16-1-1979: Shah Iran Reza Pahlevi Lari dari Negaranya

Pagi itu, bersama istrinya, Ratu Farah,Shah Iran Mohammad Reza Pahlevi meninggalkan Teheran dan terbang ke Aswan, Mesir.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 16 Jan 2015, 06:00 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2015, 06:00 WIB
16-1-1979: Raja Pahlavi Melarikan Diri dari Iran
Pahlavi menjalin kedekatan khusus dengan negara barat seperti Amerika Serikat (AS) dan Inggris.

Liputan6.com, Teheran - Tahun 1979, sejarah besar terjadi di Iran. Revolusi Islam pecah. Pada 16 Januari 1979, Shah Iran, Mohammad Reza Pahlevi terpaksa lari dari negaranya, mengakhiri kekuasaannya selama lebih dari 37 tahun (16 September 1941 -11 Februari 1979). Ia adalah raja terakhir di Persia.

Sistem monarki berakhir. Iran menjadi  Republik Islam yang dipimpin oleh Ayatullah Ruhollah Khomeini.

Pagi itu, bersama istrinya, Ratu Farah, Pahlevi meninggalkan Teheran dan terbang ke Aswan, Mesir. "Tiga anak mereka sudah diterbangkan lebih dulu ke Amerika Serikat," demikian Liputan6.com kutip dari BBC.

Semasa berkuasa, Pahlevi menjalin kedekatan khusus dengan negara Barat seperti Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Kedekatan tersebut membuat para pemimpin Islam Iran geram. Mereka menyebut apa yang dilakukan Pahlevi sama saja 'mem-Baratkan' Iran.

Salah satu yang paling menentang apa yang dilakukan Pahlavi adalah Bapak Revolusi Islam Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini. Melihat ancaman dari Khomeini, Pahlevi memutuskan mengambil tindakan represif.

Dia menculik semua pendukung Khomeini. Termasuk sejumlah mahasiswa dan cendekiawan. Namun aksi yang dinamai Pahlevi sebagai 'Revolusi Putih' ternyata menjadi bumerang bagi dirinya.

Masyarakat kelas menengah Iran merasa tidak puas dengan apa yang dilakukan Pahlevi. Revolusi Putih yang dianggap hanya memberi keuntungan keluarga kerajaan, para kaum darah biru.

Pada 8 September 1978 kerusuhan besar pecah di Iran. Ribuan orang jadi korban luka dan tewas. Kejadian ini memicu perlawanan lebih besar dari pendukung Khomeini.

Dua bulan sesudah kejadian berdarah tersebut. Ribuan masa memenuhi jalanan Iran, simbol berbau Barat dihancurkan.

Khomeini semakin di atas angin setelah 11 kelompok militer Iran memutuskan bergabung dipihaknya. Kelompok militer tersebut melancarkan serangan ke loyalis Pahlevi. Serangan tersebut membuat rezim kerajaan Iran runtuh. Pahlavi pun memilih kabur demi menyelamatkan dirinya.

Pahlevi akhirnya menjadi pelarian dan buronan utama Iran. Beberapa negara ia kunjungi. Di tahun 1979, Pahlevi memilih menetap di Negeri Paman Sam sembari melaksanakan pengobatan kanker.

Mengetahui Pahlevi ada di AS, warga Iran marah besar. Ujung dari revolusi Iran ditandai penyerangan Kedutaan Besar AS yang mendapat restu dari Khomeini.

Tragedi mewarnai hidup keluarga Shah Iran di pengasingan. Putrinya, Leila Pahlevi, bunuh diri di usia 31 tahun pada tahun 2001. Sepuluh tahun kemudian, pada 4 Januari 2011, giliran putra bungsunya, Reza Pahlevi ditemukan tewas bunuh diri dengan senjata api di Kota Boston, Amerika Serikat.

Selain larinya Shah terakhir Iran, tanggal 16 Januari diwarnai sejumlah kejadian penting. Pada tahun 1991, Perang Teluk dimulai. Perang yang melibatkan negara Timur Tengah tersebut merupakan perang yang besar di medio 1990-an.

Di samping itu, masih di tanggal yang sama pada 1926, seorang tokoh pendidikan anak Indonesia lahir. Perempuan dengan nama asli Sandiah itu lebih dikenal dengan nama Ibu Kasur. (Ein/Ans)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya