Covid-19 Masih Jadi Tantangan Pemulihan Ekonomi di 2021

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyebut, tantangan pemerintah dalam percepatan pemulihan ekonomi yakni virus Covid-19 sendiri.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Mar 2021, 14:50 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2021, 14:50 WIB
FOTO: Sri Mulyani Bahas Program PEN Bersama Komisi XI DPR
Menteri Keuangan Sri Mulyani (tengah) saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (24/8/2020). Sri Mulyani memastikan pencairan bantuan Rp 600 ribu bagi para pekerja yang memiliki gaji di bawah Rp 5 juta akan dimulai pekan ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyebut, tantangan pemerintah dalam percepatan pemulihan ekonomi yakni virus Covid-19 sendiri. Sebab, jika virus ini masih menyebar di Indonesia maka sulit untuk melakukan pemulihan.

Namun, pemerintah tidak tinggal diam dan terus berupaya untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional yang sudah mulai terlihat.

"Jadi kalau pertanyaan tantangannya, tetap Covid. Karena Covid masih ada tidak bisa kami negosiasi dan kami undang ke meja perundingan. Terus bilang kamu sebaikanya istirahat dulu, kami mau tumbuh karena ini buka manusia ini makhluk halus," jelas dia dalam acara Temu Stakeholder untuk Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional, yang disiarkan lewat Youtube Kemenkeu RI, Kamis (25/3/2021).

Dia mencontohkan, seperti yang terjadi di Eropa. Ada sebagian wilayah membuka seluruh sektor ekonomi seperti biasa sebelum pandemi Covid-19. Tidak berselang lama, akhirnya mereka terpaksa menutup semua sektor karena terjadi penyebaran virus Covid-19 hingga gelombang III.

"Di Eropa mulai buka langsung rem, terjadi tiga gelombang, AS sekarang dibuka tapi karena menjelang spring break beberapa daerah seperti Florida sudah terjadi jangkitan covid yang meningkat walaupun mereka vaksinasi laur biasa sangat cepat dan tinggi," jelas dia.

Meski begitu, Sri Mulyani mengungkapkan pemulihan ekonomi nasional sudah mulai terlihat sejak awal tahun ini. Beberapa indikator seperti kinerja ekspor sudah mulai tumbuh 8,57 persen, ditambah lagi pertumbuhan impor yang menjadi sinyal industri mulai berjalan.

"Kemudian kosumsi semen dan baja meningakt juha kendaraan niaga meningkat. Ini terjadi geliat ekonomi dan berbagai indiaktor ini ingin kami terus dorong sehingga momentum pemulihan ekonomi nasional terus terjadi," pungkas Sri Mulyani.

Dwi Aditya Putra

Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Sri Mulyani Ungkap Alasan APBN 2020 Direvisi 2 Kali

Ilustrasi APBN
Ilustrasi APBN

Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, menjelaskan alasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 sampai direvisi dua kali. Salah satunya adalah pemerintah fokus menangani dampak pandemi Covid-19.

“Di dalam APBN tahun 2020 dilakukan revisi sampai dua kali, dimana belanja difokuskan untuk penanganan kesehatan melindungi masyarakat secara sosial dan membantu dunia usaha, terutama UMKM,” kata Sri Mulyani dalam Temu Stakeholder Untuk Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional di Semarang, Kamis, (25/3/2021).

Ia menjelaskan, hal itu terlihat dari sisi anggaran APBN 2020 yang sudah tersalurkan Rp 2.589 triliun. Di mana Rp 579 triliun sendiri adalah untuk pemulihan ekonomi. Menurutnya, pandemi covid-19 ini merupakan shock yang luar biasa di bidang kesehatan yang menular ke bidang sosial dan ekonomi.

“Nah Pemerintah dalam merespons tentu di dalam internal kabinet bapak presiden dengan intensitas untuk merumuskan kebijakan-kebijakan di bidang perekonomian, dan kita juga berkoordinasi dengan Menko Perekonomian, Menko Marinves untuk merumuskan langkah-langkah yang cepat dan tepat,” kata Sri Mulyani.

Salah satu langkah yang dinilai cepat dan tepat itu adalah Perpu nomor 1 tahun 2020, pada waktu itu dirumuskan di bulan Maret begitu pandemi diumumkan, yang kemudian disampaikan oleh Presiden sebagai Perpu pada awal April.

“Kenapa itu penting? karena memang extraordinary sifatnya adalah sangat luar biasa kegentingan juga sangat memaksa, di dalam itu memungkinkan kita mengelola APBN secara jauh lebih fleksibel namun tetap akuntabel,” ujarnya.

Karena dengan adanya covid-19, secara otomatis penerimaan negara turun, baik dari pajak maupun bukan pajak, sementara itu belanja akan naik untuk menangani bidang kesehatan, bidang sosial dan untuk mendukung pemulihan ekonomi.

“Kenapa kita melakukan langkah yang luar biasa atau extraordinary? ya karena tantangannya luar biasa belanja untuk bidang kesehatan memungkinkan kita untuk membeli berbagai alat testing yang waktu itu mungkin masih belum tersedia di Indonesia,” jelasnya.

Selain itu Pemerintah juga melakukan tracing bagi masyarakat yang terkena covid-19. Menkeu mengatakan semua biaya itu penyembuhannya ditanggung negara.

Demikian Menkeu berterimakasih kepada berbagai pihak baik Pemerintah, DPR dan lainnya yang telah merespon dengan cepat untuk mengambil kebijakan dalam penanganan pandemi covid-19.

“Saya berterima kasih dan kesempatan ini kepada seluruh DPR yang kemudian juga secara sangat cepat meresponsnya,” pungkas Sri Mulyani.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya