Indonesia Bisa Jadi Pusat Industri Furniture Berkelanjutan Dunia

Indonesia melalui Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia atau ASMINDO menjadi tuan rumah pertemuan Dewan Asosiasi Pengusaha Furniture Asia (CAFA) ke-41, Selasa (27/2/2024).

oleh Muhammad Jibril Razky Kamal diperbarui 28 Feb 2024, 13:10 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2024, 13:10 WIB
Pertemuan CAFA ke-41
Foto Bersama Delegasi Negara Anggota CAFA dalam Pertemuan Tahunan CAFA ke-41 di Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (27/2/2024).

Liputan6.com, Kabupaten Tangerang Industri furniture menjadi salah satu industri yang memiliki potensi besar bagi Indonesia. Di tengah pelemahan aktivitas ekonomi yang disebabkan kondisi global yang tidak stabil akibat pelemahan permintaan dan peperangan, industri ini masih menyumbang nilai ekspor yang signifikan serta mendukung kegiatan industri pariwisata dan hospitality sebesar Rp 16 triliun. 

Seiring dengan perubahan iklim yang semakin marak dan perkembangan konsumen yang semakin memperhatikan lingkungan dalam pembelian produk furniture membuat Dewan Asosiasi Pengusaha Furniture Asia-Pasifik (CAFA) tergerak untuk mengambil langkah proaktif dalam mempromosikan praktik-praktik keberlanjutan dalam industri furniture dengan mengusung program “Bamboo as a Substitute for Plastics”. 

Dalam menindaklanjuti program tersebut, Indonesia melalui Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia atau ASMINDO menjadi tuan rumah pertemuan Dewan Asosiasi Pengusaha Furniture Asia (CAFA) ke-41, Selasa (27/2/2024).

Ketua Umum ASMINDO, Dedy Rochimat menjelaskan, Indonesia memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan dan produksi furniture berkelanjutan dunia.

“Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pusat pengembangan dan produksi furniture kelas dunia. Kita memiliki kekayaan berlimpah yang tersebar di berbagai pulau, terutama terkait dengan bahan baku industri furniture yang berkelanjutan,” ujar Dedy. 

Inisiasi ini didorong lantaran lemahnya nilai ekspor furniture dan kerajinan Indonesia dari tahun ke tahun. Sebagai contoh, nilai ekspor pada periode Januari-September 2023 melemah 28% dibandingkan tahun 2022, yaitu dari USD 2.5 miliar menjadi hanya USD 1.8 miliar. 

Mengusung tema “Promoting Sustainable Furniture Ecosystem, Leading to Net Zero Emission”, ASMINDO mengajak investor luar negeri untuk membangun industri furniture yang berkelanjutan di Indonesia melalui pembangunan pusat riset bahan baku yang berkelanjutan, peningkatan kapasitas SDM, peningkatan pada pemasaran, dan pertukaran informasi pasar. 

Sebagai salah satu langkah untuk mewujudkan cita-cita tersebut, ASMINDO menandatangani dua nota kesepahaman atau MoU dengan Asosiasi Furniture Nasional Tiongkok (CNFA) dalam berbagai kerjasama strategis. 

Sementara itu, Taobao China Holding Limited masih genggam 7,37 persen saham GOTO. Jumlah saham itu setara 88,53 miliar saham GOTO per 12 Februari 2024. Namun, pada laporan 7 Februari 2024, kepemilikan saham GOTO oleh Taobao China Holding Limited berkurang.Taobao China Holding Limited melepas 16,20 miliar saham GOTO. Dengan demikian, Taobao genggam saham GOTO 7,37 persen atau setara 88,53 miliar saham. Sebelumnya Taobao memiliki 8,72 persen saham GOTO atau setara 104,73 miliar saham. Pada penutupan perdagangan saham Selasa, 13 Februari 2024, saham GOTO stagnan di posisi Rp 86 per saham. Saham GOTO berada di level tertinggi Rp 87 dan terendah Rp 86 per saham. Total frekuensi perdagangan 18.843 kali dengan volume perdagangan 17.152.940 saham. Nilai transaksi Rp 143,8 miliar.

UMKM Diajak Manfaatkan Fasilitas GSP Ekspor Produk ke AS
Pekerja membuat mebel di kawasan Tangerang, Selasa (3/11/2020). Kementerian Koperasi dan UKM mengajak para pelaku UMKM yang telah siap mengekspor untuk memanfaatkan Generalized System of Preference (GSP). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) bersama Pemerintah sepakat menargetkan ekspor mebel dan kerajinan sebesar USD 5 miliar pada tahun 2024. 

Namun, HIMKI menyadari dalam merealisasikan target tersebut di atas diperlukan dukungan dari berbagai pihak, yaitu pemerintah; pelaku usaha industri mebel dan kerajinan baik skala kecil, menengah, maupun besar; para desainer; dan stakeholder lainnya termasuk media dan organisasi swasta lainnya yang concern terhadap perkembangan industri mebel dan kerajinan nasional.

 Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur, membeberkan sembilan langkah yang harus dipenuhi untuk mencapai target ekspor sebesar USD 5 Miliar pada tahun 2024. 

Langkah pertama, yakni kecukupan suplai bahan baku utama dan bahan penunjang. Ketersediaan bahan baku yang berkualitas dengan stabilitas harga menjadi faktor penentu daya saing industri mebel dan kerajinan. 

Untuk memenuhi kebutuhan kayu setidaknya 30 persen dari jumlah kebutuhan sampai saat ini masih didatangkan dari Impor, karena masih kurangnya pasokan kayu perkakas (kayu keras) dari kawasan hutan dalam negeri.

"Mempertimbangkan target ekspor mebel dan kerajinan senilai USD 5 miliar pada tahun 2024, dimana dari nilai tersebut 55 persen masih berupa produk berbahan baku kayu atau setara dengan ±12 juta m3 kayu bulat dari berbagai jenis kayu dengan kualitas dan standar yang dikehendaki pasar," kata Abdul dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Selasa (2/1/2024).

Bahan Baku

Pengusaha Mebel Mengemasi Barang
Melejitnya harga kontainer dalam sebulan terakhir membuat para eksportir di DIY menjerit. Barang produksi mereka mandeg di Gudang penyimpanan dan gudang pelabuhan akibat mereka tidak bisa mengirimkan barang ke luar negeri.

Selain kayu, untuk mendukung target ekspor tersebut dibutuhkan sekitar 67.194 ton bahan baku rotan siap pakai.

Hal yang tidak kalah pentingnya dan perlu mendapatkan perhatian adalah bahan penolong/penunjang atau bahan pendamping seperti, fitting/aksesories, bahan pengemas, dan bahan-bahan finishing yang berperan pada kegiatan proses produksi.

Langkah kedua, peremajaan alat dan teknologi produksi. Salah satu program unggulan Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian yang terbukti berdampak terhadap efisiensi, produktivitas, dan standarisasi kualitas adalah program restrukturisasi atau peremajaan mesin/peralatan yang dilaksanakan oleh Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan (IHHP) bagi sektor industri pengolahan kayu termasuk industri furniture (industri skala menengah - besar).

Untuk peremajaan mesin/peralatan industri skala kecil dan menengah program dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya