Selain Sektor Keuangan, Pelayanan Kesehatan Ikut Adopsi Teknologi Blockchain

Di masa depan pelayanan rumah sakit akan terdesentralisasi menggunakan teknologi blockchain

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 24 Feb 2022, 20:17 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2022, 20:17 WIB
Ilustrasi Blockchain
Ilustrasi Blockchain. Kredit: Gerd Altmann via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Blockchain saat ini menjadi salah satu teknologi yang banyak diadopsi oleh berbagai sektor usaha karena sifatnya yang terdesentralisasi dan transparan. Umumnya teknologi ini sangat identik dengan kripto, NFT, dan juga metaverse. 

Namun, pada praktiknya, blockchain sudah banyak diadopsi oleh berbagai sektor di luar kripto, NFT, dan metaverse, misalnya dengan munculnya Decentralized Finance (DeFi) dalam sektor keuangan. 

Kali ini, teknologi blockchain kembali diadopsi oleh sektor lainnya yaitu dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Salah satunya yang dilakukan oleh Rumah Sakit EMC yang bertransformasi menuju Smart Hospital.

Praktisi Teknologi Informasi, Tony Seno Hartono, mengungkapkan akan ada perubahan pelayanan kesehatan di masa depan dengan sistem pelayanan rumah sakit itu akan terdesentralisasi.

“Pelayanan rumah sakit akan terdesentralisasi, tidak akan lagi terpusat. Jadi, layanan itu akan tersebar di banyak tempat. Kemudian akan timbul suatu ekosistem yang berbeda, di mana ekosistem ini fokusnya kepada pasien. Kemudian akan berkembang konsep rumah sakit cerdas atau smart hospital,” kata Tony, dalam acara Inspirato Liputan6.com, Kamis (24/2/2022). 

Di masa depan pelayanan kesehatan selain bersaing juga perlu berkolaborasi, misalnya dengan saling berbagi data, untuk mencapai itu maka dibutuhkan teknologi misalnya seperti blockchain. 

"Blockchain dapat digunakan untuk membuat data di rumah sakit terdesentralisasi dan dapat dipergunakan oleh semua stakeholder yang lain. Disini akan mendorong transparansi, akurasi, dan lain-lain sebagainya,” ujar Tony. 

Menurut Tony, jika blockchain digunakan untuk smart hospital, pasien yang berobat di rumah sakit berbeda datanya bisa tercatat dan bisa diakses oleh dokter yang menanganinya, meski berbeda rumah sakit.  

“Pada intinya, blockchain ini akan memastikan basis data itu akan dipakai secara bersamaan semacam buku besar yang pemegangnya itu dipegang oleh semua orang. Sehingga kalau ada catatan baru atau catatan berubah dalam buku besar itu, maka di stakeholder yang lain, catatan itu juga langsung berubah dan sangat updated," ujar dia.

Jadi, salah satu implementasi teknologi blockchain di rumah sakit akan menjadi tempat menyimpan rekam medis elektronik. Dengan menyimpan rekam medis elektronik di blockchain, ketika pasien berobat di rumah sakit berbeda, datanya bisa tercatat.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Google Bangun Divisi Khusus Blockchain

Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Sebelumnya, Google sebagai salah satu perusahaan mesin pencarian terbesar di dunia, dilaporkan meluncurkan divisi blockchain baru sebagai bagian dari grup Labs-nya. Divisi blockchain akan dipimpin oleh Shivakumar Venkataraman, wakil presiden teknik untuk Google.

Divisi ini akan fokus pada blockchain dan komputasi terdistribusi generasi berikutnya dan teknologi penyimpanan data. Sejauh ini, Google telah terlibat dalam proyek-proyek blockchain tertentu. 

Divisi blockchain baru akan diarahkan ke eksperimen dengan teknologi terdesentralisasi di bawah payung grup Labs.

Labs adalah divisi eksperimental yang mengelompokkan semua upaya Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR), serta proyek potensial lainnya di bidang teknologi. Grup Google Labs juga menyertakan inkubator internal untuk proyek yang disebut Area 120.

Perkembangan ini dilihat oleh beberapa analis sebagai tanggapan terhadap bagaimana perusahaan lain seperti Meta (sebelumnya Facebook) tumbuh untuk memasukkan lebih banyak perkembangan baru ini ke dalam model bisnis mereka.

Google, yang pendiriannya terhadap kripto cukup keras bahkan melarang semua iklan terkait cryptocurrency termasuk penawaran koin awal, pertukaran kripto, dompet cryptocurrency, dan saran perdagangan cryptocurrency dari platformnya, saat ini dianggap telah berubah.

Raksasa pencarian tersebut telah menyelesaikan kemitraan dengan Coinbase dan Bitpay, dua pertukaran mata uang kripto. Kemitraan tersebut memungkinkan pelanggan untuk menyimpan mata uang kripto dalam kartu digital.

Namun, hingga saat ini perusahaan masih belum menerima transaksi cryptocurrency. Selain itu, tahun lalu, perusahaan juga menandatangani kemitraan dengan Bakkt, platform digital, untuk memungkinkan pengguna membelanjakan cryptocurrency menggunakan kartunya di platform Google Pay.

Presiden perdagangan Google, Bill Ready, mengomentari visi yang dimiliki perusahaan tentang cryptocurrency dan kemungkinan penggunaannya.

“Crypto adalah sesuatu yang sangat kami perhatikan. Saat permintaan pengguna dan permintaan pedagang berkembang, kami akan berkembang bersamanya,” kata Ready seperti dikutip dari bitcoin.com, Kamis, 27 Januari 2022.

Perusahaan juga mengumumkan baru-baru ini mempekerjakan mantan eksekutif Paypal, Arnold Goldberg, sebagai bagian dari dorongan untuk memasukkan layanan baru dalam platformnya, termasuk cryptocurrency.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya