Jauh Banget, Indonesia Impor Bawang Putih dari Jerman

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor bawang putih nasional terbesar dari China, Jerman dan India.

oleh Arthur Gideon diperbarui 15 Nov 2023, 15:00 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2023, 15:00 WIB
Harga Bawang Putih dan Cabai Melejit
Aktivitas jual beli di pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Kamis (6/2/2020). Harga cabai dan bawang putih mengalami kenaikan hingga mencapai dua kali lipat akibat musim hujan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor bawang putih nasional terbesar dari China, Jerman dan India. Impor bawang putih dari Jerman ini menarik karena negara tersebut dikenal sebagai produsen otomotif. Sedangkan untuk bahan pangan biasanya dari wilayah Asia.

"Untuk bawang putih impor di Oktober 2023 adalah sebesar USD 43,9 juta dengan asal negaranya adalah Tiongkok , Jerman, dan India," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini di Jakarta, Rabu (15/11/2023).

Selain itu, pemerintah juga melakukan impor beras senilai USD 196,7 juta di Oktober 2023.  Beras tersebut didatangkan dari Thailand, Vietnam, dan Myanmar.

"Jadi, di bulan Oktober 2023 ini tercatat bahwa impor beras ada sebesar USD 196,7 juta dengan asal negaranya adalah Thailand Vietnam, dan Myanmar," ucap Pudji.

Adapun, nilai impor untuk komoditas gula mencapai USD 222,8 juta. Gula tersebut didatangkan langsung dari Brazil, Australia, hingga Thailand.

Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai impor Indonesia naik 7,68 persen (mtm) pada Oktober 2023 menjadi USD 18,67 miliar. Angka ini naik bila dibandingkan September 2023. Sementara nilai impor secara tahunan mengalami penurunan sebesar 2,42 persen.

"Pada Oktober 2023, nilai impor mencapai USD 18,67 miliar atau naik 7,68 persen secara bulanan," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam konferensi pers, Rabu (15/11/2023).Pada Oktober 2023, impor migas tercatat senilai USD 3,21 miliar atau turun 3,66 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara itu, impor non migas mengalami kenaikan 10,37 persen dengan nilai ekspor USD 15,47 miliar.

Pudji mengatakan, peningkatan impor non migas secara bulanan disebabkan karena peran komoditas, yang pertama, mesin dan perlengkapan elektrik dan bagiannya naik sebesar 21,06 persen. Kemudin, mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya naik 11,19 persen, dan serealia naik 23,52 persen.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

 


Neraca Perdagangan Indonesia Surplus 42 Bulan Berturut-turut

Neraca Perdagangan RI
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagnagan Indonesia Oktober 2023 mengalami surplus USD 3,48 miliar. Artinya, neraca perdaganganIndonesia kembali surpus selama 42 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

"Pada Oktober 2023 neraca perdagangan barang mencatatkan surplus USD 3,48 miliar atau naik sebesar USD 0,07 miliar secara bulanan. Dengan demikian neraca perdagangan Indoneesia sudah mencatatkan surplus selama 42 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam konferensi pers, Rabu (15/11/2023).

Pudji mengatakan, surplus bulan Oktober 2023 meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, tetapi lebih rendah dibandingkan bulan yang sama pada tahun lalu.

BPS mencatat, surplus neraca perdagangan pada Oktober 2023 ini lebih ditopang pada surplus pada komoditas non migas yaitu sebesar USD 5,31 miliar, dengan komoditas penyumbang surplus utamanya adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan serta nabati, besi dan baja.

 


Perdagangan Komoditas

Neraca Ekspor Perdagangan di April Melemah
Sebuah kapal bersandar di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Penyebab kinerja ekspor sedikit melambat karena dipengaruhi penurunan aktivitas manufaktur dan mitra dagang utama, seperti AS, China, dan Jepang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, pada saat yang sama neraca perdagangan komoditas miigas tercatat defisit USD 1,84 miliar, dengan komoditas penyumbang defisitnya adalah minyak mentah dna hasil minyak.

"Defisit neraca perdagangan migas Oktober 2023 lebih rendah dari bulan lalu, dan juga Oktober 2022," ujarnya.

Secara kumulatif hingga Oktober 2023, total surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai USD 31,22 miliar atau lebih rendah sekitar USD14,22 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya