Net Zero Emission Butuh Biaya Besar, Belanja Rumah Tangga RI Terancam Turun

Pengeluaran rumah tangga bisa turun sebesar USD 1,9 triliun jika Indonesia harus mendanai sendiri pencapaiannya menuju net zero emission.

oleh Tira Santia diperbarui 08 Apr 2022, 12:21 WIB
Diterbitkan 08 Apr 2022, 12:21 WIB
Hadapi Global Warming, Mesin Penghisap Emisi Karbon Kini Dibangun
Emisi karbon merupakan kunci penting untuk menghindari perubahan iklim saat ini. Solusinya adalah mesin penghisap karbon di Swiss. (Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Sebuah studi baru yang dilakukan oleh Standard Chartered mengungkapkan bahwa pengeluaran rumah tangga bisa turun sebesar USD1,9 triliun jika Indonesia harus mendanai sendiri pencapaiannya menuju net zero.

Menurut studi bernama Just in Time, yang melihat kesenjangan pembiayaan transisi untuk pasar negara berkembang dan bagaimana mempekecilnya, Indonesia akan membutuhkan USD2,7 triliun untuk melakukan transisi menuju net zero emission dan akan membutuhkan bantuan dari pasar negara maju untuk mencapai target tersebut.

Studi ini juga menemukan bahwa jika pembiayaan yang dibutuhkan Indonesia untuk beralih ke net zero disediakan oleh negara maju, pengeluaran rumah tangga Indonesia dapat meningkat sebesar USD 2,2 triliun dibandingkan apabila melakukan pembiayaan sendiri.

“Negara berkembang membutuhkan banyak investasi untuk melakukan transisi mencapai net zero dan taruhannya sangatlah tinggi. Tanpa bantuan dari pasar negara maju, peningkatan kemakmuran negara berkembang dapat terhenti atau justru menurun. Hal tersebut bukan hanya tidak adil namun juga akan berdampak sangat negatif terhadap perekonomian dunia," kata Group Chief Executive, Standard Chartered Bill Winters dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (8/4/2022).

Selain itu, jika negara berkembang mendanai transisi mereka sendiri, tanpa bantuan dari negara-negara maju, maka konsumsi rumah tangga di negara-negara tersebut bisa turun sebesar rata-rata 5 persen setiap tahunnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kebutuhan Investasi

Hutan Bakau di Pesisir Marunda Memprihatinkan
Kondisi hutan bakau di pesisir kawasan Marunda, Jakarta, Selasa (27/8/2019). Tutupan hutan tersebut berakibat bertambahnya emisi karbon dioksida hingga 4,69 kilo ton. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sementara itu, apabila Indonesia membutuhkan investasi sebesar USD2,7 triliun untuk transisi mencapai net zero, Just in Time mengungkapkan bahwa negara berkembang secara keseluruhan memerlukan investasi tambahan sebesar USD94,8 triliun atau lebih tinggi dari PDB global tahunan untuk transisi mencapai net zero secara tepat waktu.

Estimasi pembiayaan tersebut di luar modal yang telah dialokasikan oleh pemerintah masing-masing negara berkembang tersebut sesuai kebijakan iklim mereka saat ini.

Investor swasta dapat menyumbang USD83 triliun dari USD94,8 triliun yang dibutuhkan dan semakin menggarisbawahi pentingnya agar para lembaga keuangan memenuhi komitmenkeuangan hijau dan transisi mereka.

Namun, seperti yang ditunjukkan dalam laporan kami sebelumnya, yang berjudul The USD50 Trillion Question, mendorong investasi di negara berkembang merupakan tugas yang sulit. 300 perusahaan investasi terbesar di dunia dengan total aset yang dikelola lebih dari USD50 triliun, memiliki investasi yang kecil di Timur Tengah (2 persen), Afrika (3 persen) dan Amerika Selatan (5 persen).

Just in Time berpendapat bahwa untuk melakukan transisi dengan cara yang seadil mungkin, diperlukan kolaborasi yang lebih besar di dalam strategi, kebijakan, dan pembiayaan.

 


Pengeluaran Rumah Tangga

Jelang Ramadan, Kemendag Jamin Pasokan Sembako Aman
Aktivitas perdagangan di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Jumat (20/4). Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengklaim harga pangan terkendali. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Selain itu, bank harus memenuhi janji yang dibuat pada ajang UN Climate Change Conference (COP26) agar pengeluaran rumah tangga bisa tidak terkena dampak biaya transisi negara mencapai net zero.

Menutup kesenjangan pembiayaan transisiJust in Time melihat dua jalur untuk mempekecil kesenjangan pembiayaan transisi negara berkembang, yakni pembiayaan mandiri oleh pasar negara berkembang dan pembiayaan olehnegara maju, di mana modal disediakan melalui hibah dan pinjaman.

Pembiayaan mandiri negara berkembang akan berujung pada pajak yang lebih tinggi dan peningkatan pinjaman pemerintah, yang berarti penduduk berpenghasilan rendah di dunia akan memiliki penghasilan yang lebih sedikit untuk kebutuhan sehari-hari mereka.

Selain itu, pengeluaran rumah tangga di negara-negara ini secara rata-rata akan berkurang 2 triliun dolar AS setiap tahunnya. Secara total, antara sekarang dan tahun 2060, konsumsi rumah tangga negara berkembang akan berkurang sebesar USD79,2 triliun.

Di sisi lain, pembiayaan oleh negara maju dapat meningkatkan pengeluaran rumah tangga negara berkembang rata-rata sebesar USD1,7 triliun setiap tahun (dibandingkan dengan pembiayaan mandiri) dan juga akan merangsang pertumbuhan global – PDB bisa mencapai USD108,3 triliun lebih tinggi secara kumulatif antara sekarang dan tahun 2060 jika transisi dibiayai oleh negara-negara maju.

 

Infografis Waspada Cuaca Ekstrem di Indonesia
Infografis Waspada Cuaca Ekstrem di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya