Jelang Suku Bunga AS Naik, Rupiah Ditutup Melemah ke 14.978 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Senin sore

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Sep 2022, 17:16 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2022, 17:16 WIB
FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Senin sore, melemah di tengah prospek kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed).

Rupiah ditutup melemah 23 poin atau 0,15 persen ke posisi 14.978 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.955 per dolar AS.

"Pasar mengantisipasi prospek kenaikan suku bunga AS di pekan ini," kata analis Monex Investindo Futures Faisyal dikutip dari Antara, Senin (19/9/2022).

Tingkat imbal hasil obligasi AS naik di tengah menguatnya prospek kenaikan suku bunga oleh The Federal Reserve pada pekan ini, seiring rilis data inflasi yang lebih tinggi dari estimasi.

Rilis inflasi AS pekan lalu, memperkuat persepsi pasar bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga yang lebih tinggi dan menahan suku bunga sampai turunnya inflasi.

The Fed akan bertemu pada pekan ini dengan sebagian besar pelaku pasar memperkirakan bank sentral akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kenaikan Terbesar dalam 40 Tahun

Kurs Rupiah terhadap Dolar
Karyawan bank menunjukkan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Senin (2/11/2020). Nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin (2/11) sore ditutup melemah 0,1 persen ke level Rp14.640 per dolar AS, dari perdagangan sebelumnya yaitu Rp14.690 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Namun beberapa analis mengatakan bahwa The Fed bisa saja menaikkan suku bunga sebesar 100 bps, yang mana jika itu terjadi akan menjadi kenaikan suku bunga terbesar dalam 40 tahun.

Pelaku pasar juga khawatir terhadap resesi ekonomi AS yang dapat melemahkan dolar AS pasca Goldman Sachs menurunkan estimasi pertumbuhan ekonomi AS pada 2023 menjadi hanya tumbuh 1,1 persen dari sebelumnya 1,5 persen dan untuk proyeksi 2022 stagnan di level nol persen.

Selain itu, pelaku pasar juga dinilai perlu mewaspadai perkembangan ketegangan AS-Tiongkok setelah Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa militer AS akan membela Taiwan jika terjadi invansi oleh Tiongkok.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya