Liputan6.com, Luhansk - Ukraina timur kembali memanas. Penembakan intens terjadi Sabtu 8 November 2014 malam di wilayah Donetsk.
Wartawan BBC Daryna Mayer yang berada di Donetsk mengatakan, penembakan tersebut yang terburuk dalam sebulan terakhir.
"Penembakan itu sepertinya dilancarkan oleh pro-Rusia dan pihak pemerintah," ujar Daryna Mayer seperti dikutip dari BBC, Senin (10/11/2014).
Penembakan pertama pada Sabtu, dilaporkan berlangsung hampir delapan jam. Namun hingga Minggu 9 November, masih terdengar baku tembak. Sejauh ini belum ada laporan adanya korban.
Pertempuran terjadi sehari setelah sejumlah kendaraan militer besar seperti tank terlihat di daerah yang dikuasai pemberontak.
"Kami meyakini pemberontak telah menerima peralatan dari Rusia," tegas pihak Ukraina.
Sementara itu, Moskow membantah hal tersebut meskipun sebelumnya pernah mengatakan bahwa tentara Rusia yang sedang cuti ikut berjuang dengan para pemberontak.
Kepala Uni Eropa yang mengurusi kebijakan luar negeri, Federica Mogherini mengatakan kondisi Ukraina timur saat ini sangat mengkhawatirkan.
"Laporan terbaru oleh OSCE (Organisation for Security and Co-operation in Europe) dalam misi monitoring khusus di Ukraina tentang konvoi di daerah yang dikuasai separatis dengan sejumlah besar senjata berat, tank dan tentara tanpa lencana bergerak ke arah barat merupakan perkembangan yang sangat mengkhawatirkan," kata dia.
Perihal tersebut, Gedung Putih pun memperingatkan bahwa setiap upaya pemberontak pro-Rusia untuk merebut lebih banyak wilayah akan menjadi pelanggaran terang-terangan dari perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani di Minsk pada bulan September.
"Kami sangat prihatin, dengan intensifnya pertempuran di bagian timur Ukraina, serta berbagai laporan ... bahwa Rusia mendukung separatis bergerak dengan konvoi besar senjata berat dan tank ke garis depan konflik," ungkap juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS Bernadette Meehan.
"Kami terus memanggil semua pihak untuk mematuhi gencatan senjata. Setiap usaha oleh pasukan separatis untuk merebut wilayah tambahan di Ukraina timur, akan menjadi pelanggaran terang-terangan dari perjanjian Minsk," tambah Meehan.
Lebih dari 4.000 orang tewas sejak pertempuran meletus pada bulan April silam, setelah separatis pro-Rusia merebut kekuasaan di daerah Donetsk dan Luhansk. Hingga akhirnya sebuah gencatan senjata disepakati 5 September lalu yang tak berlangsung lama.