Kapan BI Bakal Turunkan Suku Bunga Acuan? Ini Prediksi Ekonom

Ekonom Josua Pardede menilai ruang penurunan suku bunga BI-Rate tetap terbuka pada semester II 2024 dengan memperhatikan tekanan inflasi domestik dan prospek penurunan suku bunga global.

oleh Septian Deny diperbarui 20 Mar 2024, 10:30 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2024, 10:30 WIB
FOTO: Bank Indonesia Yakin Rupiah Terus Menguat
Teller menghitung mata uang Rupiah di Jakarta, Kamis (16/7/2020). Bank Indonesia mencatat nilai tukar Rupiah tetap terkendali sesuai dengan fundamental. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Ekonom Josua Pardede menilai ruang penurunan suku bunga BI-Rate tetap terbuka pada semester II 2024 dengan memperhatikan tekanan inflasi domestik dan prospek penurunan suku bunga global.

"Mempertimbangkan perkembangan terkini dari sisi global dan domestik, kami menilai ruang penurunan suku bunga BI-Rate pada semester kedua tahun 2024 tetap terbuka," kata Josua dikutip dari Antara, Rabu (20/3/2024).

Menurut dia, pendekatan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang berhati-hati terhadap penurunan suku bunga di tahun 2024, serta tekanan inflasi domestik yang masih ada di paruh pertama tahun ini akibat El Nino, mendukung potensi BI yang masih mempertahankan suku bunga BI-Rate pada semester I 2024.

Secara keseluruhan, pihaknya mempertahankan proyeksi bahwa BI-Rate akan turun 50 basis poin menjadi 5,50 persen pada akhir tahun 2024.

Kepala Ekonom Bank Permata itu menuturkan kenaikan inflasi harga bergejolak dan penurunan surplus perdagangan membatasi potensi penurunan BI-Rate lebih awal.

Pada Februari 2024, terdapat peningkatan yang signifikan pada tingkat inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK), yang naik dari 0,04 persen secara month on month (mom) menjadi 0,37 persen mom.

Secara tahunan, tingkat inflasi juga meningkat, mencapai 2,75 persen secara year on year (yoy) dibandingkan dengan 2,57 persen (yoy) di Januari 2024. Kenaikan inflasi itu terutama didorong oleh pergerakan harga bahan makanan, terutama beras.

Surplus perdagangan pada Februari 2024 mengalami penurunan yang signifikan menjadi 0,87 miliar dolar AS dari 2 miliar dolar AS pada bulan sebelumnya.

Penurunan ekspor disebabkan oleh penurunan permintaan dari Tiongkok selama liburan panjang Tahun Baru Imlek, sementara impor meningkat karena meningkatnya pembelian minyak dan barang-barang konsumsi, terutama beras, untuk mengantisipasi permintaan yang lebih tinggi menjelang Ramadhan tahun ini.

USD Menguat Usai BOJ Kerek Suku Bunga, Begini Nasib Rupiah

Warga Mulai Berburu Penukaran Uang Baru Lebaran
Warga memperlihatkan pecahan uang tunai baru di layanan kas keliling Bank Indonesia di Pasar Kopro, Jakarta Barat, Rabu (29/3/2023). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Indeks dolar Amerika Serikat (USD) kembali menguat pada Selasa, 19 Maret 2024.

Saat ini, pasar memperkirakan Federal Reserve akan melakukan kurang dari tiga pemotongan suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin pada tahun 2024, turun dari hampir dua kali lipat dibandingkan pada awal tahun ini, menurut data LSEG.

Sementara FedWatch Tool dari CME Group menunjukkan, kontrak berjangka menunjukkan sekitar 51 persen kemungkinan penurunan suku bunga pertama pada bulan Juni, juga turun tajam dari ekspektasi sebelumnya.

"Imbal hasil obligasi Treasury 10-tahun yang menjadi acuan naik ke level tertinggi tiga minggu di 4,348 persen. Kenaikan ini menambah kekuatan dolar karena pasar memperkirakan suku bunga akan tetap lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama," kata Ibrahim Assuaibi, Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka dalam catatan tertulis dikutip Selasa (19/3/2024).

"Fokus pada hari Rabu ini adalah apakah para pembuat kebijakan Fed akan mengubah proyeksi mereka, atau melakukan dot plot, terhadap perekonomian dan penurunan suku bunga untuk tahun ini dan dua tahun mendatang," lanjutnya.

Pada Desember 2023, The Fed memproyeksikan pelonggaran sebesar 75 basis poin untuk tahun 2024.

Juga pada Selasa (19/3) hari ini, Bank of Japan untuk pertama kalinya menaikkan suku bunga sebesar 0,1 persen, membawa mereka ke wilayah netral setelah hampir satu dekade menerapkan suku bunga negatif.

Bank sentral Jepang itu juga mengisyaratkan diakhirinya pengendalian kurva imbal hasil dan kebijakan pembelian aset. Namun bank sentral juga mengatakan bahwa ketidakpastian terhadap perekonomian Jepang akan membuat kondisi moneter tetap akomodatif untuk saat ini.

"Kenaikan suku bunga pada hari Selasa, meskipun bersejarah, juga hanya menandai sedikit pergerakan menjauh dari sikap ultra-dovishnya," jelas Ibrahim.

 

Rupiah Lanjut Melemah pada Selasa, 19 Maret 2024

20161213-Antrean-Uang-Baru-AY1
Beberapa pecahan uang baru yang sudah dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang dapat ditukarkan di Blok M, Jakarta, Senin (19/12). Bank Indonesia (BI) hari ini meluncurkan 11 uang rupiah Emisi 2016 dengan gambar pahlawan baru. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Rupiah kembali ditutup melemah, kini hingga 27 point dalam perdagangan pada Selasa sore (19/3), walaupun sebelumnya sempat melemah 35 point dilevel 15.717 dari penutupan sebelumnya di level 15.690.

Sedangkan untuk perdagangan besok, Ibrahim memprediksi, Rupiah akan fluktuatif namun ditutup melemah direntang 15.700 - 15.760.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya