Liputan6.com, Jakarta Amerika Serikat menempati urutan teratas sebagai produsen minyak terbesar di dunia selama enam tahun berturut-turut pada tahun 2023. Hal itu diungkapkan dalam laporan baru dari Badan Informasi Energi (EIA).
Mengutip Fox Business, Selasa (12/3/2024) produksi minyak mentah di AS, termasuk kondensat, rata-rata mencapai 12,9 juta barel per hari (b/d) pada tahun 2023. Ini merupakan tingkat yang melampaui rekor Amerika dan global sebesar 12,3 juta barel per hari yang dicapai AS pada tahun 2019.
Baca Juga
Rata-rata produksi minyak mentah bulanan AS juga mencapai rekor tertinggi pada Desember 2023, yaitu lebih dari 13,3 juta b/d.
Advertisement
"Amerika Serikat memproduksi lebih banyak minyak mentah dibandingkan negara mana pun, menurut Statistik Energi Internasional kami, selama enam tahun terakhir berturut-turut," tulis EIA dalam laporannya.
Amerika Serikat, Rusia, dan Arab Saudi jika digabungkan menyumbang sekitar 40 persen produksi minyak global tahun lalu, dengan jumlah total 32,8 juta barel per hari.
Ketiga negara tersebut telah memproduksi lebih banyak minyak dibandingkan negara lain sejak tahun 1971, termasuk produksi di Federasi Rusia di Uni Soviet sebelum pembubaran Uni Soviet pada tahun 1991.
3 Negara Produsen Minyak Terbesar
Adapun 3 negara produsen minyak terbesar berikutnya, yaitu Kanada, Irak, dan China yang jika digabungkan memproduksi total 13,1 juta barel minyak per hari pada tahun 2023, sedikit lebih banyak dibandingkan produksi di AS saja.
EIA melaporkan, produksi minyak mentah AS telah mencapai rekor tertinggi dalam beberapa tahun terakhir, kurang dari dua dekade setelah produksi mencapai titik terendah sebesar 5,0 juta b/d pada tahun 2008 silam, setelah penurunan selama beberapa dekade sejak rekor tertinggi sebelumnya sebesar 9,6 juta b/d pada tahun 1970.
Â
Â
Tren Kenaikan
Peningkatan produksi di AS dimulai pada tahun 2009 karena semakin banyaknya produsen yang menggunakan teknik rekahan hidrolik dan pengeboran horizontal.
Tren kenaikan ini memiliki dua pengecualian sejak tahun 2009: pada tahun 2020 dan 2021 ketika harga turun di tengah rendahnya permintaan minyak akibat dampak ekonomi dari pandemi COVID-19.
Produksi di Permian Basin, yang meliputi Texas bagian barat dan New Mexico bagian timur, mendorong peningkatan total produksi minyak mentah dan gas alam di AS dalam beberapa tahun terakhir.
Advertisement
Harga Minyak Dunia Naik Tipis ke USD 82,21 per Barel
Harga minyak dunia bergerak bervariasi pasa perdagangan Senin karena pelaku pasar tengah menunggu data inflasi bulan Februari Amerika Serikat (AS).
Selain itu, gerak harga minyak dunia juga dipengaruhi oleh laporan prospek permintaan minyak mentah global yang dikeluarkan oleh OPEC dan International Energy Agency pada pekan ini.
Mengutip CNBC, Selasa (12/3/2024), harga minyak mentah West Texas Intermediate ((WTI) AS untuk kontrak bulan April turun 8 sen atau 0,10% menjadi USD 77,93 per barel. Sedangkan harga minyak mentah Brent untuk kontrak Mei yang menjadi patokan harga minyak dunia bertambah 13 sen atau 0,16% menjadi USD 82,21 per barel.
Harga minyak mentah AS dan minyak mentah acuan global masing-masing turun 2,45% dan 1,76%, pada minggu lalu karena lemahnya permintaan di China dan komentar dari International Energy Agency bahwa pasar seharusnya mendapat pasokan yang baik tahun ini.
"Harga minyak WTI tak mampu menuju USD 80 per barel membuat beberapa orang bertanya-tanya apakah langkah ini sudah berakhir," jelas analis Price Futures Group Phil Flynn dalam catatannya pada hari Senin.
Pelaku pasar sedang menunggu indeks harga konsumen dan produsen, yang akan dirilis pada hari Selasa dan Kamis, untuk mengetahui tanda-tanda tambahan kapan Federal Reserve mungkin dapat menurunkan suku bunganya.
Sebagian besar investor memperkirakan The Fed akan mulai menurunkan biaya pinjaman pada bulan Juni. Suku bunga yang lebih rendah biasanya merangsang pertumbuhan ekonomi, yang kemudian merangsang permintaan energi.
OPECÂ dan International Energy Agency juga akan merilis laporan pasar minyak bulanan mereka pada hari Selasa dan Kamis minggu ini.
Perdagangan Sebelumnya
Sebelumnya, harga minyak dunia mencatatkan penurunan secara mingguan karena lesunya permintaan dari China. Padahal, International Energy Agency melihat bahwa pasokan minyak dunia cukup.
Mengutip CNBC, Sabtu (9/3/2024), harga minyak Brent yang menjadi patokan harga minyak dunia untuk kontrak bulan Mei turun 88 sen atau 1,06% menjadi USD 82,08 per barel. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS untuk kontrak bulan April turun 92 sen atau 1,17% menjadi USD 78,01 per barel.
Harga minyak mentah AS dan harga minyak Brent masing-masing kehilangan 2,45% dan 1,76% sepanjang pekan ini.
S&P Global Commodity Insights melaporkan, impor minyak mentah China turun sekitar 5,7% menjadi 10,8 juta barel per hari dalam dua bulan pertama tahun ini, dibandingkan dengan 11,44 juta barel per hari pada bulan Desember.
"Ledakan besar pemulihan permintaan Tiongkok tidak akan berjalan dengan baik dan tanpanya akan sulit bagi harga minyak untuk bertahan dan pulih lebih jauh serta membuat WTI kembali di atas USD 80," pendiri Again Capital John Kilduff kepada CNBC.
Sementara itu, seorang pejabat senior di International Energy Agency (IEA) mengatakan pekan ini bahwa pasar minyak akan memiliki pasokan yang relatif baik tahun ini.
Pelaku pasar juga tengah mempelajari data nonfarm payroll terbaru untuk bulan Februari bersama dengan kesaksian Ketua Dewan Federal Reserve Jerome Powell di hadapan Kongres minggu ini untuk menilai ke mana arah suku bunga akan mempengaruhi permintaan minyak mentah.
Advertisement