Liputan6.com, Jakarta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melaksanakan pengukuhan Profesor Riset Bidang Geologi Kelautan bagi Peneliti Ahli Utama, Hananto Kurnio di Bandung (26/1/2021). Peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan ini mempresentasikan orasi bertajuk “Indikasi, Potensi dan Prospek Sumber Daya Mineral Kelautan” di hadapan Majelis Pengukuhan Profesor Riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Saat menyampaikan sambutan secara virtual, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif menggarisbawahi bahwa cadangan mineral di darat makin menipis dan regulasi lingkungan diterapkan secara ketat, maka penelitian geologi kelautan harus menitikberatkan pencarian sumber daya di laut, terutama yang memiliki nilai ekonomi tinggi, serta eksploitasi yang berdampak terhadap lingkungan seminimal mungkin.
Baca Juga
Arifin menekankan pengembangan sumber daya kelautan non-hayati ini merupakan bagian Kebijakan Kelautan Indonesia yang tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2017.
Advertisement
“Penelitian dan pengembangan sumber daya mineral kelautan merupakan solusi permasalahan sumber daya darat, yang suatu ketika habis dan hasilnya diharapkan dapat diimplementasikan dan memberikan nilai tambah secara nyata kepada masyarakat,” sambung Arifin.
Plt. Kepala Badan Litbang, Dadan Kusdiana menjelaskan pengukuhan profesor riset kali ini merupakan yang 24 dari 222 peneliti di Kementerian ESDM. Kini Badan Litbang ESDM memliki empat profesor riset yang masih aktif, tiga sebelumnya adalah Bambang Widharsono (PPPTMGB LEMIGAS), Siti Rohani dan Datin Fatia Umar (Puslitbang Tekmira).
Hananto menjelaskan penelitian mineral kelautan di Indonesia terbukti memberikan devisa negara. Saat ini baru beberapa jenis mineral yang sudah diekploitasi, yaitu timah, pasir besi dan material konstruksi. Padahal mineral lain seperti emas, sulfida dan unsur tanah jarang juga memiliki prospek devisa bernilai tinggi.
Penerima penghargaan Energy Award 2013 ini menjelaskan hasil penelitian P3GL menunjukkan laut Indonesia kaya mineral, tetapi baru sebagian kecil yang sudah diketahui indikasi, potensi dan prospeknya. Mineral tersebut diantaranya pasir besi, material konstruksi lepas pantai, emas letakan, sulfida dasar laut, dan unsur tanah jarang. Mineral kelautan yang layak dikembangkan terdapat di laut dangkal di wilayah barat, yaitu di Paparan Sunda dengan kedalaman laut rata-rata di bawah 100 meter.
Hananto menguraikan optimalisasi penelitian mineral kelautan, tidak terlepas dari perkembangan teknologi pemetaan geologi dan geofisika kelautan. Teknologi ini mengarah pada cara atau metoda pengambilan contoh, baik sedimen ataupun batuan di dasar laut. Teknologi geofisika kelautan lebih mengarah pada cara memetakan kedalaman dan kondisi dasar dan bawah laut, berdasarkan sifat fisik kebumian seperti akustik, graviti dan magnetik. Teknologi disesuaikan dengan kedalaman dan untuk memaksimalkan hasilnya, diperlukan seismik 3D, pemetaan 4 shallow multi-beam dan kapal riset khusus laut dangkal dengan alat pemboran dan seismik.
Peneliti yang pernah menjabat Koordinator Pelaksana Penelitian dan Pengembangan (KP3) Pemetaan Geologi Kelautan P3GL ini menguraikan metode penelitian sumber daya mineral kelautan telah dikembangkan di banyak negara. Metode pemrosesan data secara real-time menjadi bagian dari manajemen penelitian kelautan terintegrasi. Beberapa metode dilengkapi mekanisme proses pengambilan sampel, sistem pendeteksi multiparameter, dan internet sebagai basis pengumpulan data dan pelaporan. Di Indonesia, model penelitian sumber daya mineral dan biota dasar laut secara online diterapkan mulai tahun 2010.
Hananto mencatat sejumlah hasil penelitian P3GL diminati bahkan diimanfaatkan pihak swasta, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Beberapa di antaranya penelitian pasir besi di Perairan Lombok Timur dan pemanfaatan peta sebaran sedimen skala 1:250.000 oleh pengusaha pasir laut.
Setelah menerapkan pola baru pada penelitian emas di Teluk Semangko, Lampung P3GL berhasil mengidentifikasi asal emas primer, jenis sedimen dimana emas berakumulasi, penetapan daerah prospek, dan penghitungan keekonomian. Hasil penghitungan didapatkan jumlah sumber daya emas 5,6 ton dan tentunya berimplikasi terutama pendapatan asli daerah dan peluang investasi.
P3GL juga siap mengembangkan deposit VMS di wilayah territorial karena mudah diakses. Pengembangan memerlukan multi-beam laut dalam serta pemboran tubuh deposit perlu difasilitasi ROV untuk penghitungan sumber daya. Hasil penelitian P3GL tentang gunung api bawah laut menunjukkan fumarol sebagai agen pembawa UTJ. Hasil ini dikonfirmasi dengan kadar tinggi pada sedimen sekitar aktivitas maupun jejak fumarol bukit kecil (mounds) tidak aktif hasil seismik.
Hananto adalah profesor riset ke 24 di Kementerian ESDM dan ke 589 dari 20 peneliti Indonesia. Ayah tiga anak ini telah menulis 85 Karya Tulis Ilmiah (KTI),dalam bentuk buku, jurnal dan prosiding. Sebanyak 58 KTI ditulis dalam Bahasa Indonesia dan 27 KTI berbahasa Inggris, ditambah sejumlah makalah ilmiah pada pertemuan internasional di Thailand (1999), Jerman (2015 dan 2019) serta Filipina (2017). Anggota perhimpunan profesi IAGI, ISOI dan Himpenindo ini juga aktif dalam pembinaan kader ilmiah, yaitu sebagai pembimbing skripsi (S1) pada Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Jendral Sudirman Purwokerto, Universitas Padjadjaran, Institut Teknologi Bandung dan pembimbing tesis (S2) pada Universitas Pertahanan Nasional.
(*)