Liputan6.com, Jakarta - Inggris kini menjadi satu-satunya negara di antara negara anggota G7 yang masih mengalami kenaikan inflasi yang tinggi, menurut data dari Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan atau OECD.
Melansir CNBC International, Rabu (5/7/2023) organisasi yang berbasis di Paris itu mengatakan bahwa inflasi year-on-year di negara G7 turun menjadi 4,6 persen pada Mei 2023, turun dari 5,4 persen pada April, mencapai level terendah sejak September 2021.
Baca Juga
Tren penurunan diamati di sebagian besar ekonomi maju pada bulan Mei, dengan inflasi tahunan berdetak lebih rendah di AS, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, dan Jepang.
Advertisement
Sementara itu, inflasi konsumen Inggris naik menjadi 7,9 persen di bulan Mei 2023 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kata OECD, naik sedikit dari 7,8 persen di bulan April.
Bulan lalu, Bank of England menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 5 persen.Ini menandai kenaikan suku bunga ke-13 BOE dan mendorong suku bunga dasar ke level tertinggi sejak 2008.
Langkah tersebut, yang memperbesar kekhawatiran krisis hipotek, menandai divergensi dari bank sentral utama lainnya yang mampu memperlambat atau menghentikan kenaikan suku bunga.
Indeks harga konsumen nasional OECD untuk Inggris mencakup biaya hidup dan diyakini sebagai ukuran inflasi yang paling komprehensif.
OECD pada awal Juni 2023 juga memperkirakan bahwa Inggris akan membukukan inflasi utama tahunan sebesar 6,9 persen tahun ini, tingkat tertinggi di antara semua negara maju.
Inflasi di Negara OECD Menurun, Kecuali 3 Negara Ini
Antara bulan April dan Mei, OECD mengatakan inflasi turun di semua negara yang diamati kecuali di Belanda, Norwegia, dan Inggris.
Di semua negara OECD, kelompok itu mengatakan tingkat inflasi berkisar dari kurang dari 3 persen di Kosta Rika, Yunani, dan Denmark hingga lebih dari 20 persen di Hongaria dan Turki.
Inflasi inti, yang tidak termasuk harga pangan dan makanan lainnya, menurun pada tingkat yang jauh lebih lambat di 33 negara OECD, namun melanjutkan tren baru-baru ini.Â
Inflasi energi, sementara itu, turun menjadi -5,1 persen di bulan Mei jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dari 0,7 persen di bulan April.
Advertisement
IMF: Inggris Tak Jadi Resesi, Ekonomi Tumbuh 0,4 Persen di 2023
Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan perekonomian Inggris akan terhindar dari ancaman resesi tahun ini.
Melansir laman BBC, Rabu (24/5/2023) IMF kini meramal ekonomi Inggris akan tumbuh 0,4 persen di tahun 2023, setelah bulan lalu sempat diperkirakan akan berkontraksi sebesar 0,3 persen.
IMF menyebut, pertumbuhan ekonomi Inggris akan didorong oleh permintaan konsumen yang kuat dan penurunan biaya energi.
Tetapi badan itu juga mengingatkan bahwa Inggris masih dihantui oleh angka inflasi yang tinggi, dan suku bunga yang lebih tinggi masih perlu dipertahankan oleh Bank of England.
Saat berpidato di London, direktur pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan bahwa angka pertumbuhan yang meningkat dipicu oleh penurunan harga energi, meredakan kekhawatiran atas dampak Brexit dan peningkatan stabilitas keuangan.
"(Pemerintah telah mengambil) langkah tegas dan bertanggung jawab dalam beberapa bulan terakhir," ujarnya.
Tetapi Georgieva juga melihat pemotongan pajak belum memungkinkan, memperingatkan bahwa saat ini "tidak terjangkau, juga tidak diinginkan".
Laporan IMF juga mencatat bahwa risiko ekonomi Inggris cukup besar, dengan bahaya terbesar datang dari "persistensi yang lebih besar dari yang diantisipasi dalam penetapan harga dan upah", yang akan membuat inflasi lebih tinggi lebih lama.
Georgieva menyarankan, Inggris perlu mengatasi lonjakan masyarakat yang tidak bekerja, serta mereka yang memiliki penyakit jangka panjang.Â
Prospek Pertumbuhan Ekonomi Inggris Disebut Akan Lebih Baik dari Negara Eropa
Kanselir Jeremy Hunt menyambut laporan terbaru IMF mengenai perkembangan ekonomi Inggris.
Dia mengatakan laporan itu "menghargai tindakan kami untuk memulihkan stabilitas dan menjinakkan inflasi".
"Jika kita berpegang pada rencana tersebut, IMF mengkonfirmasi prospek pertumbuhan jangka panjang kita lebih kuat daripada di Jerman, Prancis, dan Italia," sebutnya.
Sementara menurut Pat McFadden, kepala sekretaris Partai Buruh untuk Departemen Keuangan, laporan itu mengungkapkan "kerapuhan ekonomi Inggris, menyoroti perlambatan aktivitas ekonomi sejak tahun lalu dan inflasi yang sangat tinggi".
Advertisement