Gubernur BI Perry Warjiyo Ungkap 3 Cara Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2021

bantuan pemerintah untuk perlindungan sosial juga akan terus mendukung daya beli masyarakat sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2021.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 22 Des 2020, 11:45 WIB
Diterbitkan 22 Des 2020, 11:45 WIB
BI Kembali Pertahankan Suku Bunga Acuan di 5 Persen
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo bersiap menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo membeberkan tiga hal yang dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia ke level 4,8 persen hingga 5,8 persen pada 2021.

Pertama, Perry optimistis kinerja ekspor pada tahun depan akan semakin baik. Keyakinan ini seiring dengan perbaikan ekonomi global, khususnya negara mitra dagang utama Indonesia.

"Ekspor tahun depan akan semakin baik, ini didukung oleh pertumbuhan ekonomi global yang akan membaik, seperti kami perkirakan di 2021 tumbuh 5 persen," kata dia dalam Outlook Perekonomian Indonesia 2021, Selasa (22/12/2020).

Sebagai contoh, Perry menyebutkan China sebagai salah satu negara mitra dagang Indonesia yang akan ekonominya diperkirakan akan tumbuh 7,8 persen. Serta Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan tumbuh 4,3 persen. “Ini adalah sumber pertumbuhan ekonomi dari ekspor,” kata dia.

Kedua, lanjut Perry, yakni dari sisi konsumsi, baik swasta maupun pemerintah. Dia mengatakan, bantuan pemerintah untuk perlindungan sosial juga akan terus mendukung daya beli masyarakat.

Ketiga, yakni dari sisi investasi. Perry memperkirakan investasi pada 2021 akan terakselerasi, tercermin dari belanja pemerintah di bidang infrastruktur yang besar, juga didukung oleh implementasi UU Cipta Kerja.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Bank Dunia Kembali Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Jadi Minus 2,2 Persen

FOTO: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Kuartal III 2020 Masih Minus
Pemandangan deretan gedung dan permukiman di Jakarta, Rabu (1/10/2020). Meski membaik, namun pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020 masih tetap minus. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Bank Dunia (World Bank) kembali mengoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini menjadi minus 2,2 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan publikasi pertumbuhan ekonomi yang dilakukan pada September lalu yaitu minus 1,6 persen.

Sementara untuk proyeksi 2021, World Bank memperkirakan ekonomi Indonesia positif 3,1 persen. Angka ini juga lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya yakni 4,7 persen.

Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia Ralph Van Doorn menjelaskan, koreksi ini mencerminkan pemulihan yang lebih lambat dari perkirakan untuk kuartal III dan sebagian kuartal keempat akibat pembatasan sosial dan meningkatnya kasus covid-19.

“Proyeksi kami untuk 2020 sudah diestimasikan ada sedikit resesi, tapi ada perubahan pada 2021 yaitu tumbuh 4,4 persen untuk PDB riil dan 5,5 persen untuk government budget balance,” katanya dalam Indonesia Economy Prospects, Kamis (17/12/2020).

Meski demikian, Bank Dunia mencatatkan ekonomi Indonesia 2021 akan membaik dan perlahan menguat pada 2022. Hal ini didasarkan pada pembukaan ekonomi tahun depan yang diikuti pembukaan lebih lanjut serta dilonggarkannya aturan pembatasan sosial sepanjang 2022.

Bank Dunia memperkirakan untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan akan berada di angka 4,4 persen yang secara umum didorong oleh pemulihan konsumsi swasta. seiring dengan longgarnya pembatasan sosial.

Perkiraan tersebut juga mengasumsikan bahwa kepercayaan konsumen meningkat. Di sisi lain, hilangnya pendapatan rumah tangga tetap rendah akibat hasil pasar tenaga kerja yang lebih baik dan bantuan sosial yang memadai.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya