Liputan6.com, London - Seorang penjual mobil, Adrian Quinn tergesa-gesa menuju lokasi lelang kendaraan, British Car Auctions di Walsall, Inggris. Kereta yang membawanya dari Hereford terlambat, sehingga ia tak sempat menyimpan uang yang dibawanya ke bank, sebagai deposit, seperti biasanya.
Dengan membawa tas berisi uang tunai sebesar 10 ribu poundsterling atau hampir Rp 200 juta -- warisan dari ibunya yang meninggal Oktober 2014 lalu -- pria itu menaiki taksi yang membawanya ke Green Lane. Setelah membayar 6,3 poundsterling atau sekitar Rp 121 ribu, Quinn berlalu. Ia tak menyadari harta miliknya tertinggal.
"Aku sedang berjalan menyeberangi tempat parkir saat menyadari tasku hilang. Aku pun panik," kata dia seperti dikutip dari News.com.au. Selasa (7/4/2015).
Pria 46 tahun itu lantas mencoba melambaikan tangan untuk menghentikan taksi lainnya. Tapi tak ada yang berhenti. Semua penuh. Ia nyaris putus asa.
"Aku merasa meriang. Tubuhku sontak lemas dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Linglung," kata dia.
Kehilangan uang itu bisa berarti akhir dari bisnisnya. "Kami membangun usaha mulai dari nol 9 tahun lalu. Dan kami adalah penjual tunggal, tak punya dukungan perbankan," kata Quinn.
Usaha penjualan mobil yang dilakoninya diwarnai jatuh bangun dan kerja keras. "Dari situlah kami, aku dan keluargaku menggantungkan hidup."
Untungnya, ia memilih taksi yang tepat. Mohammed Nisar (55) ada di belakang kemudinya.
Setelah menemukan tumpangan, Quinn cepat-cepat kembali ke pangkalan taksi di stasiun. Di sana, ia menemukan Nisar sedang duduk di mobilnya. Di mana tasnya? ternyata masih tergeletak di kursi penumpang.
"Aku sangat emosional," kata Quinn. "Aku bertanya pada sopir itu, 'apakah Anda tahu apa yang ada di dalamnya? Bukan kotak sandwich atau koran. Ada uang 10 ribu poundsterling di tas itu'."
Setelah memeriksa isi tasnya, Quinn memastikan, uangnya utuh. Tak berkurang sepeser pun.
Sebagai ucapan terimakasih atas kejujuran Nisar, ia menyerahkan uang dalam amplop bertuliskan ‘to my best friend in the world’ -- 'untuk sahabat terbaikku'. Quinn bahkan mengudang sopir taksi jujur dan istrinya ke acara makan malam keluarga.
Adalah kebiasaan Nisar, yang sudah 15 tahun jadi sopir taksi, mengembalikan barang-barang yang tak sengaja ditinggalkan penumpangnya. Ia mengimbau sopir taksi lain melakukan hal yang sama.
"Kejujuran adalah hal terbaik. Ada beberapa pengemudi yang tak mengembalikan barang-barang penumpangnya yang tertinggal. Tapi apa gunanya?" kata dia. Harta yang dihasilkan dari ketidakjujuran tak akan membawa berkah.
Jika pihak dewan kota tak menghubunginya, atau tak ada seorang pun yang mengklaim barang yang tertinggal di taksinya dalam hitungan 24 jam, ia akan menyerahkannya ke kantor polisi.
Ponsel adalah barang yang paling sering tertinggal. Namun, kebanyakan bisa dilacak oleh pemiliknya.
"Pesan saya untuk semua pengemudi taksi, 'Saudaraku, jika Anda menemukan sesuatu yang berharga milik orang lain, kembalikanlah," kata Nissar. (Ein/Tnt)