Bank Dunia Ungkap Jokowi Wariskan 3 Dasar untuk Dongkrak Ekonomi di Masa Depan

Bank Dunia memperkirakan investasi swasta di Indonesia akan meningkat sedikit karena cukup lesu selama tiga tahun terakhir dan pertumbuhan ekspor, bersamaan dengan perlambatan ekonomi global juga diperkirakan akan melambat.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 26 Jun 2023, 15:15 WIB
Diterbitkan 26 Jun 2023, 15:15 WIB
Proyeksi Ekonomi Indonesia 2022
Suasana gedung bertingkat dan permukiman warga di kawasan Jakarta, Senin (17/1/2022). Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 mencapai 5,2 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Dunia mengungkapkan bahwa saat ini terdapat tiga perkembangan ekonomi makro Indonesia yang sedang berlangsung. Ketiganya tersebut akan membantu membangun ketahanan dan ruang kebijakan untuk periode mendatang atau setelah pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Perkembangan makro pertama yang sedang berlangsung adalah disinflasi, yaitu penurunan tingkat inflasi," kata Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Habib Rab dalam acara peluncuran Indonesia Economic Prospects edisi Juni 2023, Senin (26/6/2023).

Perkembangan kedua adalah leverage, yaitu pengurangan utang dalam perekonomian.

"Dan perkembangan yang ketiga adalah pengurangan paparan kerentanan ekonomi. Jadi, Anda mungkin ingat dari prospek ekonomi Indonesia terakhir kami bahwa salah satu pesan utama yang kami miliki adalah bahwa mengelola inflasi adalah salah satu masalah manajemen ekonomi makro yang paling menantang," ungkap Habib Rab.

Habib Rab mengakui, tantangan dalam pengelolaan inflasi tak hanya dihadapi Indonesia, tetapi sebagian besar ekonomi di seluruh dunia sejak awal 2022.

Dia melanjutkan, para pembuat kebijakan khususnya menghadapi pertukaran yang sangat tajam antara mendorong pemulihan di satu sisi dengan kebijakan ekonomi makro yang relatif akomodatif dan mengendalikan tekanan harga, di sisi lain dengan kebijakan ekonomi makro yang lebih ketat.

"Kami perkirakan inflasi (Indonesia) akan tetap moderat selama sisa tahun ini. Pasalnya, banyak tekanan dari sisi penawaran yang menyebabkan kenaikan inflasi sebenarnya sudah mulai mereda," ungkapnya.

Sementara itu, Bank Dunia memperkirakan investasi swasta di Indonesia akan meningkat sedikit karena cukup lesu selama tiga tahun terakhir dan pertumbuhan ekspor, bersamaan dengan perlambatan ekonomi global juga diperkirakan akan melambat.

 

Proyeksi Ekonomi Global

Proyeksi Ekonomi Indonesia 2022
Suasana gedung bertingkat dan permukiman warga di kawasan Jakarta, Senin (17/1/2022). Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 mencapai 5,2 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Habib Rab dalam kesempatan itu membahas kembali proyeksi Bank Dunia pada ekonomi global yang diperkirakan melambat pada tahun 2023, dari pertumbuhan sekitar 3,1 persen menjadi 2,1 persen tahun ini.

"Pertumbuhan di Asia Timur dan Wilayah Pasifik berjalan sebaliknya. Kami melihat rebound yang sangat kuat khususnya karena pemulihan ekonomi China. Jadi di kawasan Asia Timur Pasifik, pertumbuhan diperkirakan akan meningkat dari tiga setengah persen pada tahun 2022 menjadi lima setengah persen pada tahun 2023," ungkapnya.

Jadi dalam konteks ini, pertumbuhan di Indonesia diproyeksikan menjadi normal sehingga ada rebound cepat. Tahun lalu ekonomi tumbuh sebesar 5,3 persen dan tahun ini, kami perkirakan akan moderat menjadi sekitar 4,9 persen," beber Habib Rab.

Cabut Status Pandemi COVID-19, Jokowi Harap Pergerakan Ekonomi Semakin Baik

FOTO: Bank Dunia Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pemandangan gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (5/4/2022). Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 menjadi 5,1 persen pada April 2022, dari perkiraan sebelumnya 5,2 persen pada Oktober 2021. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan pencabutan status pandemi COVID-19 di Indonesia pada Rabu, (21/6/2023). Dengan demikian, Indonesia memasuki masa endemi.

“Setelah tiga tahun berjuang hadapi pandemi COVID-19 Sejak hari ini Rabu, 21 Juni 2023 pemerintah cabut status pandemi. Dan kita mulai memasuki masa endemi. Keputusan ini diambil pemerintah dengan mempertimbangkan angka konfirmasi harian COVID-19 mendekati nihil,” ujar Jokowi, Rabu (21/6/2023).

Ia menambahkan, hasil survei menunjukkan 99 persen masyarakat Indonesia sudah memiliki antibody COVID-19. “WHO juga sudah mencabut status public health emergency of international concern,” tutur Jokowi.

Meski demikian, Jokowi mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati dan terus menjalankan perilaku hidup sehat dan bersih. Dengan keputusan tersebut, Jokowi berharap dapat meningkatkan pergerakan ekonomi.

“Pemerintah berharap perekonomian nasional bergerak semakin baik dan meningkatkan kualitas sosial ekonomi masyarakat,” ujar dia.

Seiring pengumuman tersebut, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona hijau pada sesi perdagangan saham Rabu, 21 Juni 2023. IHSG naik 0,31 persen ke posisi 6.680.

Mayoritas sektor saham menghijau kecuali sektor saham kesehatan turun 1,14 persen. Sektor saham energi naik 0,38 persen, sektor saham basic mendaki 0,60 persen, sektor saham industri bertambah 0,24 persen, dan sektor saham nonsiklikal naik 0,61 persen.

Selain itu, sektor saham siklikal melompat 1,26 persen, sektor saham keuangan mendkai 0,45 persen, sektor saham properti bertambah 0,29 persen, sektor saham teknologi menanjak 0,80 persen, sektor saham infrastruktur mendaki 0,86 persen dan sektor saham transportasi naik 1,4 persen.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya