Goldman: Bitcoin Jadi Lebih Berkorelasi dengan Produk Pasar Keuangan Tradisional

Sejak November 2021, Goldman Sachs mencatat total kapitalisasi pasar kripto turun sekitar 40 persen.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 30 Jan 2022, 19:11 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2022, 19:11 WIB
Bitcoin - Image by Allan Lau from Pixabay
Bitcoin - Image by Allan Lau from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Goldman Sachs menyebutkan koreksi terjadi di pasar kripto menunjukkan adopsi arus utama dapat menjadi "pedang bermata dua”.

Hal itu disampaikan dalam sebuah laporan yang dirilis Kamis, 27 Januari 2022. Sejak November 2021, Goldman Sachs mencatat total kapitalisasi pasar kripto turun sekitar 40 persen. Koreksi kripto yang terjadi dinilai unik karena didorong faktor ekonomi makro hingga perkembangan yang berada di luar pasar digital.

Analis Goldman Sachs yang dipimpin Zach Pandi dalam catatannya menulis, adopsi arus utama dapat meningkatkan valuasi tetapi pada saat yang sama juga akan meningkatkan korelasi dengan variabel pasar keuangan lainnya yang kurangi manfaat diversifikasi dari memegang aset digital.

"Penurunan bitcoin sangat berkorelasi dengan penarikan saham teknologi dengan profitabilitas rendah dan penawaran umum perdana baru-baru ini yang bereaksi negatif terhadap langkah Federal Reserve menuju kenaikan suku bunga,” demikian dari laporan tersebut.

Goldman menyebutkan, bitcoin berada di pusat rotasi baru-baru ini di seluruh kelas aset. Bitcoin berkorelasi positif dengan risiko inflasi dan sektor saham teknologi, dan berkorelasi negatif dengan suku bunga riil dan dolar Amerika Serikat.

Penurunan tajam dalam harga token mengakibatkan likuidasi dan penurunan pinjaman pada platform keuangan terdesentralisasi (DeFi) yang memakai koin sebagai jaminan, seperti dalam sistem keuangan tradisional.

“Pengembangan lebih lanjut dari teknologi blockchain seperti aplikasi metaverse dapat memberikan “pendorong sekuler” untuk aset digital tertentu dari waktu ke waktu, tetapi mereka tidak akan kebal terhadap kekuatan ekonomi makro seperti pengetatan moneter oleh bank sentral,” tulis laporan tersebut.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Harga Kripto pada Sabtu pagi 29 Januari 2022

Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat
Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Sebelumnya, harga Bitcoin, Ethereum dan jajaran kripto teratas terlihat kembali menguat pada Sabtu pagi, 29 Januari 2022. Kripto yang sempat melemah sebelumnya, pagi ini mulai beranjak naik.

Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Sabtu pagi, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) menguat dalam satu hari terakhir sebesar 4,89  persen dan 2,56 persen dalam sepekan.

Saat ini, harga BTC berada di level USD 37.834,73 per koin atau setara Rp 544,1 juta (asumsi kurs Rp 14.383 per dolar AS). 

Ethereum (ETH) sebagai kripto terbesar kedua yang sebelumnya melemah, hari ini kembali menguat sebesar 8,41 persen dalam satu hari terakhir. Namun dalam sepekan masih melemah sebesar 2,97 persen. Dengan begitu, saat ini ETH berada di level USD 2.538,25 per koin. 

Kripto selanjutnya, Binance coin (BNB) yang pagi ini terlihat melemah. Dalam 24 jam terakhir BNB melemah sebesar 1,05 persen dan dalam sepekan sebesar 0,88 persen. Hal itu membuat BNB berada di level USD 385,31 per koin. 

Sedangkan, Solana (SOL) pagi ini berhasil kembali menguat dalam satu hari terakhir sebesar 3,91 persen. Namun dalam sepekan masih meradang sebesar 16,86 persen. Saat ini harga SOL berada di level USD 91,60 per koin.

Adapun, Cardano (ADA) mengikuti jejak Solana yang berhasil menguat dalam 24 jam terakhir sebesar 1,18 persen. Meskipun begitu, dalam sepekan ADA masih melemah sebesar 7,04 persen. Dengan begitu, ADA berada pada level USD 1,05 per koin.

Stablecoin seperti Tether (USDT) dan USD coin (USDC), meskipun sedikit turun, tetapi masing-masing harganya masih stabil. USDT masih berada di level USD 1,00. Namun, USDC harganya sedikit menurun ke level USD 0,9994. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya