Neraca Perdagangan RI Sampai Juli Masih Defisit US$ 5,65 Miliar

BPS melaporkan neraca perdagangan pada Juli mengalami defisit sebesar US$ 2,31 miliar.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 02 Sep 2013, 13:05 WIB
Diterbitkan 02 Sep 2013, 13:05 WIB
neraca-perdagangan-130102b.jpg
Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan nilai ekspor yang lebih kecil dibandingkan impor sepanjang Januari hingga Juli 2013 membuat neraca perdagangan Indonesia masih terus mengalami defisit. Sepanjang tujuh bulan pertama 2013, defisit neraca perdagangan Indonesia telah mencapai US$ 5,65 miliar.

"Nilai impor Januari-Juli ini US$ 111,83 miliar atau lebih besar dari ekspor sebesar US$ 106,18 miliar. Sehingga terjadi defisit perdagangan US$ 5,65 miliar," kata Kepala BPS, Suryamin dalam keterangan pers di kantornya, Jakarta, Senin (2/9/2013).

Masih negatifnya neraca ekspor-impor hingga bulan ketujuh ini disebabkan laju perdagangan Indonesia pada Juli 2013 masih membukukan defisit senilai US$ 2,31 miliar. Nilnilai ekspor pada Juli mencapai US$ 15,11 miliar sementara impor melaju lebih tinggi sebesar US$ 17,42 miliar.

Suryamin menjelaskan, akumulasi defisit sepanjang tahun ini masih dikontribusi oleh tingginya impor Minyak dan Gas Bumi (Migas) yang mencapai US$ 7,63 miliar. "Terbesar dari defisit minyak mentah sebesar US$ 2,14 miliar," ucap Suryamin.

BPS melaporkan volume impor Migas pada Juli mencapai 4,67 juta ton dengan nilai mencapai US$ 4,37 miliar. Sementara pada Juni mencapai 4,04 juta ton dengan nilai US$ 3,53 miliar.

Masih tingginya impor Migas dikarenakan adanya pengaruh dari arus mudik dan balik ditengah masyarakat yang tengah memanfaatkan momentum Idul Fitri dan Puasa.

Berbeda dengan Migas, sektor non Migas justru mengalami surplus sebesar US$ 1,98 miliar. Namun, kinerja positif yang dialami sektor Non Migas belum mampu mengimbangi tingginya impor perdagangan.(Fik/Shd)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya