Momen Jokowi Jajal Mesin Penukar Botol Minuman Bekas, Bantu Atasi Krisis Iklim

Presiden Jokowi menjajal sendiri mesin penukar botol bekas minuman menjadi poin bernilai rupiah

oleh Septian Deny diperbarui 20 Sep 2023, 19:40 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2023, 19:35 WIB
Presiden Jokowi menjajal sendiri mesin penukar botol bekas minuman menjadi poin bernilai rupiah
Presiden Jokowi menjajal sendiri mesin penukar botol bekas minuman menjadi poin bernilai rupiah dalam Festival Lingkungan–Iklim–Kehutanan–Energi EBT (LIKE) 2023.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengunjungi stand Danone Indonesia dalam Festival Lingkungan–Iklim–Kehutanan–Energi EBT (LIKE) 2023. Dalam kesempatan itu, Danone Indonesia menunjukan mesin penukar botol bekas menjadi barang bernilai.

Penukaran botol bekas merupakan salah satu inisiatif perusahaan dalam mengatasi permasalahan lingkungan dan krisis iklim.

General Secretary Danone Indonesia, Vera Galuh Sugijanto memperagakan mesin untuk penukar botol bekas minuman menjadi poin bernilai rupiah kepada presiden Jokowi.

Jokowi terlihat antusias mendengarkan penjelasan tersebut. Presiden kemudian juga ikut mencoba mesin penukar botol minuman bekas yang menjadi salah satu solusi permasalahan sampah plastik di Indonesia.

Danone menunjukan mesin penukar botol bekas menjadi barang bernilai rupiah. General Secretary Danone Indonesia, Vera Galuh Sugijanto memperagakan mesin untuk penukar botol bekas minuman menjadi poin bernilai rupiah kepada presiden Jokowi.

"Sebagai perusahaan pelopor produsen air minum dalam kemasan (AMDK) di Indonesia sejak 1973, Danone-AQUA berkomitmen menghadirkan kesehatan melalui produk berkualitas sekaligus berdampak positif bagi masyarakat dan lingkungan," kata Vera Galuh Sugijanto dikutip Rabu (20/9/2023).

Dia menjelaskan bahwa komitmen tersebut diwujudkan melalui sejumlah inisiatif untuk mendukung agenda pelaksanaan target pembangunan berkelanjutan pemerintah. Terutama pada pilar menjaga kualitas lingkungan hidup serta pembangunan yang inklusif.

Hal itu juga sejalan dengan strategi keberlanjutan perusahaan yang tertuang dalam Danone Impact Journey. Salah satu cara Danone Indonesia dalam mempertahankan kelestarian lingkungan terlihat jelas dengan melalui kemitraan pengumpulan dan daur ulang sampah kemasan sebagai bahan baku industri daur ulang bersama sejumlah pelaku usaha.

 

Mengedukasi Masyarakat

limbah botol plastik
Danone-AQUA bekerjasama dengan Alfamart dan PlasticPay, gerakan sosial berbasis platform digital, meluncurkan inovasi terbaru berupa AQUA Reverse Vending Machine (RVM) atau Mesin Penukaran Botol plastik paska konsumsi bagi masyarakat untuk memfasilitasi pengelolaan sampah plastik.

Danone juga mengedukasi masyarakat Indonesia untuk mengelola sampah dengan bijak. Sejumlah kegiatan sosialisasi telah dilaksanakan seperti dialog “Pengembangan Kemitraan Pengumpulan dan Daur Ulang Sampah Kemasan sebagai Bahan Baku Industri Daur Ulang Plastik dan Kertas” serta stand edukasi #BijakBerplastik.

Komitmen menjadi bagian dari solusi krisis alam juga diwujudkan melalui upaya untuk menekan emisi gas rumah kaca sesuai dengan target 1.5 derajat Celcius. Juga dengan peningkatan efisiensi energi 30 persen pada 2025 dan mencapai nol emisi karbon (net zero emission) pada 2050.

Danone Indonesia juga menjalankan kebijakan Positive Water Impact untuk mengembalikan lebih banyak air ke alam dan masyarakat dibanding dari yang digunakan dalam proses produksi pada 2030. Positive Water Impact diwujudkan melalui 3 pilar, yakni pelestarian sumber daya air dan lingkungan, mendorong sirkularitas air dalam sistem produksi serta meningkatkan aksesibilitas masyarakat atas air bersih dan sanitasi.

Seperti diketahui, Festival LIKE merupakan rangkaian acara pendahuluan keterlibatan pemerintah Indonesia dalam Konferensi Perubahan Iklim 2023 atau lebih sering disebut sebagai COP 28 yang akan diselenggarakan pada 30 November-12 Desember 2023, di Dubai. Festival LIKE resmi ditutup Presiden Jokowi pada 18 September 2023.

4 Tantangan Berat Indonesia Jadi Negara Maju di 2045

Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Turun 5,6 Persen Akibat Covid-19
Deretan gedung perkantoran di Jakarta, Senin (27/7/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta mengalami penurunan sekitar 5,6 persen akibat wabah Covid-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Indonesia kini berambisi untuk menjadi negara high income (berpendapatan tinggi) dan menjadi bagian 5 besar untuk ranking PDB terbesar di dunia serta menjadi negara maju di 2045 mendatang.

Namun, Kepala Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (PKAPBN) BKF Kemenkeu, Wahyu Utomo mengungkapkan, ada beberapa tantangan dalam mewujudkan target Visi Indonesia Maju di 2045.

Tantangan itu salah satunya adalah tensi geopolitik, pandemi, perubahan iklim, dan digitalisasi.

Wahyu melihat, geopolitik merupakan sumber utama ketidakpastian yang akan bertahan dan meningkat dalam jangka menengah-panjang.

“Perang di Ukraina masih berlangsung, kemudian ada ketegangan Amerika-China. Dampaknya apa? rantai pasok terganggu, harga komoditas volatile, dan inflasi yang belum sepenuhnya normal,” ungkap Wahyu dalam diskusi Bedah APBN 2024 yang disiarkan secara daring pada Rabu (20/9/2023).

Kemudian ada Pandemi yang diperlukan untuk dilakukannya antisipasi penyebaran lanjutan atau munculnya wabah baru.

“Kita bisa belajar dari pandemi kemarin bahwa pandemi itu memang sebuah tragedi, tapi banyak sekali memberika pelajaran kepada kita. Kita harus siap ketika nanti (terjadi lagi) pandemi, misalnya menyiapkan sistem kesehatan yang lebih handal, yang adaptif, sistem sosial yang adaptif sekaligus pengelolaan fiskal yang fleksibel tapi responsif,” jelasnya.

 

Perubahan Iklim

Proyeksi Ekonomi Indonesia 2022
Suasana gedung bertingkat dan permukiman warga di kawasan Jakarta, Senin (17/1/2022). Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 mencapai 5,2 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Terkait perubahan iklim, Wahyu melihat, dampak dari perubahan iklim semakin terlihat dari bencana alam yang melanda berbagai negara di dunia, juga probabilitas terjadinya bencana yang semakin tinggi.

Wahyu menambahkan, “Tapi perubahan iklim ini juga membuka peluang di ekonomi. Kalau kita bisa menangkap peluang itu maka akan menjadi modalitas untuk mendorong pertumbuhan”.

Tantangan berikutnya, adalah digitalisasi ekonomi. Menurut Wahyu, hal itu menjadi tantangan sekaligus peluang jika Indonesia mampu membuat ekonomi lebih kompetitif di sektor tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya