Liputan6.com, Jakarta Seorang siswa berusia 19 tahun yang lahir dengan beberapa kelainan kongenital dan disabilitas fisik dilaporkan meraih nilai 70 persen pada ujian kelas 12. Padahal ia mengisi jawaban ujian menggunakan kakinya.
Dilansir dari Arab News, remaja tersebut yang bernama Tushar Vishwakarma selalu menolak tawaran mempekerjakan seorang penulis (untuk membantunya menulis) maupun meminta waktu tambahan untuk menyelesaikan ujian. Ia mengatakan kalau disabilitas justru menjadi kekuatan dan bukan kelemahan.
Baca Juga
"Saya tidak pernah menganggap diri saya difabel. Butuh tiga tahun bagi saya untuk menguasai seni menulis dengan jari kaki saya,” jelas Vishwakarma, yang berasal dari negara bagian utara Uttar Pradesh.
Advertisement
Simak Video Berikut Ini:
Dibawa ke rumah sakit
Remaja yang lahir dari dari keluarga kelas menengah ke bawah ini, bersama ayahnya, Rajesh, bekerja sebagai pedagang kecil di Lucknow. Vishwakarma sendiri tinggal di kota bersama orang tua dan tiga saudara kandungnya.
Rajesh mengatakan bahwa beberapa bulan setelah Vishwakarma lahir, ia membawanya ke rumah sakit di Lucknow dan di tempat lain meskipun dengan sumber daya terbatas. Meski demikian, masalah yang dialami Vishwakarma masih tidak ada yang bisa mengidentifikasinya, sehingga berakhir sia-sia.
“Ketika Tushar masih sangat muda, dokter di Lucknow mengatakan kepada saya bahwa saya harus merawatnya setelah ia dewasa. Pada usia 3 tahun, saya membawanya ke rumah sakit lagi tetapi dokter hanya meresepkan obat-obatan,” kata pria berusia 46 tahun tersebut, dikutip dari Arab News.
Ia juga menyebutkan kalau rumah sakit PGI di Lucknow mendiagnosis Vishwakarma dengan beberapa istilah anomali kongenital serta yang ia pahami dari penjelasan dokter kalau putranya tersebut kehilangan beberapa pembuluh darah dari tangannya.
Setelah itu, keluarga tersebut mencoba agar Vishwakarma dirawat di Lucknow, di Chitrakoot, sebuah kota di Uttar Pradesh, dan Udaipur, sebuah kota di negara bagian utara Rajasthan. Namun tidak ada dokter yang dapat membantunya.
Advertisement
Operasi plastik
Akhirnya, pada tahun 2015, Rajesh dirujuk ke fasilitas di Udaipur. Disana, dokter menyarankan Vishwakarma untuk menjalani operasi plastik di tangannya.
"Pertama, para dokter mengatakan kepada saya bahwa mereka akan melakukan operasi tetapi kemudian memutuskan untuk tidak melakukannya karena mereka tidak yakin apakah itu akan menyembuhkan anak saya atau tidak," kata Rajesh.
“Dokter memberi tahu saya bahwa pembuluh darah yang mengontrol tangannya hilang, dan masalahnya tidak dapat diatasi melalui operasi. Ini adalah respons yang sama yang saya dapatkan di mana-mana,” kata Rajesh.
Sementara itu, Ankur Bhardwaj dari rumah sakit PGI di Lucknow, yang merupakan bagian dari tim yang menangani kasus Vishwakarma, tidak bersedia memberikan komentar.
Namun, Dr. J. Bhadani dari Patna di negara bagian Bihar timur, mengatakan, “beberapa anomali kongenital adalah kelainan struktural tubuh dan kelainan tersebut adalah penyebab penyakit kronis dan disabilitas pada anak-anak.”
Rajesh mengatakan bahwa keluarga itu pindah ke Lucknow dari distrik tetangga Unnao 20 tahun lalu untuk mendapat kehidupan yang lebih baik, meskipun masih mengkhawatirkan Tushar, terutama seiring bertambahnya usia.
Namun nilai tinggi Vishwakarma dalam ujian baru-baru ini, rupanya cukup memberikan harapan baru untuk masa depannya.
“Saya tahu sekarang bahwa ia tidak akan membutuhkan dukungan kami di masa depan. Tushar telah membuktikan kita salah dalam hidup sejauh ini, dan saya yakin ia akan bersinar dalam hidup dan membuat kita lebih bangga,” kata Rajesh.
Vishwakarma memuji kesuksesannya pada Creative Convent College di Lucknow, yang memainkan peran besar dalam mendukungnya.
“Tidak ada yang mau menerima siswa penyandang disabilitas ketika saya mencari penerimaan di sekolah menengah yang lebih tinggi, tetapi Creative Convent College banyak membantu saya,” katanya.
Manajer sekolah, Yogendra Sachan, mengatakan bahwa mereka tidak pernah membebankan biaya kepada keluarga untuk pendidikan Vishwakarma.
“Kami memberikan kesempatan termasuk kursi dan meja kepada Tushar agar ia tidak memiliki masalah dalam menulis. Kami memastikan sekolah tidak memungut biaya apapun dari anak itu. a cerdas dan ambisius,” kata Sachan, dikutip dari Arab News.
Sementara itu, Vishwakarma mengungkapkan cita-citanya untuk menjadi insinyur dan bekerja untuk mewujudkan mimpi itu.
“Tidak mudah (bekerja) ketika (tidak bisa menggunakan) tangan, tetapi saya tidak pernah membiarkan pikiran negatif (mengakar) di pikiran saya,” katanya.
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Advertisement