Top 3: Tukar Uang Baru Rupiah Emisi 2022 di GBK

Berikut ini tiga artikel terpopuler di kanal bisnis Liputan6.com pada Sabtu 20 Agustus 2022.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 20 Agu 2022, 06:32 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2022, 06:30 WIB
Bank Indonesia menyelenggarakan Festival Rupiah Berdaulat Bank Indonesia (FERBI) 2022 di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta. Dalam acara ini masyarakat bisa menukarkan uang baru emisi 2022. (Siti Ayu Rachma/Merdeka.com)
Bank Indonesia menyelenggarakan Festival Rupiah Berdaulat Bank Indonesia (FERBI) 2022 di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta. Dalam acara ini masyarakat bisa menukarkan uang baru emisi 2022. (Siti Ayu Rachma/Merdeka.com)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia mulai Jumat kemarin menggelar Festival Rupiah Berdaulat Bank Indonesia (FERBI) 2022, di GOR Basket Indoor, Gelora Bung Karno, Jakarta. Di ajang ini, masyarakat bisa melakukan penukaran uang baru rupiah emisi 2022.

Bank Indonesia telah meluncurkan tujuh uang Rupiah baru Kertas Tahun Emisi 2022. Uang rupiah yang diluncurkan terdiri dari pecahan uang kertas Rp 1000, Rp 2000, Rp 5000, Rp 10.000, Rp 20.000, Rp 50.000, dan Rp 100.000.

Terdapat tiga aspek inovasi penguatan Uang TE 2022 yaitu desain warna yang lebih tajam, unsur pengaman yang lebih andal, dan ketahanan bahan uang yang lebih baik.

Artikel mengenai penukaran uang baru tahun emisi 2022 ini menjadi salah satu artikel yang banyak dibaca. Selain itu masih ada beberapa artikel lain yang layak untuk disimak.

Lengkapnya, berikut ini tiga artikel terpopuler di kanal bisnis Liputan6.com pada Sabtu 20 Agustus 2022:

1. Bisa Tukar Uang Baru Rupiah Emisi 2022 di Acara Bank Indonesia Ini

Bank Indonesia menggelar Festival Rupiah Berdaulat Bank Indonesia (FERBI) 2022, di GOR Basket Indoor, Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (19/8/2022). Di ajang ini, masyarakat bisa melakukan penukaran uang baru rupiah emisi 2022.

Festival ini digelar dalam rangka ikut merayakan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia Ke-77. Bank Indonesia juga bermaksud untuk meningkatkan edukasi kepada masyarakat.

Simak artikel selengkapnya di sini

 

2. BNI Selidiki Transfer Rp 200 Juta di Rekening Brigadir J

Nyala Lilin untuk Brigadir J
Peserta aksi dari berbagai elemen masyarakat sipil menggelar aksi solidaritas untuk mengenang Brigadir Novriansyah Joshua Hutabarat alias Brigadir J di kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Senin (8/8/2022). Aksi tersebut bertajuk “Keadilan untuk Joshua! Aksi menyalakan 3000 lilin dan doa bersama mengenang kematian Brigadir J”. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Kuasa Hukum Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak membeberkan temuan baru terkait adanya transaksi uang yang keluar dari rekening milik Brigadir J. Transaksi itu diduga dilakukan oleh pihak Irjen Pol Ferdy Sambo.

Total uang yang berhasil terkuras senilai Rp 200 juta dan itu mengalir ke salah satu tersangka. Menurut informasinya, terdapat empat rekening milik Brigadir J yang sudah dicuri, yakni dari Bank BRI, Bank BNI, Bank Mandiri, dan Bank BCA.

Menindaki dugaan tersebut, Bank BNI turun tangan melakukan penyelidikan.

Simak artikel selengkapnya di sini

 

3. Luhut Geram ke Janet Yellen, AS Tak Adil dalam Target Penurunan Emisi Karbon

Menko Luhut Binsar Pandjaitan dalam Konferensi Pers usai memberikan arahan di Business Matching Program Minyak Goreng Curah Rakyat (MGCR), Bali, Jumat (10-06-2022).
Menko Luhut Binsar Pandjaitan dalam Konferensi Pers usai memberikan arahan di Business Matching Program Minyak Goreng Curah Rakyat (MGCR), Bali, Jumat (10-06-2022).

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sangat geram akan permintaan Amerika Serikat (AS) soal emisi karbon. Dalam berbagai forum, AS meminta Indonesia untuk menurunkan emisi karbon setara dengan negara maju.

Luhut mengatakan, permintaan tersebut sangat tidak adil karena Indonesia baru mulai akan mengoptimalkan industrialisasi. Berbeda dengan negara maju yang sudah melakukan industrialisasi sejak lama.

Tentu saja emisi karbon yang harus dikurangi seharusnya berbeda dan tidak disamaratakan. Seharusnya, negara maju harus mengurangi emisi karbon lebih besar karena industrialisasi sudah berlangsung sangat lama.

Simak artikel selengkapnya di sini

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya