Pertamina Berhasil Kembangkan Bahan Bakar Pesawat Campuran Minyak Sawit

Sejak 2014, Pertamina telah merintis penelitian dan pengembangan Bioavtur melalui Unit Kilang Dumai dan Kilang Cilacap.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 08 Sep 2021, 14:10 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2021, 14:10 WIB
Pertamina uji coba penggunaan Bioavtur J2.4 pada pesawat CN235. (Dok Pertamina)
Pertamina uji coba penggunaan Bioavtur J2.4 pada pesawat CN235. (Dok Pertamina)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) melakukan uji coba bahan bakar nabati untuk moda transportasi udara dengan produk Bioavtur J2.4. Uji coba bahan bakar yang diproduksi Kilang Pertamina Internasional unit Cilacap ini dilakukan pada pesawat CN 235 FTB.

Corporate Secretary Subholding Refining & Petrochemical Pertamina Ifki Sukarya mengatakan, melalui tahap pengembangan yang komprehensif, Bioavtur J2.4 terbukti menunjukkan performa yang setara dengan bahan bakar avtur fosil.

“Sejak 2014, Pertamina telah merintis penelitian dan pengembangan Bioavtur melalui Unit Kilang Dumai dan Kilang Cilacap. Performa Bioavtur sudah optimal, dimana perbedaan kinerjanya hanya 0,2 – 0,6 persen dari kinerja avtur fosil. Bioavtur J2.4 mengandung nabati 2,4 persen, ini merupakan pencapaian maksimal dengan teknologi katalis yang ada,” jelas Ifki dalam keterangan tertulis, Rabu (8/9/2021).

Kontribusi Pertamina dalam mengembangkan Bioavtur J2.4 dilakukan terpadu sejak 2014 yang meliputi dua tahap penting. Tahap awal pengembangan tersebut dikelola oleh PT Kilang Pertamina Internasional unit Dumai melalui Distillate Hydrotreating Unit (DHDT). Tahap pertama ditandai dengan proses ‘Hydrodecarboxylation’, dimana target awal kami adalah produksi diesel biohidrokarbon dan bioavtur dalam skala laboratorium.

Sementara, tahap ke-2 ditandai dengan proses Hydrodeoxygenation, dimana Pertamina telah berhasil memproduksi diesel biohidrokarbon yang lebih efisien. Puncaknya di 2020, unit Kilang Dumai berhasil memproduksi Diesel biohidrokarbon D-100 yang 100 persen berasal dari bahan baku nabati yaitu Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO).

RBDPO adalah minyak kelapa sawit yang sudah melalui proses penyulingan untuk menghilangkan asam lemak bebas serta penjernihan untuk menghilangkan warna dan bau. Tahap awal tersebut menjadi langkah penting pengembangan green product termasuk green diesel dan bioavtur. 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kilang Cilacap

Pertamina uji coba penggunaan Bioavtur J2.4 pada pesawat CN235. (Dok Pertamina)
Pertamina uji coba penggunaan Bioavtur J2.4 pada pesawat CN235. (Dok Pertamina)

Kilang Pertamina Internasional unit Cilacap didapuk memiliki kapasitas teknis untuk mengembangkan BioAvtur nasional. Hal tersebut tak lepas dari portfolio bisnis unit kilang Cilacap yang merupakan produsen BBM jenis Aviaton Turbine terbesar di Indonesia dengan angka produksi tertinggi 1.852 ribu barel sepanjang tahun 2020.

Di Unit Kilang Cilacap, pengembangan Bioavtur dilakukan di dalam Treated Distillate Hydro Treating (TDHT). Katalis merah putih untuk Bioavtur diproduksi di fasilitas milik Clariant Kujang Catalyst di Cikampek dengan supervisi langsung dari team RTI (Research Technology and Innovation) Pertamina.

“Melalui Unit Kilang Cilacap, Bioavtur dihasilkan melalui bahan baku minyak inti kelapa sawit atau atau Refined, Bleached, and Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO) dengan avtur fosil,” jelas Ifki Sukarya. ‘Kapasitas produksi Bioavtur di Unit Kilang Cilacap mencapat 8 ribu barrel per hari dan akan terus ditingkatkan dengan melihat kebutuhan pasar, mulai 2023 nanti,” ujar Ifki Sukarya.

Sinergi pengembangan Bioavtur J-24 Pertamina turut melibatkan peran penting stakeholders termasuk Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, serta Institut Teknologi Bandung.

Pengembangan Bioavtur J-24 Pertamina selaras dengan roadmap energi bersih Kementerian ESDM yang tertuang dalam Peraturan Menteri ESDM No 12 Tahun 2015 terkait pencampuran bahan bakar nabati hingga 5  persen pada tahun 2025, termasuk untuk moda transportasi udara.

 

PT DI Bergabung

Avtur dari Kelapa Sawit Dipakai Pesawat CN235 Untuk Uji Coba Pertama Kali di Bandung
Pesawat CN235-220 Flying Test Bed (FTB) lakukan ground test pertama kalinya dengan bahan bakar Bioavtur J2.4, yang merupakan bahan bakar campuran bioavtur yang dihasilkan dari bahan baku 2,4% minyak inti sawit, Rabu (08/09/2021)

Dengan dukungan pendanaan dari BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) yang diberikan kepada Tim Uji Bioavtur ITB serta bantuan sarana pengetesan dan engine dari Garuda Maintenance Facilities (GMF), 5 kali uji kinerja Bioavtur dalam engine test cell berhasil dilakukan dalam 2 periode pengujian.

Dengan tetap dikoordinasi oleh Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, stakeholder lainnya bergabung dalam tim yaitu PT Dirgantara Indonesia (PTDI) yang menawarkan uji terbang menggunakan pesawat CN 235 FTB.

Indonesian Military Airworthiness Authority (IMAA) sebagai pemberi izin uji terbang, serta Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU)-Kemenhub sebagai pihak yang memegang otoritas untuk penggunaan bioavtur pada pesawat komersial juga memberikan dukungannya.

Pengembangan Bioavtur J2.4 yang dikelola oleh Kilang Pertamina Internasional melalui unit Dumai dan Cilacap merupakan dukungan dari roadmap Environment, Social dan Government (ESG) yang merupakan pilar bisnis perusahaan.

Ifki menambahkan, untuk mencapai misi ESG, seluruh unit di bawah pengelolaan PT Kilang Pertamina Internasional telah merintis integrasi Green Refinery dalam proses bisnisnya. Upaya pengembangan energi dan produk hijau di lingkungan kilang Pertamina mencakup Green Diesel, Green Avtur dan Green Gasoline.

“Pengembangan energi bersih merupakan bagian strategic initiatives Kilang Pertamina Internasional untuk mencapai visi world class refining & petrochemical tahun 2027,” pungkas Ifki Sukarya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya