus menguat ke level 14.145 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bank Indonesia (BI) mencermati nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus menguat. Hal ini didukung oleh berlanjutnya aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan, nilai tukar rupiah pada 18 November 2020 menguat sebesar 3,94 persen point to point dibandingkan dengan level akhir Oktober 2020.

"Perkembangan ini melanjutkan penguatan pada bulan sebelumnya sebesar 1,74 persen point to point atau 0,67 persen secara rata-rata dibandingkan dengan tingkat September 2020," jelasnya dalam sesi teleconference, Kamis (19/11/2020).

Menurut dia, selain karena peningkatan aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik, penguatan rupiah juga terjadi seiring dengan turunnya ketidakpastian pasar keuangan global, seeta persepsi positif terhadap prospek perbaikan perekonomian domestik.

Dengan perkembangan ini, Perry mencatat, rupiah sampai dengan 18 November 2020 terdepresiasi sekitar 1,33 persen secara year to date jika dibandingkan akhir 2019 lalu.

"Ke depan, Bank Indonesia memandang bahwa penguatan nilai tukar rupiah berpotensi berlanjut seiring dengan levelnya yang secara fundamental masih undervalued," ujar Perry

"Hal ini didukung oleh defisit transaksi berjalan yang rendah, inflasi yang rendah dan terkendali, daya tarik aset keuangan domestik yang tinggi, dan premi risiko di Indonesia yang menurun, dan likuiditas global yang besar," tandasnya. 

Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona

Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona
Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya