Sri Mulyani: Emisi per Kapita Indonesia Terendah Ketiga di Negara G20

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut, Indonesia memiliki emisi per kapita diurutan ketiga terendah di antara negara G20.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 29 Jan 2024, 14:30 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2024, 14:30 WIB
Kemenkeu
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut, Indonesia memiliki emisi per kapita diurutan ketiga terendah di antara negara G20.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut, Indonesia memiliki emisi per kapita diurutan ketiga terendah di antara negara G20. Diposisi pertama, ada India sebesar 2 ton CO2e, dan posisi kedua ada Brazil 2,2 ton CO2e emisi per kapita pada tahun 2022. Sedangkan Indonesia 2,6 CO2e.

"Jika anda bandingkan dengan negara lain itu masih berada di antara yang terendah, tidak berarti kita bisa mengeluarkan polusi lebih tinggi, tapi Indonesia memproduksi emisi lebih rendah," kata Sri Mulyani dalam Forum diskusi IFF yang digelar di Astor Ball Room St. Regis Hotel Jakarta, Senin (29/1/2024).

"Indonesia dekat dengan India dan juga Brazil. Indonesia berada di bawah 3 ton emisi CO2, dan itu terendah jika dilihat di antara negara G20," tambahnya.

Tertinggi Canada

Tercatat, negara G20 dengan emisi per kapita tertinggi adalah Canada, dengan 18,7 CO2e dan Australia 17 ton CO2e.

Daftar tersebut disusul oleh Arab Saudi di urutan ketiga terbesar dengan emisi per kapita 16,5 ton CO2e dan Amerika Serikat 15,1 CO2e.

Kendati emisi per kapita Indonesia terendah ketiga diantara negara G20, namun bukan berarti Indonesia tidak peduli dengan penurunan emisi tersebut. Oleh karena itu, Indonesia akan terus mendesain proses pembangunan yang berkelanjuta guna menjaga planet secara bersama.

 

Ancaman Perubahan Iklim

Penyebab Perubahan Iklim
Ilustrasi Penyebab Perubahan Iklim Credit: pixabay

"Tentu kita tidak mengincar posisi paling atas dalam hal ini, karena ini bukan peringkat yang kita ingin menjadi juara. Tapi, dengan kenyataan Indonesia akan terus melanjutkan perkembangan dan ada konsekuensi emisi CO2, tantangan ini perlu untuk terus diperhatikan dalam mendesain bagaiamana kita ingin melanjutkan pembangunan ke depan," ujarnya.

Menurutnya, jika melihat data The Global Risks Report 2024 from the World Economic Forum (WEF), perubahan iklim menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

"Jika anda melihat WEF report on global risk in 2024, kita bisa melihat climate change menjadi salah satu tantangan terbesar baik dalam jangka pendek, dan juga kita melihat dalam jangka waktu 10 tahun ini akan menjadi suatu risiko yang dominan," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya