Sebar Air Layak Minum ke Seluruh Penduduk, Indonesia Contek Portugal

Layanan penyediaan air minum di Portugal pada 30 tahun silam juga belum efisien dan tidak sepenuhnya transparan. Namun saat ini jauh sangat maju.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 28 Agu 2024, 21:15 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2024, 21:15 WIB
Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Teknologi, Industri dan Lingkungan, Endra S Atmawidjaja, dalam kegiatan Indonesia Water Forum (IWF) 2024 di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (28/8/2024). (Maulandy/Liputan6.com)
Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Teknologi, Industri dan Lingkungan, Endra S Atmawidjaja, dalam kegiatan Indonesia Water Forum (IWF) 2024 di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (28/8/2024). (Maulandy/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah sempat menetapkan target seluruh masyarakat Indonesia bisa mencapai akses air minum perpipaan 100 persen di 2030. Sayangnya, belum seluruh masyarakat Indonesia mendapat akses air perpipaan yang aman.

Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Teknologi, Industri dan Lingkungan, Endra S Atmawidjaja, mengungkap bahwa baru 20 persen rumah tangga yang tersambung pipa.

Sebelum mencapai target air keran layak minum, Endra bahkan menyebut belum seluruh jaringan air bebas dari sebaran bakteri penyebab diare E.Coli.

"Target 2030 kalau memang bisa kita sentuh, paling tidak akses air minum untuk masyarakat 100 persen. Kita sekarang baru 91 persen akses layak pak, belum akses aman," ujar Endra dalam kegiatan Indonesia Water Forum (IWF) 2024 di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (28/8/2024).

Menyikapi kondisi itu, Endra menilai Indonesia bisa belajar dari Portugal yang bisa menyediakan akses air minum perpipaan 100 persen bagi warganya. Pasalnya, kondisi Indonesia saat ini sama seperti Portugal pada 30 tahun silam.

"Portugal 30 tahun yang lalu, tahun 1993 layanan airnya juga tidak stabil. Layanan air minumnya itu kurang dari 50 persen, sanitasinya kurang dari 15 persen. Jadi kira-kira kita juga pada tahap yang dialami Portugal 30 tahun lalu," ungkapnya.

Endra menceritakan, layanan penyediaan air minum di Portugal pada 30 tahun silam juga belum efisien dan tidak sepenuhnya transparan. "Artinya tidak efisien itu banyak unnaccounted for water dan kebocoran dari sisi teknis maupun administratif," terangnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Cara Portugal

Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Teknologi, Industri dan Lingkungan, Endra S Atmawidjaja, dalam kegiatan Indonesia Water Forum (IWF) 2024 di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (28/8/2024). (Maulandy/Liputan6.com)
Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Teknologi, Industri dan Lingkungan, Endra S Atmawidjaja, dalam kegiatan Indonesia Water Forum (IWF) 2024 di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (28/8/2024). (Maulandy/Liputan6.com)

Belajar dari pengalaman itu, Portugal lantas melakukan reformasi pada 3 sektor uang menjamin layanan air berkelanjutan, yakni dari sisi regulasi, kelembagaan, dan organisasi.

Hanya saja, Endra tak memungkiri situasi di Portugal berbeda dengan di Indonesia. Khususnya soal jumlah penduduk, dimana negara kampung halaman Cristiano Ronaldo tersebut hanya memiliki populasi 10 juta jiwa.

"Jadi mungkin di tempat bapak/ibu, seperti di Bandar Lampung saja sudah 1,3 juta penduduknya. Belum kota-kota lain ya. Saya kira itu tantangannya sangat besar dan pasti berbeda," kata Endra.

Senada, Wakil Ketua Umum Perpamsi Arief Wisnu Cahyono mengungkapkan, salah satu prasyarat menuju Indonesia Emas 2045 adalah keberhasilan pelayanan di sektor air minum.

Menurut datanya, saat ini hanya 20 persen cakupan pelayanan air minum perpipaan oleh penyelenggara SPAM/PDAM/BUMD, atau sekitar 15 juta sambungan rumah di seluruh Indonesia.

Apabila tidak serius ditangani, Arief mengklaim sektor penyediaan air minum melalui perpipaan bisa jadi penghambat visi Indonesia Emas 2045. "Untuk mencapai itu, dibutuhkan transformasi tata kelola air minum yang komprehensif," tegasnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya