Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi mengungkapkan alasan soal harga telur ayam yang masih tinggi, meski di sisi lain harga jagung perlahan sudah turun.
Mengutip laman Panel Harga Pangan Bapanas, harga telur ayam ras secara rata-rata pada Selasa, 19 Maret 2024 tercatat naik Rp 30 menjadi Rp 31.910 per kg. Jauh lebih tinggi dari harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp 27.000 per kg.
Sementara harga jagung tongkol kering peternak terpantau sudah melandai di level Rp 8.200 per kg, meskipun tetap ada kenaikan 1,11 persen atau setara Rp 90.
Advertisement
Arief tak menampik jika harga jagung di pasaran memang telah melandai. Namun, ia menilai penurunan harga telur perlu waktu agar bisa kembali normal, setidaknya sampai 1 bulan ke depan.
"Ya masih stok yang lama. Biasanya memang perlu proses ya (penurunan harga telur ayam), biasanya bisa 3 minggu sampai 1 bulan," ujar Arief di Kompleks Istana Negara, Jakarta, Selasa (19/3/2024).
"Produk pertanian itu enggak bisa instan, hari ini turun, besok turun, ada proses. Karena perlu proses stok yang lama," ia menambahkan.
Sebelumnya, Arief menyebut unsur penting pembentuk harga telur ayam ras berada pada harga jagung pakan, khususnya untuk konsumsi untuk ayam ternak.
Pada akhir 2023 Perum Bulog melakukan importasi jagung pakan untuk membantu kebutuhan para peternak yang saat itu kesulitan mendapatkan bahan baku pakan.
"Kebijakan impor jagung yang dilakukan pemerintah ditujukan untuk menstabilkan pasokan pakan peternak mandiri. Pakan ini kan merupakan salah satu unsur pembentuk harga yang signifikan memengaruhi harga daging ayam dan telur ayam di tingkat hilir," terang Arief.
"Dengan kita setop importasi jagung jelang panen raya, ini berarti importasi yang dilakukan pemerintah sangat terukur dan mempertimbangkan harga jagung di tingkat petani. Maka, saat panen raya inilah momentum bagi kita untuk menyerap sebanyak-banyaknya produksi dalam negeri," ia menambahkan.
Produksi Jagung
Berdasarkan Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, total produksi jagung di empat bulan awal tahun ini bisa mencapai 5,34 juta ton. Ini melebihi sekitar 500 ribu ton daripada produksi di periode sama tahun sebelumnya.
"Yang perlu kita perhatikan bahwa kewajaran dan keseimbangan harga dapat selalu terjaga di semua lini. Tahun lalu saat para peternak unggas kesulitan memperoleh jagung pakan dengan harga yang baik, pemerintah melalui Perum Bulog segera bantu melalui SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) jagung pakan. Di samping itu, kita dukung pula melalui mobilisasi stok pangan dari daerah yang surplus ke daerah yang minus," lanjutnya.
Terkait realisasi program SPHP jagung yang telah dilaksanakan sejak tahun lalu, sampai 14 Maret telah menyentuh 212 ribu ton atau 62 persen dari total pagu 343 ribu ton. SPHP jagung ini menyasar ke para peternak yang ada di 18 provinsi.
Sementara realisasi mobilisasi komoditas pangan melalui program Fasilitasi Distribusi Pangan (FDP) di tahun 2023, dari total realisasi 2,6 ribu ton, komoditas jagung menempati jumlah salur tertinggi di angka 1,1 ribu ton. Untuk tahun ini, NFA menargetkan total FDP dapat berada di angka 2,6 ribu ton.
"Intinya kami di Badan Pangan Nasional akan menjalankan peran dalam menjembatani supaya ekosistem yang telah terbentuk selama ini, dapat berjalan semakin baik. Hari ini kondisi di petani jagung yang perlu kita antisipasi bersama dan hari ini telah ada komitmen dengan private sector dan asosiasi peternak dalam menyerap jagung dari petani," pungkas Arief.
Advertisement
Peternak Ayam di Malang Sebut Faktor Pemicu Kenaikan Harga Telur Karena Pakan
Sebelumnya diberitakan, harga telur ayam merangkak naik terus dalam beberapa pekan ini. Di sejumlah pasar di Kota Malang, harga telur ayam menembus Rp29.000 per kilogram (kg) awal pekan ini. Salah satu pemicunya adalah harga pakan melonjak tajam.
Muhammad Yasin, seorang peternak ayam petelur di Wonokoyo, Kedungkandang, Kota Malang, mengatakan harga telur dari kandang peternak dalam sepekan ini naik tajam dari semula Rp20 ribu menjadi Rp27 ribu.
“Itu harga kandang, di pasar bisa lain lagi. Harga pakan seperti jagung itu sekarang mahal, otomatis harga telur ikut naik,” kata Yasin, Senin, 26 Februari 2024.
Menurut dia, harga jagung naik tajam dari semula Rp6.700 menjadi Rp 8 ribu. Harga pakan jenis konsenrat pun ikut naik. Sebagai gantinya, Yasin mengolah Bungkil Kacang Kedelai dengan tepung daging serta tulang (Bonmil) yang diambil dari Gresik untuk pakan.
“Kalau jagung dan konsentrat mahal, ada formula sendiri untuk menekan biaya operasional,” ujar dia.
Harga Pakan
Yasin sebenarnya menerima sebanyak 1 truk jagung subsidi dari Bulog dengan harga lebih murah. Tapi jumlah itu sangat kurang, hanya mencukupi kebutuhan pakan di peternakannya tidak lebih dari dua minggu.
“Ya kuota yang kami terima segitu itu, mau bagaimana lagi,” ucap dia.
Mahalnya harga pakan turut membuat peternak melakukan afkir dini ke ayam petelur yang dinilai sudah tidak lagi produktif. Afkir ayam biasanya dilakukan pada 100 minggu, tapi situasi sekarang ini harus dilakukan saat masih 80 minggu atau lebih dini lagi.
“Itu sebagai siasat kami peternak untuk menekan ongkos produksi agar tidak merugi,” ucap Yasin.
Kata dia, pasar atau pun konsumen kaget dengan kenaikan harga telur. Ditambah lagi menjelang Ramadan biasanya harga bahan pokok lainnya ikut naik. Peternakan Yasin memiliki 9 ribu ekor ayam dengan produksinya mencapai 450 Kg telur per hari.
“Penjualan dari kandang sebenarnya tidak turun, segitu-gitu saja. Tapi yang di pasar agak kaget,” ujarnya.
Advertisement
Wacana Subsidi Pakan
Pejabat Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, mengatakan Pemerintah Kota akan mencoba untuk melakukan Stabilisasi Pasokan Harga Pangan (SPHP) jagung dari Bulog Malang sebagai subsidi untuk para peternak ayam petelur.
“Nanti kita coba konsultasikan ke Bulognya, supaya bisa menekan harga pakan ini. Memang ini juga masih fluktuatif dan membuat harga telur akhirnya naik,” jelas Wahyu.
Pemkot Malang bisa menggunakan pos anggaran Biaya Tak Terduga (BTT) untuk mekanisme subsidi tersebut. Namun cara itu masih harus dikoordinasi lebih lanjut lagi terkait ketersediaan bahannya maupun secara aturan.
“Kita bisa membeli itu, kemudian kita berikan (jual) dengan harga lebih murah, tetapi nanti akan kami lihat lagi,” ucap Wahyu.