Uji Jalan B40 Ditargetkan Rampung pada Desember 2022

Pengujian yang dilaksanakan selama Road Test B40 di antaranya penanganan dan analisis konsumsi bahan bakar, pengujian kualitas mutu bahan bakar dan pelumas, pengujian kinerja pada Chassis Dynamometer, dan masih banyak lagi.

oleh stella maris diperbarui 26 Sep 2022, 16:53 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2022, 16:43 WIB
Direktur Bioenergi, Ditjen EBT dan KE Kementerian ESDM Edi Wibowo
Direktur Bioenergi, Ditjen EBT dan KE Kementerian ESDM Edi Wibowo/Istimewa.

Liputan6.com, Bandung Dalam rangka  persiapan teknis sebelum implementasi program B40, pencampuran Bahan Bakar Nabati ke dalam Bahan Bakar Minyak jenis Minyak Solar sebesar 40% (B40) memasuki tahap uji jalan (road test). 

Uji jalan tersebut dilakukan pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Road Test B40 pun ditargetkan selesai pada Desember 2022. 

"Uji jalan ini untuk menghasilkan rekomendasi teknis kebijakan implementasi B40," ujar Edi Wibowo, Direktur Bioenergi, Ditjen EBT dan KE Kementerian ESDM dalam sambutannya mewakili Dirjen EBTKE pada kegiatan Monitoring dan Evaluasi I Road Test B40 (Jumat, 23/9).

Lebih lanjut, Edi menekankan bahwa dalam kegiatan Road Test B40 ini dilakukan pengujian pada dua jenis campuran bahan bakar yaitu :

  1. B30D10 dengan formula campuran 30% Biodiesel (B100*) + 10% Diesel Nabati/Diesel Biohidrokarbon/HVO (D100) + 60% Minyak Solar (B0), dan
  2. B40 dengan formula campuran 40% Biodiesel (B100*) + 60% Minyak Solar (B0).

"Adapun terhadap Spesifikasi Biodiesel (B100*) mengacu pada usulan Komite Teknis 27-04 Bioenergi Cair, dengan perbaikan parameter kadar air yang semula maksimal 350 ppm diubah menjadi maksimal 320 ppm, kadar monogliserida yang semula maksimal 0,55 %massa menjadi maksimal 0,5 %massa, kestabilan oksidasi yang semula minimal 600 menit menjadi minimal 720 menit," kata Edi.

Pada pengujian ini, kendaraan uji menggunakan 3 merek kendaraan bermesin diesel <3,5 ton masing-masing 2 unit, serta 3 merek kendaraan bermesin diesel >3,5 ton masing-masing 2 unit.

"Pada awal Road Test B40 terdapat tantangan berupa pengadaan sparepart setelah overhaul awal, namun dapat kami sampaikan bahwa saat ini seluruh kendaraan telah melaksanakan uji jalan," ungkap Edi.

Untuk mengejar ketertinggalan dan dapat mencapai target yang ditetapkan pada Desember 2022,  maka diberlakukan penambahan jarak dan rute menjadi sebagai berikut:

  1. Untuk kendaraan uji < 3,5 ton jarak tempuh yang semula ditargetkan 560 km/hari menjadi 650 km/hari dengan rute perubahan menjadi Balitsa-Tol Cileunyi-Ciamis-Kuningan-P3GL-Pemalang (putar balik)-Subang-Balitsa
  2. Untuk kendaraan uji > 3,5 ton jarak tempuh yang semula ditargetkan 400 km/hari menjadi 550 km/hari dengan rute perubahan menjadi Balitsa-Pasteur-Cikampek-Cipali-P3GL-Tegal (putar balik)-Cipali -Subang -Balitsa

Pengujian yang dilaksanakan selama Road Test B40 di antaranya penanganan dan analisis konsumsi bahan bakar, pengujian kualitas mutu bahan bakar dan pelumas, pengujian kinerja pada Chassis Dynamometer, pengujian Merit Rating komponen kendaraan, pengujian stabilitas penyimpanan bahan bakar uji, dan uji startability dan presipitasi bahan bakar uji.

Road Test B40 ini dilaksanakan oleh Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi “Lemigas” dengan melibatkan Balai Besar Survei dan Pengujian KEBTKE serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui pendanaan Badan Pengelolaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Untuk bahan bakar B0 dan HVO disediakan oleh Pertamina Grup (PT Kilang Pertamina Internasional) dan B100 oleh APROBI.

"Kami secara rutin melakukan monitoring dan evaluasi untuk menghimpun saran dan masukan atas progress dan hasil sementara terhadap pengujian yang telah dilakukan. Kami mengapresiasi upaya dan dukungan seluruh pihak yang terus mendukung pengujian dan upaya transisi energi melalui pencampuran BBN jenis biodiesel. Kementerian ESDM terus berkomitmen untuk mendukung rencana implementasi B40 melalui fasilitasi dan koordinasi hal-hal yang dibutuhkan dengan K/L dan stakeholder terkait," jelas Edi.

Untuk  informasi, Indonesia saat ini masih merupakan negara yang paling advance dalam menerapkan pencampuran BBN jenis Biodiesel. Dengan rencana implementasi B40 yang berada di depan mata, sekali lagi Indonesia menjadi yang terdepan dalam pemanfaatan BBN jenis Biodiesel.

Selain mendukung kontribusi energi terbarukan pada bauran energi nasional, rencana implementasi B40 juga pastinya akan berdampak positif dalam hal penghematan devisa akibat menurunnya impor minyak solar, peningkatan nilai tambah CPO. Juga membuka lapangan pekerjaan dan menurunkan emisi gas rumah kaca. 

Untuk program B30 di tahun 2022, ditargetkan dapat disalurkan biodiesel lebih dari 10 juta kl, yang dapat menghemat devisa sebesar USD7,82 miliar dan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 26,95 juta ton CO2e serta membuka lapangan kerja bagi lebih dari 1.2 juta orang, baik pekerja  on farm maupun off farm. 

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya