Belum Mereda, Inflasi Turki Masih Tembus 64,8% di Akhir 2023

Sedangkan inflasi bulanan Turki turun menjadi 2,9 persen dari 3,3 persen.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 04 Jan 2024, 12:30 WIB
Diterbitkan 04 Jan 2024, 12:30 WIB
Mengenal Konsep Inflasi dalam Ekonomi
Ilustrasi Konsep Inflasi Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta Ketika inflasi mereda di sebagian besar negara-negara di dunia, kenaikan harga masih menghantui masyarakat di Turki.

Dilansir dari CNBC International, Kamis (4/1/2024), inflasi di Turki naik menjadi 64,8 persen secara tahunan di bulan Desember 2023, meningkat dari 62 persen di bulan sebelumnya.

Sedangkan inflasi Turki secara bulanan turun menjadi 2,9 persen dari 3,3 persen. Inflasi Turki mencapai puncaknya sebesar 85,5 persen pada Oktober 2022.

Selain kenaikan inflasi, Lira Turki juga mengalami penurunan tajam, meningkatkan biaya impor dan mengikis gaji banyak pekerja asing yang mengirim uang ke luar negeri.

Hal ini terjadi ketika bank sentral Turki terjebak pada kebijakan moneter kontroversial berupa penurunan suku bunga, yang dipelopori oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Namun, bank sentral melakukan perubahan tajam pada Juni 2023 ketika mulai menaikkan suku bunga lebih tinggi di bawah gubernur barunya, Hafize Gaye Erkan. Sejak itu, suku bunya tersebut telah dinaikkan dari 8,5 persen menjadi 42,5 persen.

Rapat bank sentral terakhir pada bulan Desember menghasilkan kenaikan sebesar 250 basis poin, lebih kecil dari kenaikan 500 basis poin baru-baru ini.

Nicholas Farr, ekonom Eropa baru di Capital Economics, mengatakan dalam sebuah catatan penelitian pada saat itu bahwa bank sentral belum menutup pintu terhadap siklus pengetatan.

Dia juga memperkirakan satu lagi kenaikan sebesar 250 basis poin pada pertemuan berikutnya pada 25 Januari.

Inflasi Turki telah kembali meningkat sejak Juni 2023, namun pengamat pasar mengatakan siklus ini baru akan mencapai puncaknya pada pertengahan tahun 2024.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Obligasi Turki jadi Sorotan

Penyebab Munculnya Inflas Pada Pertumbuhan Ekonomi Negara
Ilustrasi Penyebab Inflasi Credit: pexels.com/pixabay

Dalam survei sentimen pasar negara berkembang HSBC terbaru, obligasi Turki disorot sebagai investasi pilihan untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, menurut kepala penelitian pasar negara berkembang global bank tersebut, Murat Ulgen.

Hal ini mencerminkan meningkatnya kredibilitas bank sentral, kata Ulgen.

"Tentu saja, inflasi masih tinggi, namun kehilangan momentum bulanan secara berurutan, dan kemungkinan inflasi akan segera mencapai puncaknya dalam beberapa bulan, atau kuartal ke depan akan mulai turun," katanya, seraya menambahkan bahwa bank sentral kemungkinan besar akan memberikan suku bunga riil yang cukup besar.

Investor melihat inflasi Turki saat ini dan melihat peluang dalam perdagangan mata uang, terutama dengan stabilnya lira, tambahnya.


Target Inflasi Dapat Tercapai?

Inflasi
Ilustrasi Inflasi Credit: pexels.com/pixabay

Namun tingkat kenaikan suku bunga saat ini tidak mungkin membuat bank sentral mencapai target inflasi akhir tahun 2024 sebesar 36 persen, menurut Selva Demiralp, profesor ekonomi di Koc University.

Demiralp dan rekan-rekannya memperkirakan angka inflasi Turki bisa mendekati 50 persen, dengan puncaknya sekitar 75 persen pada pertengahan tahun karena efek kumulatif kenaikan suku bunga dan efek dasar.

"Titik awalnya adalah perekonomian yang terlalu panas, dan pengetatan yang diakibatkannya mungkin tidak cukup" untuk mencapai target 36 persen, katanya kepada Capital Connection CNBC.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya