Fenomena El Nino Berdampak Buruk pada Pertanian, Ini Persiapan Petani di Jawa Tengah

Para kelompok tani di Jawa Tengan sudah membuat sumur resapan di dekat lahan pertanian mereka, sebagai langkah antisipasi jika terjadi kekeringan di masa depan.

oleh stella maris diperbarui 25 Mei 2023, 17:21 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2023, 17:18 WIB
Kementan
Ilustrasi lahan pertanian yang menguning karena kekurangan pasokan air karena lahan yang kering/Istimewa.

Liputan6.com, Semarang Fenomena El Nino diperkirakan bakal melanda wilayah Provinsi Jawa Tengah. Berkaitan dengan hal tersebut, para petani di Kabupaten Semarang diingatkan agar siap menghadapi fenomena tersebut karena membuat musim kemarau menjadi lebih panjang dan memberi ancaman kekeringan. 

Musthofa selaku Ketua Kelompok Tani Albarokah di Semarang memberikan pendapatnya mengenai fenomena tersebut. Dia mengatakan bahwa beberapa kelompok petani diakuinya sudah lebih siap menghadapi ancaman kekeringan dibanding tahun-tahun sebelumnya. 

"Kami sebenarnya sudah siap. Para petani sudah siapkan untuk keadaan itu. Para petani sudah kami informasikan untuk menyiapkan benih-benih yang bisa ditanam lebih cepat," jelasnya kepada media, Rabu (24/5). 

Kelompok Tani Albarokah merupakan kelompok tani yang sudah puluhan tahun konsisten memproduksi pangan organik. Beragam bantuan serta penyuluhan dari pemerintah memang sering dilakukan sehingga kesiapan mereka menghadapi bencana menjadi lebih baik.

Menurut Musthofa, pada musim kemarau tahun ini, para petani di Semarang diminta untuk menanam benih padi yang berbeda serta jenis tanaman lain seperti kacang-kacangan. 

"Kami terapkan tanam padi untuk umur usia pendek. Alternatif tanaman kacang-kacangan. Kacang merah, kacang hijau, kedelai, dan sebagainya untuk masa tanam pertengahan tahun hingga akhir tahun ," terang Musthofa.

Di samping itu, kata Musthofa, kelompok tani yang dia pimpin juga sudah membuat sumur resapan di dekat lahan pertanian mereka, sebagai langkah antisipasi jika terjadi kekeringan di masa depan. 

"Memang kami sudah menyiapkan jauh-jauh sebelumnya tentang sumur resapan. Sehingga lahan-lahan di sekitar sumber air bisa tercukupi untuk kebutuhan tanam padi," ujar Musthofa menegaskan.

 

Ilustrasi lahan pertanian yang subur
Ilustrasi lahan pertanian yang subur/Istimewa.

Musthofa mengakui, musim kemarau yang berkepanjangan biasanya mengakibatkan volume produksi di sektor pertanian menurun. Namun, untuk mengantisipasi sampai gagal panen, Kelompok Tani Albarokah mengandalkan keampuhan sumur resapan yang sudah disiagakan mereka. 

"Agar tidak terlalu berkurang, kami sudah siapkan beberapa sumur resapan untuk menghasilkan air. Kearifan lokal selalu kita jaga, karena air itu yang dinantikan-nantikan para petani," ujar Musthofa.

Musthofa menambahkan pada tahun ini, para petani juga diuntungkan dengan adanya bantuan pemerintah berupa jaringan irigasi tersier di Semarang yang mampu menjangkau lebih banyak lahan-lahan pertanian. Menurut Musthofa, jaringan irigasi ini setidaknya mampu membantu pasokan air bagi para petani. 

"Irigasi baik. Tapi kalau kekeringan panjang itu tidak menjangkau semua," jelas Musthofa.

Untuk informasi, prakiraan BMKG, pada tahun ini, Tanah Air akan diterjang El-Nino yang berdampak musim kemarau menjadi berkepanjangan. Puncak El Nino akan terjadi pada Agustus 2023. 

Berdasarkan hal tersebut, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian berupaya menyiapkan langkah mitigasi agar bencana kekeringan dapat meminimalisir jumlah gagal panen di tingkat petani. Beragam pelatihan dari penyuluh, serta program asuransi pertanian hingga pembangunan waduk atau embung dan juga perbaikan irigasi hingga kini terus dilakukan.

Menteri Pertanian  Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa fenomena el nino merupakan ancaman serius terhadap produksi pangan, baik di subsektor tanaman pangan, peternakan dan perkebunan. 

"Oleh karena itu, sekali lagi diperlukan langkah antisipasi dan adaptasi dengan pelatihan petani dan penyuluh," ujar Mentan Syahrul. 

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya