Harga Emas Bangkit karena Pasar Saham Terpuruk

Meskipun harga emas menguat di perdagangan Jumat. Namun jika dihitung secara bulanan harga emas turun 2,5 persen sepanjang Januari 2020.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 30 Jan 2021, 07:00 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2021, 07:00 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Harga emas dan perak naik pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta). Kenaikan ini terjadi di tengah keraguan akan pasokan vaksin Covid-19 di Eropa dan juga meruginya pasar saham global.

Namun penguatan dolar AS menahan kenaikan harga emas ke level yang lebih tinggi. Dengan begitu, emas masih membukukan kinerja terburuk di Januari dalam satu dekade.

Mengutip CNBC, Sabtu (30/1/2021), harga emas di pasar spot naik 0,6 persen menjadi USD 1.851,01 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS ditutup naik 0,5 persen menjadi USD 1.850,30 per ounce.

Kegilaan investor ritel di Wall Street pada minggu ini membebani gerak pasar saham. Ditambah lagi dengan perselisihan di Eropa atas pasokan vaksin COVID-19 juga mempengaruhi selera risiko dari investor emas.

“Kami melihat beberapa volatilitas di pasar ekuitas dan peluncuran vaksin lebih lambat dari yang diharapkan. Jadi emas bertahan cukup baik pada level ini, ”kata analis Bank of China International Xiao Fu.

Meskipun harga emas menguat di perdagangan Jumat. Namun jika dihitung secara bulanan harga emas turun 2,5 persen sepanjang Januari 2020. Ini akan menjadi level terburuk pada periode Januari sejak 2011.

Penurunan harga emas pada Januari ini lebih disebabkan oleh oleh dolar AS yang kuat di tengah kenaikan imbal hasil Treasury AS.

Sedangkan harga perak melonjak 2,5 persen ke level USD 27,04 per ons, memperpanjang keuntungan dari lonjakan sebanyak 7 persen pada perdagangan Kamis setelah beberapa pelaku pasar pindah untuk menutupi posisi short sell di tengah rumor tentang tekanan pada saham GameStop yang didorong oleh investor ritel.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Harga Emas Menuju Kinerja Terburuk di Awal Tahun dalam Satu Dekade

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Pada perdagangan sebelumnya, harga emas dunia turun tipis setelah Federal Reserve mempertahankan kebijakan moneternya tanpa menjanjikan bantuan lagi. Kebijakan ini ikut mendukung dolar dan menempatkan emas batangan kembali berada pada jalur awal terburuk dalam satu tahun dalam satu dekade.

Melansir laman Bloomberg, Jumat (29/1/2021), harga emas di pasar spot susut 0,1 persen menjadi USD 1.841,71 per ounce. Setelah sebelumnya turun 0,4 persen pada hari Rabu.

Adapun harga perak beringsut lebih tinggi, di mana paladium sedikit berubah dan platina jatuh. Sedangkan indeks Spot Dolar Bloomberg naik 0,2 persen, menyentuh level tertinggi satu bulan.

Kondisi harga emas antara lain dipengaruhi kebijakan The Fed yang akan mempertahankan pembelian obligasi senilai USD 120 miliar per bulan sampai apa yang disebut "kemajuan substansial lebih lanjut" menuju lapangan kerja dan tujuan inflasi dibuat.

Setelah pertemuan pertama bank sentral tahun 2021, Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan akan membutuhkan "beberapa waktu" untuk mencapai ambang batas untuk mengubah pembelian, memperjelas bahwa bank sentral tidak akan menurunkannya.

Harga emas telah menyusut sekitar 3 persen bulan ini. Menjadi kinerja terburuk di Januari sejak 2011, di tengah kenaikan dolar dan imbal hasil treasury dan karena para pedagang mempertimbangkan prediksi pemulihan ekonomi.

Powell mengatakan bahwa ketersediaan vaksin yang meluas merupakan alasan jadi lebih optimis, dan mencatat bahwa "beberapa perkembangan menunjukkan prospek yang lebih baik untuk akhir tahun ini."

"Jika saya melihat emas, tampaknya pasar mencari langkah Fed yang lebih dovish," kata Giovanni Staunovo, analis di UBS Group AG.

Meski dia mengaku masih yakin akan melihat harga yang lebih tinggi pada kuartal ini, didukung oleh nilai tukar riil AS yang rendah (er) dan dolar AS yang lebih lemah.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya