Eropa Jatuh Resesi, Ini Sederet Negara yang Paling Terpukul di Kuartal I-2023

Berikut adalah sederet negara Eropa yang terkontraksi di kuartal pertama 2023, mendorong resesi di kawasan.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 09 Jun 2023, 14:00 WIB
Diterbitkan 09 Jun 2023, 14:00 WIB
Ilustrasi resesi ekonomi. Foto: Freepik/wirestock
Ilustrasi resesi ekonomi. Foto: Freepik/wirestock

Liputan6.com, Jakarta Zona euro atau kawasan negara Uni Eropa resmi memasuki resesi pada kuartal pertama tahun ini. 

Melansir CNBC International, Jumat (9/6/2023) ekonomi Uni Eropa, yang terdiri dari 20 negara melaporkan kontraksi sebesar 0,1 persen di kuartal pertama 2023, menurut perkiraan yang direvisi dari kantor statistik kawasan, Eurostat.

Konsumsi rumah tangga di kawasan itu juga turun 0,3 persen  pada kuartal pertama, menyoroti tekanan yang dihadapi konsumen di tengah biaya yang lebih tinggi.

"Berita bahwa PDB menyusut pada kuartal pertama berarti zona euro telah jatuh ke dalam resesi teknis. Kami menduga bahwa ekonomi akan berkontraksi lebih lanjut selama sisa tahun ini," kata kepala ekonom Eropa di Capital Economics, Andrew Kenningham dalam sebuah pernyataan tertulis pada Kamis (8/6). 

Berikut adalah sederet negara Eropa yang terkontraksi di kuartal pertama 2023, mendorong resesi di kawasan :

Jerman

Jerman, yang dikenal sebagai negara ekonomi terbesar di Eropa, telah melihat kontraksi selama dua kuartal berturut turut. Penyusutan ini membuat negara itu memasuki resesi.

Data dari Kantor Statistik Federal, Destatis menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) Jerman turun 0,3 persen di kuartal pertama 2023. Negara itu sudah mencatat kontraksi di kuartal sebelumnya, sebesar 0,5 persen.

"Setelah pertumbuhan PDB memasuki wilayah negatif pada akhir tahun 2022, ekonomi Jerman kini mencatat dua kuartal negatif (resesi) berturut-turut," kata Presiden Destatis, Ruth Brand, dikutip dari Deutsche Welle.

Irlandia

Pengertian Resesi
Ilustrasi Grafik Resesi Ekonomi Credit: pexels.com/energepic.com

Selain Jerman, Irlandia juga mencatat kontraksi ekonomi selama dua kuartal. 

Mengutip Irish Times, perekonomian Irlandia, yang diukur dengan produk domestik bruto (PDB), menyusut 4,6 persen pada kuartal pertama tahun ini.

Penyusutan tersebut didorong oleh kontraksi besar di sektor industri yang didominasi multinasional.

Kantor Pusat Statistik Irlandia (CSO) juga mencatat penurunan PDB negara itu untuk kuartal terakhir tahun lalu menjadi -0,1 persen, turun dari perkiraan awal 0,3 persen.

Revisi berarti ekonomi, yang diukur dengan PDB, kini telah mengalami pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut-turut, memenuhi definisi resesi teknis.

Di sisi lain, CSO mengngatkan bahwa penurunan PDB Irlandia pada akhir tahun lalu adalah marjinal dan masih dapat direvisi naik.

Belanda

Resesi
Ilustrasi Grafik Resesi Credit: pexels.com/Burka

Melansir laman Dutch News, ekonomi Belanda juga mengalami kontraksi sebesar 0,7 persen pada kuartal pertama tahun ini,  dibandingkan dengan tiga bulan terakhir tahun 2022, kata badan statistik nasional CBS.

Ekonomi Belanda sempat tumbuh sebesar 0,4 persen pada kuartal terakhir 2022 lalu.

Menurut Financieele Dagblad, analis memperkirakan pertumbuhan moderat.

Angka tersebut, yang merupakan perkiraan awal, menunjukkan penurunan kuartal-ke-kuartal disebabkan oleh penurunan neraca perdagangan karena penurunan ekspor, dan pengurangan cadangan gas.

Yunani

Tetap Cuan di 2023, Ini 5 Cara Jitu Menghadapi Resesi Ekonomi 
Ilustrasi kontraksi ekonomi. (Shutterstock/Thapana_Studio)

Perekonomian Yunani juga sedikit menyusut di kuartal pertama tahun 2023 dari tiga bulan sebelumnya, menurut layanan statistik negara itu, (ELSTAT).

Dilansir dari laman Nasdaq, data yang disesuaikan secara musiman menunjukkan produk domestik bruto Yunani turun 0,1 persen pada kuartal pertama 2023 dari pertumbuhan 1,1 persen yang direvisi turun pada kuartal keempat tahun 2022.

Pengeluaran rumah tangga Yunani naik hanya 1,4 persen pada kuartal pertama dibandingkan tiga bulan sebelumnya, dengan investasi turun 1,0 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya