Rupiah Lesu ke 15.427 per Dolar AS, The Fed Beri Sinyal Naikkan Suku Bunga

Kurs Rupiah pada Rabu pagi tergelincir 60 poin atau 0,39 persen ke posisi 15.427 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.367 per dolar AS.

oleh Tira Santia diperbarui 08 Mar 2023, 10:05 WIB
Diterbitkan 08 Mar 2023, 10:05 WIB
nilai rupiah melemah terhadap dollar
Pegawai menunjukkan mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.616 per dolar AS pada Kamis (5/1) sore ini. Mata uang Garuda melemah 34 poin atau minus 0,22 persen dari perdagangan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar (kurs) rupiah melemah pada awal perdagangan Rabu. Pelemahan rupiah setelah Ketua Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed Jerome Powell memberikan sinyal untuk kenaikan suku bunga acuan AS.

Kurs Rupiah pada Rabu pagi tergelincir 60 poin atau 0,39 persen ke posisi 15.427 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.367 per dolar AS.

"Rupiah mungkin masih akan melemah terhadap dolar AS hari ini, setelah Gubernur Bank Sentral AS semalam memberikan sinyal kenaikan suku bunga acuan AS bisa lebih agresif," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.

Di depan Komite Perbankan Senat AS, Powell mengatakan kemungkinan target suku bunga acuan AS akan lebih tinggi dari angka sebelumnya dan bank sentral akan menyiapkan kebijakan laju kenaikan suku bunga yang lebih cepat bila data mendukung.

Dolar Menguat

Ariston menuturkan dolar AS langsung menguat terhadap nilai tukar utama dunia saat sesi dengar pendapat tersebut berlangsung dan mungkin bisa berlanjut hari ini.

Kenaikan suku bunga acuan AS bisa mendorong kenaikan suku bunga bank sentral lainnya dan mendorong ekonomi biaya tinggi yang bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Pedagang secara dramatis meningkatkan taruhan mereka untuk kenaikan suku bunga 50 basis poin pada Maret setelah komentar Powell, dengan pasar uang berjangka terakhir memperkirakan peluang lebih dari 70 persen dari langkah tersebut, naik dari sekitar 31 persen sehari sebelumnya, menurut alat FedWatch, CME Group.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Investor Khawatir

Nilai Tukar Rupiah Menguat Atas Dolar
Teller tengah menghitung mata uang dolar di penukaran uang di Jakarta, Junat (23/11). Nilai tukar dolar AS terpantau terus melemah terhadap rupiah hingga ke level Rp 14.504. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu banyak investor khawatir bahwa The Fed akan mempertimbangkan suku bunga yang lebih tinggi lebih lama dari perkiraan sebelumnya.

Ariston memprediksi rupiah berpeluang melemah ke kisaran Rp15.400 per dolar AS, dengan potensi resisten di Rp15.300 per dolar AS.

Selain itu, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2023 masih menjadi faktor positif untuk rupiah. Namun, faktor eksternal sangat mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Pada Selasa (7/3) rupiah ditutup menurun 72 poin atau 0,47 persen ke posisi Rp15.367 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.295 per dolar AS.


Top, Keperkasaan Rupiah Kalahkan Ringgit Malaysia dan Baht Thailand

BCA Jan 2017
Pada 2017 diramalkan kurs rupiah akan bergerak menuju pelemahan dengan rata-rata 13.500 per dolar AS.

Bank Indonesia (BI) mencatat Nilai tukar Rupiah pada 15 Februari 2023 menguat 2,39 persen dibandingkan dengan level akhir Desember 2022.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, menilai apresiasi kurs Rupiah tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan apresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Filipina (0,99 persen), Thailand (0,85 persen), dan Malaysia (0,27 persen).

"Rupiah yang terus menguat ini didorong oleh aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik, sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi domestik yang tetap baik dengan stabilitas yang terjaga, imbal hasil aset keuangan domestik yang tetap menarik, dan ketidakpastian pasar keuangan global yang mereda," kata Perry dalam dalam konferensi pers Pengumuman Hasil RDG Bulanan Bulan Februari 2023, Kamis (16/2/2023).

Ke depan, Bank Indonesia memprakirakan Rupiah terus menguat sejalan prospek ekonomi yang semakin baik dan fundamental ekonomi yang kuat, sehingga akan mendorong penurunan inflasi lebih lanjut.

Dia menegaskan, kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation) diperkuat dengan pengelolaan devisa hasil ekspor melalui implementasi TD valas DHE sesuai dengan mekanisme pasar.

Lebih lanjut, Perry menyampaikan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tetap baik dan mendukung ketahanan eksternal. NPI pada 2022 diperkirakan mencatat surplus, ditopang oleh surplus transaksi berjalan pada kisaran 0,4-1,2 persen dari PDB, di tengah defisit transaksi modal dan finansial akibat tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.


Neraca Perdagangan Januari 2023

Akhir Pekan, Rupiah Melemah Terhadap Dolar
Teler menunjukan mata uang rupiah di Jakarta, Jumat (3/3/2023). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah ke level Rp15.311 pada penutupan perdagangan hari ini, rupiah ditutup melemah 0,20 persen atau turun 30,5 poin ke Rp15.311 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Perkembangan terkini menunjukkan neraca perdagangan Januari 2023 mencatat surplus cukup tinggi sebesar USD 3,87 miliar, dipengaruhi oleh kinerja ekspor nonmigas yang tetap kuat.

Aliran masuk modal asing di pasar keuangan domestik juga meningkat, tercermin dari investasi portofolio yang mencatat net inflows sebesar USD 6,0 miliar dolar AS hingga 14 Februari 2023.

Disisi lain, BI mencatat posisi cadangan devisa Indonesia akhir Januari 2023 meningkat menjadi USD 139,4 miliar, setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

"Secara keseluruhan, prospek NPI 2023 diperkirakan tetap baik dengan transaksi berjalan yang terjaga dalam kisaran surplus 0,4 persen sampai dengan defisit 0,4 persen dari PDB," ujarnya.

Sementara itu, neraca transaksi modal dan finansial diperkirakan mencatat surplus didukung oleh aliran masuk modal asing dalam bentuk PMA dan investasi portofolio, sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi nasional dan iklim investasi di dalam negeri yang tetap baik. 

Beda Rupiah 1998 dengan 2018 terhadap Dolar AS
Infografis Beda Rupiah 1998 dengan 2018 terhadap Dolar AS. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya