Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) pada hari ini. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi Bank Indonesia akan menjaga suku bunga kebijakan guna menjaga stabilitas rupiah.
"Kami memperkirakan BI akan mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRRR) pada level 5,75 persen dalam RDG bulan Oktober 2023," kata Josua Pardede kepada Liputan6.com, Kamis (19/10/2023).
Baca Juga
Menurutnya, meskipun tingkat inflasi telah berada dalam kisaran target 2-4 persen dan surplus perdagangan berlanjut, ia melihat bahwa BI masih perlu mempertahankan BI-7DRRR untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah.
Advertisement
Hal ini dikarena ketidakpastian mengenai arah Fed Funds Rate (FFR) masih menjadi risiko utama bagi pasar keuangan global, terutama setelah indikator ekonomi AS yang paling baru tetap solid dan konflik Israel-Hamas semakin memburuk, sehingga meningkatkan harga minyak global dan risiko inflasi (menaikkan risiko "higher-for-longer".
"Sebagaimana BI telah menyatakan bahwa mereka telah mengantisipasi the Fed akan menaikkan suku bunga acuannya hingga 5,75 persen (satu kenaikan lagi sebesar 25bps dalam sisa tahun 2023), kami melihat bahwa kondisi saat ini masih berada dalam toleransi BI," ujarnya.
Oleh karena itu, ia percaya BI masih akan lebih memilih untuk mempertahankan BI-7DRRR dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Oktober 2023.
Adapun Josua menyoroti, hingga 17 Oktober 2023, nilai tukar Rupiah telah mengalami depresiasi sebesar 0,94 persen ytd, karena tekanan dalam dua bulan terakhir mengimbangi apresiasi Rupiah pada paruh pertama tahun ini.
"Untuk menjaga nilai tukar Rupiah, kami percaya bahwa BI akan terus fokus pada meningkatkan efektivitas instrumen baru mereka, yaitu TD Valas DHE dan SRBI," jelasnya.
Masih Bertahan hingga Tahun Depan
Josua menilai, penekanan BI untuk lebih menstabilkan nilai tukar Rupiah, dan bagaimana BI mengantisipasi dan mengatasi jika the Fed menjadi lebih hawkish di masa depan akan menjadi agenda yang perlu diawasi dalam RDG bulan Oktober 2023.
"Kami melihat BI akan mempertahankan BI-7DRRR pada level 5,75 persen setidaknya hingga kuartal ketiga tahun 2024 sebelum mempertimbangkan pemotongan suku bunga," ujarnya.
Disisi lain, ia melihat bahwa tekanan yang telah disebutkan sebelumnya dapat berlanjut hingga paruh pertama tahun 2024. Perkiraan Josua mengenai kemungkinan BI memotong suku bunga kebijakan pada paruh kedua tahun 2024 didasarkan pada potensi masuknya dana dan penguatan nilai tukar Rupiah, seiring dengan ekspektasi the Fed memangkas FFR paling awal pada Juni 2024.
Selain itu, karena dampak inflasi yang berasal dari El-Nino diperkirakan juga akan mereda pada paruh kedua tahun depan, kemungkinan untuk BI memotong suku bunga kebijakannya akan lebih tinggi untuk dilakukan pada paruh kedua tahun 2024.
Advertisement
BI Kembali Pertahankan Suku Bunga di 5,75 Persen
Sebelumnya, Berdasarkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 September 2023, memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50 persen.
"Rapat RDG Bank Indonesia pada 20-21 September 2023 memutuskna untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen, demikian juga suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 5,00 persen, dan suku bunga Lending Facility tetap sbesar 6,50 persen," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dalam konferensi pers, Kamis (21/9/2023).
Menurutnya, keputusan mempertahankan BI7DRR sebesar 5,75 persen ini seagai konsistensi kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap renah dan terkendali dalam kisaran sasaran 3,0±1 persen pada sisa tahun 2023 dan menurun menjadi 2,5±1 persen pada 2024.
Lebih lanjut, kebijakan moneter tetap difokuskan untuk mengendalikan stabilisasi nilai tukar Rupiah untuk memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global.
Sementara itu, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi domestik, kebijakan makroprudensial longgar terus diarahkan untuk memperkuat efektivitas pemberian insentif likuiditas kepada perbankan guna mendorong kredit/pembiayaan dengan fokus hilirisasi, perumahan, pariwisata dan pembiayaan inklusif dan hijau.
Kebijakan insentif likuiditas makroprudensial ini akan berlaku efektif sejak tanggal 1 Oktober 2023. Demikian juga digitalisasi sistem pembayaran terus diakselerasi untuk memperluas inklusi ekonomi dan keuangan digital termasuk digitalisasi transaksi Pemerintah Pusat dan Daerah.
Bank Indonesia juga terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.