Hutama Karya Mulai Tutup Layanan Top Up Uang Elektronik di Jalan Tol Pekanbaru-Dumai

PT Hutama Karya (Persero) (HK) memulai uji coba penutupan layanan top-up kartu uang elektronik lewat pembayaran tunai di Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS)

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 03 Nov 2023, 18:31 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2023, 18:31 WIB
Pintu Tol Pekanbaru-Dumai di Pekanbaru.
Pintu Tol Pekanbaru-Dumai di Pekanbaru. (Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta PT Hutama Karya (Persero) (HK) memulai uji coba penutupan layanan top-up kartu uang elektronik lewat pembayaran tunai di Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ruas Pekanbaru – Dumai (Permai) secara bertahap untuk mengurangi antrean dan kemacetan.

“Jika uji coba ini berhasil di tol Permai, akan kami terapkan juga di ruas tol lainnya," kata Executive Vice President (EVP) Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Tjahjo Purnomo, dikutip dari Antara, Jumat (3/11/2023).

Tjahjo menjelaskan bahwa sejak 20 Oktober 2023, layanan top-up tunai di Tol Permai pada Gerbang Tol (GT) Kandis Utara dan GT Kandis Selatan diubah menjadi layanan non top-up (direct tapping), sehingga layanan top-up tunai yang semula tersedia di 7 (tujuh) GT, menjadi hanya 5 (lima) GT dan akan terus dikurangi secara bertahap hingga akhir tahun ini.

Ke depannya, Hutama Karya akan menghilangkan pilihan layanan top-up tunai di seluruh jaringan gerbang tol yang dikelola untuk menghindari proses transaksi tunai yang memakan waktu dan menimbulkan antrian.

Transisi ke MLFF

Selain itu, transisi ini juga dilakukan sebagai dukungan penerapan sistem transaksi nirsentuh atau Multi Lane Free Flow (MLFF) yang akan segera diujicobakan di beberapa tol di Indonesia.

“Diharapkan seluruh pengguna jalan tol terbiasa dengan aturan ini dan menjadikannya budaya baru, agar waktu transaksi di jalan tol lebih singkat dan tidak mengganggu kenyamanan pengguna jalan lainnya," ujar Tjahjo.

Pengguna jalan tol dapat melakukan pengisian saldo uang elektronik dengan cepat melalui berbagai metode seperti melalui aplikasi HK Toll Apps, mobile banking, e-commerce, maupun pengisian di supermarket terdekat.

Hutama Karya Sudah Bangun 1.021 Km Jalan Tol Trans Sumatera

Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ruas Tol Indralaya-Prabumulih garapan sepanjang 64,5 km. (Dok Hutama Karya)
Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ruas Tol Indralaya-Prabumulih garapan sepanjang 64,5 km. (Dok Hutama Karya)

Genap satu dekade, PT Hutama Karya (Persero) (Hutama Karya) menerima penugasan dari pemerintah untuk membangun Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkeadilan bagi masyarakat Indonesia.

Saat ini, Hutama Karya sudah membangun kurang lebih 1.021,5 km ruas tol, dan menghubungkan hampir seluruh wilayah di Sumatera, mulai dari Lampung - Aceh (backbone), ruas sirip (feeder) dari Timur - Barat dan sebaliknya meliputi Palembang - Bengkulu, Pekanbaru - Padang, dan dari Medan - Pematang Siantar dengan total panjang 681 km tol yang telah beroperasi.

Pembangunan JTTS yang kian progresif selama 4 (empat) tahun terakhir ini tidak terlepas dari dukungan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai pemegang saham bersinergi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Menteri BUMN, Erick Thohir menjelaskan peningkatan infrastruktur memegang peranan penting agar Indonesia mampu bersaing dengan negara lain, karena saat ini biaya logistik lebih tinggi dari rata-rata dunia yang mencapai hingga 23 persen.

“Pertumbuhan progres infrastruktur merupakan buah dari sinergitas banyak pihak, termasuk Kementerian salah satunya secara intens mengawal progres pembangunan JTTS bersama dengan Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono,” ujarnya ditulis, Selasa (3/10/2023).

Punya Efek Berganda

Executive Vice President (EVP) Sekretaris Perusahaan Tjahjo Purnomo menjelaskan kehadiran JTTS memiliki efek berganda “multiplier effect” bagi Sumatra, hal ini dapat dilihat dari munculnya perekonomian baru di sejumlah wilayah.

“Seperti contoh di Lampung atau Palembang, kenaikan pemanfaatan penggunaan listrik dan juga meningkatnya jumlah uang yang beredar menjadi salah satu bukti dalam meningkatnya pertumbuhan (ekonomi) itu berkat jalan tol,” ujarnya.

Perlancar Arus Logistik

Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ruas Tol Simpang Indralaya-Prabumulih yang dibangun Hutama Karya. (Dok Hutama Karya)
Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ruas Tol Simpang Indralaya-Prabumulih yang dibangun Hutama Karya. (Dok Hutama Karya)

Tidak hanya itu, kepadatan lalu lintas yang sering terjadi di Jalan Nasional atau Jalan Lintas Sumatra juga menjadi alasan urgensi dari konektivitas bebas hambatan yang dapat memperlancar distribusi arus barang dan kendaraan, sehingga dapat memangkas biaya logistik secara efektif.

Besarnya manfaat yang dirasakan oleh masyarakat memberi harapan agar seluruh wilayah Sumatra dapat segera terhubung dengan JTTS. Menjelang akhir tahun, Hutama Karya menargetkan selesainya 13 ruas JTTS tahap I, dan mulai pembangunan JTTS tahap II yaitu Tol Betung – Jambi seksi 3 Bayung Lencir – Tempino sepanjang 34 km dengan skema dukungan konstruksi dan Tol Lingkar Pekanbaru (30,5 km). Untuk diketahui, Hutama Karya kembali menambah deretan panjang ruas tol beroperasi seperti Tol Indralaya – Prabumulih (64 km), dan di Sumatra Selatan dan Tol Stabat – Kuala Bingai (7,5 km) di Sumatra Utara. Adapun kedua ruas tol ini belum ditetapkan bertarif, sehingga bisa dinikmati secara gratis oleh pengguna jalan tol.

Pakar Ekonomi dan Bisnis Prof Rhenald Kasali dalam acara Hub Talks yang bertajuk “Transformasi Transportasi Indonesia” di Hub Space 2023, pada Jum’at (29/9) lalu, menjelaskan jika dilihat dari sudut pandang ekonomi, saat itu banyak yang menilai pembangunan JTTS belum waktunya.

“Tapi ketika melakukan pembangunan ekonomi itu bukan sekadar fungsional. Ada aspek lain, yaitu keadilan, pemerataan. Apakah saudara sebagai orang Lampung, Palembang, Bengkulu tidak merasa kenapa hanya Pulau Jawa semua yang dibangun, itukan adalah rasa ketidakadilan. Jadi memang keterhubungan ini memang penting,” ujar Rhenald.

Seorang supir truk bernama Riu (40 Tahun) yang ditemui pada saat sedang melakukan istirahat di sekitar Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, pada hari Minggu (1/10) bercerita tentang perjalanannya membawa Sayur dengan menggunakan JTTS.

“Sebelum ada jalan tol, saya bisa membutuhkan waktu 2–3 hari untuk membawa dagangan. Enaknya dengan jalan tol, jika dari Jakarta ke Palembang hanya membutuhkan waktu sekitar kurang lebih 1 hari dari Jakarta ke Palembang, jadi kami supir-supir memiliki kepastian waktu, istilahnya kita untung waktu lah dan juga aman,” ujar Riu.

Lebih lanjut, ia menambahkan sebelum ada jalan tol, sayur yang diangkut sering kali sudah tidak segar, sehingga menelan cukup banyak kerugian karena berbagai hambatan yang ia temui di perjalanan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya