Jelang Akhir Pekan, Rupiah Melemah ke 16.150 per Dolar AS

Rupiah ditutup melemah 36 point pada perdagangan Jumat sore, 19 Juli 2024.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 19 Jul 2024, 17:39 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2024, 17:39 WIB
Hari Ini Rupiah Kembali Melemah Tembus Rp16.413 per Dolar AS
Bank Indonesia (BI) menegaskan akan memastikan keseimbangan supply dan demand di tengah pelemahan nilai tukar rupiah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Rupiah kembali melemah jelang akhir pekan.

Rupiah ditutup melemah 36 point pada perdagangan Jumat sore (19/7), walaupun sebelumnya sempat melemah 45 point dilevel Rp. 16.191 dari penutupan sebelumnya di level Rp.16.155.

"Sedangkan untuk perdagangan senin depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 16.180 - Rp.16.240,” kata Ibrahim Assuaibi, Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (19/7/2024). Sementara itu, indeks Dolar Amerika Serikat (USD) menguat pada Jumat (19/7).

USD menguat di tengah meningkatnya optimisme terhadap penurunan suku bunga di AS.

Para pedagang kini memperkirakan lebih dari 90% kemungkinan Federal Reserve menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan September, menurut alat CME Fedwatch.

"Meskipun pertaruhan ini masih ada, dolar menemukan kekuatan minggu ini dari data klaim pengangguran yang kuat secara tak terduga, yang menunjukkan pasar tenaga kerja yang menjadi pertimbangan utama bagi The Fed untuk mulai menurunkan suku bunga tetap tangguh," ungkap Ibrahim.

"Spekulasi mengenai masa jabatan kedua Trump setelah mantan presiden tersebut mengalami peningkatan popularitas besar-besaran setelah pembunuhan yang gagal juga menguntungkan dolar, dengan adanya spekulasi bahwa kebijakan proteksionisme Trump dapat mengarahkan lebih banyak modal kembali ke negara tersebut," lanjutnya.

Di Eropa, European Central Bank (ECB) mempertahankan suku bunga kebijakannya pada level 4,25 persen pada pertemuan Juli 2024.

Presiden ECB Christine Lagarde dalam pertemuan itu mengungkapkan bahwa keputusan penurunan suku bunga kebijakan pada September 2024 terbuka lebar.

Lagarde pun mengisyaratkan kemungkinan penurunan suku bunga tambahan pada 2024.

 

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan pribadi seorang pengamat. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor transaksi terkait.

Sesuai dengan UU PBK No.32 Tahun 1997 yang diperbaharui dengan UU No.10 Tahun 2011 bahwa transaksi di Valas beresiko tinggi dan keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

Pemerintah Optimis pada Ekspor

Neraca Perdagangan RI
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di dalam negeri, Pemerintah masih optimistis mampu memanfaatkan peluang ekspor dan mempertahankan tren surplus perdagangan melalui berbagai strategi di tengah melemahnya kinerja dagang Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kinerja dagang pada semester I/2024 mencatatkan surplus USD 15,45 miliar atau lebih rendah USD 4,46 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu.

Pencapaian pada enam bulan pertama tahun ini tidak mencapai 50% dari total target sepanjang 2024 di batas bawah sebesar US$31,6 miliar, sedangkan batas atas sebesar US$53,4 miliar.

Itu artinya, Indonesia harus kerja keras untuk mengejar target surplus neraca dagang sebesar US$31,6 miliar - US$53,4 miliar pada semester II/2024.

Oleh karena itu, pemerintah telah menyiapkan sejumlah strategi untuk mendorong peningkatan kinerja dagang pada semester II/2024.

Salah satunya memperkuat transformasi struktur ekspor ke arah peningkatan ekspor produk manufaktur, memperluas pasar ekspor ke Asean, Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika dan Amerika Latin.

RI Terus Perkuat Kerja Sama Dagang Mancanegara

Proyeksi Neraca Perdagangan Indonesia
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (14/4/2022). Kenaikan harga komoditas global di tengah perang Rusia-Ukraina tetap menjadi pendorong utama terjadinya surplus yang besar karena mendorong kinerja ekspor Indonesia. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Adapun komitmen untuk menyelesaikan perjanjian perdagangan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dan Free Trade Agreement (FTA).

Lalu, meningkatkan ekspor dengan fokus utama pada penurunan tarif, memberikan perhatian khusus pada negara-negara yang berfungsi sebagai hub-regional, memperkuat peran perwakilan perdagangan luar negeri, dan digitalisasi perdagangan.

"Pemerintah juga akan berfokus pada pengembangan sektor perdagangan jasa yang memiliki potensi besar. Pencapaian target ekspor nasional tentunya menekankan pentingnya upaya dan kerja sama dari semua pihak," jelas Ibrahim.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya