Jauh-Jauh ke London, Mendag Ingin Angkat Harga Kopi Indonesia di Pasar Global

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan akan melakukan intervensi terhadap harga kopi Indonesia di pasar internasional.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 07 Mar 2023, 15:40 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2023, 15:40 WIB
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan di acara Bulan Literasi Perdagangan Berjangka Komoditi 2023 di JS Luwansa, Jakarta, Selasa (7/3/2023). Dia akan melakukan intervensi terhadap harga kopi Indonesia di pasar internasional.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan akan melakukan intervensi terhadap harga kopi Indonesia di pasar internasional. Rencananya, pria yang akrab disapa Zulhas tersebut bakal melawat ke London, Inggris pada Selasa (7/3/2023) sore ini.

"Saya nanti sore berangkat ke London, tandatangan harga kopi supaya stabil. Kalau harga kopi stabil kan rakyat kita juga senang," ujar Mendag Zulkifli Hasan di acara Bulan Literasi Perdagangan Berjangka Komoditi 2023 di JS Luwansa, Jakarta, Selasa (7/3/2023).

Menurut jadwal, Mendag akan menandatangani kesepakatan harga kopi dengan sejumlah pejabat negara dunia.

"Kopi, kita akan ada di level tinggi, menteri tanda tangan. Kita akan minta nanti seluruh negara eksportir kopi, dan negara pembeli, importir kopi itu harganya stabil," imbuh dia.

Terbentur Kesenjangan

Pasalnya, Mendag menilai harga kopi Indonesia kerap terbentur kesenjangan harga dibanding komoditas serupa dari negara lain di pasar internasional. Padahal, ia menyebut harga kopi misal di kafetaria cenderung tidak berubah.

"Karena kan harga minum kopi sama, enggak turun-turun. Tapi harga kopinya kadang-kadang turun jauh. Kita ingin ada kesepakatan untuk stabilitas harga kopi," kata Mendag.

Sebagai catatan, harga kopi ekspor Indonesia memang relatif lebih rendah ketimbang harga jual kopi yang sama di pasar internasional. Ambil contoh, untuk produk kopi jenis Arabika.

Mengutip laporan International Coffee Organization (ICO) pada 2020, harga rata-rata kopi Arabika di pasar dunia sekitar USD 2,75 per pon (0,45 kg). Sementara harga jual kopi Arabika Indonesia hanya USD 1,25-1,50 per pon.

 

Produktivitas Kopi Indonesia Kalah dari Negara Tetangga, PTPN III Turun Tangan

Ilustrasi Kopi
Ilustrasi kopi (dok. Pixabay/Putu Elmira)

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas petani kopi di Indonesia untuk mendorong kualitas hasil produksi. Hal ini dilakukan dengan replikasi model bisnis kopi dengan skema program Makmur di beberapa wilayah di Indonesia.

Dalam upaya meningkatkan produksi kopi di Indonesia, sinergi BUMN melalui inisiatif PMO Kopi Nusantara akan meningkatkan jumlah luas lahan kebun kopi yang menjadi area implementasi program Makmur Kopi di lima wilayah.

Lima wilayah tersebut mencakup Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera bagian Selatan, dan Sumatera bagian Utara. Dengan meningkatkan luas lahan, diharapkan replikasi model bisnis yang salah satu tujuannya adalah meningkatkan produktivitas lahan dapat dilakukan secara masif di lokasi lainnya.

Peningkatan produktivitas akan dilakukan dari tiga sisi, yaitu kenaikan kuantitas, penguatan kualitas, dan pengembangan adaptasi petani terhadap iklim. Diharapkan dengan perluasan akses terhadap agro-input, pembiayaan, pendampingan, dan pemasaran, target peningkatan produktivitas ini dapat dicapai.

"Kalau kita melihat produktivitas kopi rakyat di Indonesia yang belum bisa bersaing dengan negara tetangga, bisa jadi adalah dampak dari budidaya kopi yang belum menjadi komoditas utama bagi petani," ujar Direktur Pemasaran Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Dwi Sutoro, yang ditunjuk Menteri BUMN Erick Thohir menjadi nahkoda inisiatif Project Management Officer (PMO) Kopi Nusantara.

“Inisiatif yang kami lakukan saat ini salah satunya untuk mendorong agar petani bisa fokus membudidayakan kopi sebagai mata pencaharian yang bisa meningkatkan taraf hidup keluarganya,” imbuhnya.

Ekspor Kopi

Bubuk Kopi
Ilustrasi/copyright shutterstock.com

Adapun, permintaan kopi di seluruh dunia tercatat terus meningkat setiap tahunnya, namun Indonesia terus tersalip oleh Vietnam dan Kolombia dalam hal produksi dan ekspor kopi.

“Peran Indonesia sebagai produsen kopi terbesar keempat di dunia cukup signifikan di pasar global. Selain meningkatkan produktivitas, inisiatif program Makmur Kopi ini juga perlu memberikan nilai tambah dalam rantai nilai kopi agar kita bisa mengejar ketertinggalan Indonesia di bursa komoditas dunia,” kata Reynaldi Istanto, Tenaga

Ahli Menteri BUMN Bidang Global Value Chains, di Bandung saat membuka rapat kerja penyusunan program Makmur Kopi tahun 2023, 23-24 Februari 2023.

Kementerian BUMN berharap dengan implementasi program Makmur Kopi oleh PMO Kopi Nusantara dapat memajukan industri kopi di Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan para petani kopi.

Infografis Kopi-Kopi Indonesia yang Jadi Primadona
Infografis Kopi-Kopi Indonesia yang Jadi Primadona. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya