OJK: Jepang, Korea Selatan, dan Singapura Semangat Akuisisi Bank Lokal

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membantah pandangan terkait beralihnya investor asing dari pasar keuangan Indonesia, salah satunya di sektor perbankan.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 04 Jul 2023, 14:40 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2023, 14:40 WIB
Ilustrasi bank by Freepik.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membantah pandangan terkait beralihnya investor asing dari pasar keuangan Indonesia, salah satunya di sektor perbankan. (Ilustrasi bank by Freepik)

Liputan6.com, Jakarta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membantah pandangan terkait beralihnya investor asing dari pasar keuangan Indonesia, salah satunya di sektor perbankan.

"Investor asing saya kaget nih dari mana nih (kabar) investor asing mengundurkan diri. Bahkan permintaan kepada kita dari Jepang, dari Korea Selatan, bahkan dari negara tetangga Singapura sedang meningkat untuk bisa akuisisi bank lokal misalnya," ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Komisioner OJK yang disiarkan secara daring pada Selasa (4/7/2023).

"Saya kira performance bank-bank kita secara nasional bahwa di pasar modal juga jadi penggerak utama itu industri perbankan," jelasnya.

Bahkan, dalam waktu dekat, Dian menyebut, akan ada sejumlah proses akuisisi dan merger bank di Indonesia.

"Jadi tidak ada kekurangan confidence bahkan kalau saya liat secara keseluruhan sedang memacu ekspansi kredit bank-bank asing yang ada di Indonesia pada saat ini," tegasnya.

Penjajakan

Ia juga mengungkapkan bahwa ada beberapa bank yang melakukan perjanjian bilateral membentuk kelompok usaha bersama (KUB).

Saat ini, OJK tengah melakukan komunikasi intensif dengan sejumlah pihak dan BPD memerlukan langkah-langkah yang bersifat breakthrough, sehingga tidak bisa mengikuti irama masing-masing bank tersebut, beber Dian.

"Yang kita sebut KUB integrasi, karena pertama saya kira kita sama-sama tahu bahwa pemenuhan modal BPD ini akan sangat tergantung APBD masing-masing, dan kelihatan sekali kalau ikuti itu akan lama sekali prosesnya," katanya.

"Oleh karena itu kita memang dalam waktu yang mudah mudahan tidak terlalu lama kita akan segera umumkan apa yang dimaksud dengan KUB terintegrasi ini sebetulnya lebih komprehensif daripada upaya-upaya yang dilakukan BPD," pungkas pejabat OJK ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Ekonomi Dunia Masih Kelam, Ini Ramalan OJK

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pernyataan tersebut menanggapi pandangan fraksi terhadap asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen hingga 5,7 persen dalam Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) RAPBN Tahun 2024. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

 Bayang-bayang guncangan ekonomi dunia masih menghadang ke depan. Bank Sentral Amerika (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) dan Bank Sentral Eropa diperkirakan masih akan menaikkan suku bunga. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun memberikan lampu kuning dengan keadaan ini. 

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menjelaskan, prediksi bahwa Bank Sentral AS bakal menaikkan suku bunga lagi merespons masih ketatnya pasar tenaga kerja di tengah kinerja perekonomian yang di atas ekspektasi.

"Sehingga, The Fed mensinyalkan masih akan ada kenaikan suku bunga di tahun ini," kata dia dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Selasa (4/7/2023).

Selain The Fed, kebijakan untuk menaikkan suku bunga juga ditempuh oleh Bank Sentral Eropa. Kebijakan ini dipicu oleh tingkat inflasi di beberapa negara Eropa yang persisten tinggi.

 


Suku Bunga

Data Pertumbuhan Ekonomi G20 per Kuartal III 2022
Suasana gedung pencakar langit di Jakarta, Selasa (15/11/2022). Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang terbaik di antara negara G20. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sementara itu, Pemerintah dan Bank Sentral China terus mengeluarkan stimulus dan menurunkan suku bunga. Kebijakan ini diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi China yang terus melemah.

Mahendra mengatakan, kinerja perekonomian Indonesia terpantau positif dengan tekanan inflasi mereda dan kembali ke rentang target pemerintah di bawah 4,00 persen. Pr Juni 2023, inflasi nasional mencapai 3,52 persen yoy, turun dari Mei 2023 sebesar 4,00 persen.

"Selain itu, optimisme konsumen meningkat dan kinerja sektor riil juga terpantau positif. Kemudian, neraca perdagangan juga masih mencatatkan surplus di tengah penurunan harga komoditas utama ekspor Indonesia di Mei 2023," tandanya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya