Bahaya Hoaks terkait Bencana, Apa Saja Dampaknya?

Hoaks bencana di Indonesia menimbulkan kerugian ekonomi dan sosial yang signifikan, mengancam upaya mitigasi bencana dan kepercayaan publik; upaya bersama dibutuhkan untuk melawan penyebaran informasi palsu.

oleh Hanz Jimenez Salim Diperbarui 13 Mar 2025, 09:00 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2025, 09:00 WIB
Cuaca Ekstrem Jakarta, Warga Diimbau Kurangi Aktivitas di Luar Rumah
Pejalan kaki menggunakan payung saat hujan deras di kawasan Thamrin, Jakarta, Rabu (23/11/2022). Sejak Oktober, DKI Jakarta mulai memasuki musim penghujan yang sudah masuk ke dalam tahap ekstrem. (Liputan6.com/Faizal Fanani)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia, sebagai negara yang rawan bencana, terancam oleh bahaya yang lebih besar dari sekadar gempa, tsunami, atau gunung meletus yakni hoaks. Informasi palsu yang beredar luas di media sosial dan platform online lainnya menimbulkan dampak negatif yang meluas, tidak hanya secara ekonomi, tetapi juga sosial, bahkan menghambat upaya mitigasi bencana yang krusial.

Dikutip dari berbagai sumber, dampaknya sangat nyata. Hoaks terkait bencana dapat menyebabkan kepanikan massal, mengakibatkan aksi jual panik di pasar saham, penurunan nilai investasi, hingga kerugian besar bagi investor. Contohnya, hoaks terkait erupsi Gunung Agung di Bali berdampak pada penurunan kunjungan wisatawan dan kerugian miliaran rupiah di sektor pariwisata. Gempa Lombok juga mengalami hal serupa, dengan kerugian ekonomi yang signifikan akibat penyebaran informasi palsu.

Lebih dari itu, hoaks bencana juga merusak sendi-sendi sosial. Kecemasan dan kepanikan yang ditimbulkan dapat menurunkan resiliensi masyarakat dan menghambat upaya penyelamatan.

Informasi yang salah dapat menyebabkan respons yang tidak tepat dan tidak efektif dalam mitigasi bencana. Kepercayaan publik terhadap pemerintah dan lembaga resmi pun menjadi taruhannya.

Dampak ekonomi hoaks bencana sangat signifikan dan beragam. Informasi palsu yang menyebutkan kebangkrutan perusahaan akibat bencana (padahal tidak terjadi) dapat memperparah situasi.

Ketidakpastian yang diciptakan membuat investor ragu, menghambat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Kerugiannya tidak hanya dirasakan oleh korporasi besar, tetapi juga pelaku UMKM yang rentan terhadap dampak negatif informasi palsu.

Selain itu, hoaks juga dapat menyebabkan pemborosan waktu dan sumber daya. Banyak orang menghabiskan waktu untuk menyelidiki informasi palsu, waktu yang seharusnya digunakan untuk kegiatan produktif lainnya. Hal ini berdampak pada produktivitas nasional secara keseluruhan.

Studi kasus menunjukkan bahwa kerugian ekonomi akibat hoaks bencana dapat mencapai angka yang fantastis, menunjukkan urgensi untuk mengatasi masalah ini secara serius dan sistematis.

Promosi 1

Dampak Sosial dan Politik Hoaks Bencana

Di luar kerugian ekonomi, hoaks bencana juga menimbulkan dampak sosial dan politik yang serius. Penyebaran hoaks dapat memicu ketegangan sosial dan politik, terutama jika berkaitan dengan isu sensitif seperti etnis atau agama. Informasi yang salah dapat memperkeruh suasana dan mempersulit upaya rekonsiliasi pasca-bencana.

Lebih jauh lagi, hoaks dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan lembaga resmi. Kehilangan kepercayaan ini dapat menghambat kerja sama antara pemerintah dan masyarakat dalam upaya mitigasi dan penanggulangan bencana.

Situasi ini membutuhkan strategi komunikasi publik yang efektif untuk membangun kembali kepercayaan dan memastikan informasi yang akurat sampai kepada masyarakat.

Mitigasi dan Penanggulangan Hoaks Bencana

Mengatasi hoaks bencana membutuhkan strategi multipihak yang terintegrasi. Penguatan kapasitas masyarakat melalui literasi digital menjadi kunci utama. Masyarakat perlu dibekali kemampuan untuk membedakan informasi yang benar dan salah, serta cara memverifikasi informasi dari berbagai sumber.

Kerja sama antara pemerintah, lembaga terkait (seperti BMKG dan BNPB), media massa, dan masyarakat sipil sangat penting. Pemerintah perlu membuat regulasi yang jelas dan tegas terkait penyebaran hoaks, sementara media massa berperan penting dalam menyebarkan informasi yang akurat dan cepat dari sumber terpercaya.

Pemantauan media sosial dan platform online lainnya untuk mendeteksi dan menanggapi penyebaran hoaks secara cepat juga krusial. Penegakan hukum yang tegas terhadap penyebar hoaks diperlukan untuk memberikan efek jera.

Masyarakat juga perlu dibiasakan untuk hanya mengakses informasi dari sumber-sumber yang terpercaya dan kredibel, seperti BMKG, BNPB, dan media massa yang bereputasi baik. Penting untuk membangun budaya literasi digital yang kuat di tengah masyarakat.

 

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya